Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Bu Ani Sendiri

7 Mei 2010   10:50 Diperbarui: 1 Juni 2019   22:36 1651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Satu kebingungan di istana kepresidenan akan hilang selepas tanggal 1 juni 2010. Untuk mengatasi kebingungan itu, istana bahkan sempat membuat semacam paten.

Paten di istana yang saya maksud adalah soal penyebutan ibu dan mbak untuk sebuah nama: Ani. Paten itu dibuat karena di istana kepresidenan jakarta, sejak 20 oktober 2004 ada dua Ani.

Tidak hanya di istana kepresidenan jakarta, dua Ani itu juga kerap ada di cikeas bersama-sama atau juga di tempat lainnya. Karena itu, secara tidak tertulis di istana disepakati. Ibu Ani menyebut pada Kristiani herawati sementara mbak Ani menyebut Sri Mulyani.

Untuk para pendatang baru, pembedaan ini kerap tidak dipahami. Karena itu, kebingungan dalam berkomunikasi kerap terjadi. Saya memang belum pernah secara langsung mendapati kebingungan komunikasi terkait hadirnya dua Ani. Tapi bisa kita bayangkan saja sendiri. Maksudnya memanggil bu ani, tapi yang justru datang mbak Ani. Bisa berabe nanti.

Karena itu, selain diiringi muka sembab dan sendu saat merelakan mbak Ani pergi, kebingungan yang potensial datang terkait dua Ani ikut pergi. Terhitung mulai 1 juni 2010, hanya akan ada satu Ani yang menunjuk pada bu Ani yudhoyono sang isteri.

Soal muka sembab dan sendu pak beye terkait mbak Ani, saya baru pertama kali mendapati. Dalam ingatan saya yang kerap pendek, tak pernah ada kesedihan di wajah pak beye yang licin itu terkait mbak Ani. Seperti juga berkali-kali dipuji, di mata pak beye, mbak Ani adalah pembantu terbaiknya hingga kini. Karena itu, kegembiraan yang kerap hadir di antara keduanya, bukan kesedihan seperti tergambar siang hari pada 5 mei di televisi.

Untuk kegembiraan keduanya, saya punya foto yang hendak saya bati. Tidak dalam satu jepretan, tetapi pada momentum yang sama dan di lokasi yang sama juga.

Jeda antara keduanya hanya sekitar sedepa saja. Waktu tepatnya adalah maret 2009. Lokasinya di kantor pelayanan pajak wajib pajak besar orang pribadi di jakarta. Saat itu, pak beye mengajak agar kongkalikong urusan perpajakan diakhiri.

Karena hanya ajakan, banyak pegawai pajak yang tidak mengikuti. Mas gayus adalah contoh untuk pokok ini. Tapi sudahlah. Pemerintah memang baru bisa mengajak belum bisa memerintah. Kita kembali ke kegembiraan pak beye dan mbak Ani.

Atas prestasi mbak Ani yang dinilai sukses melakukan reformasi, pak beye mengacungkan jempol tangan kanannya sambil tersenyum gembira.

Mbak Ani yang ada di belakangnya semula tersenyum juga untuk kemudian melepas tawa. Di antara keduanya ada bu Ani sebagai saksi kegembiraan mereka.

Untuk bu Ani, saya luput menjepretnya. Untuk itu, mohon dibukakan maafnya. Salam gembira.

[caption id="attachment_135692" align="alignnone" width="500" caption="mbak ani yang semula tersenyum meledak tawanya mendapati jempol tangan kanan pak beye diacungkan di depannya. (2009.wisnunugroho)"][/caption] [caption id="attachment_135693" align="alignnone" width="500" caption="jempol tangan kanan pak beye diacungkan untuk mbak ani yang disebut sebagai pembantu terbaiknya. (2009.wisnunugroho)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun