Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kakus

12 April 2010   15:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:50 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kakus, bukan markus yang populer belakangan ini. nama kerennya sih toilet. namun, seberapa pun keren namanya, fungsinya tetap sama yaitu untuk membuang hajat. besar atau kecil. banyak atau sedikit. lama atau sebentar. apapun namanya, sangat besar jasanya. karena besarnya jasa kakus itu, setiap hari semua dari kita pasti mengunjunginya di mana pun kita berada. semua dari kita pasti tidak cukup misalnya hanya datang pada saat hari pahlawan dan menaruh karangan bunga di sana untuk mengenang jasanya. lagi pula, meskipun banyak jasanya, kakus bukan pahlawan predikatnya. kakus ya kakus. namun, karena kakus ini dan aktivitas di dalamnya yang tidak bisa ditunda, semua presiden indonesia memperhatikannya. tidak hanya pak beye tentunya. namun, karena saya hanya punya pengalaman dengan pak beye, baiklah saya bagikan cerita tentang sosok penuh jasa yang tempatnya hampir selalu di belakang. anda pasti pernah mendengar tentang membludaknya cubluk atau septictank di kantor presiden ketika pak beye sedang giat menggelar rapat di periode pertama pemerintahannya. anda bisa membayangkan bagaimana baunya ketika cubluk membludak karena terus diisi tanpa pernah sempat disedot. sewangi apa pun para tamu dan penghuni istana, cubluknya ketika membludak tetap sama saja baunya dengan cubluk terminal misalnya. soal cubluk kantor presiden yang membludak, cukup sampai di situ saja ceritanya. saya hendak bercerita tentang kakus yang harus ada di dekat pak beye di mana pun berada. keharusan ini memang menjadi tugas wajib anggota pasukan pengamanan presiden yang tampangnya seragam, tidak hanya pakaiannya. karena itu, saya sampai sekarang sulit membayangkan bagaimana manajemen kakus paspampres ketika pak beye dan rombongan besarnya yang mengular menempuh perjalanan darat sekitar 470 kilometer melintasi kampung halamannya di pacitan dan kampung halaman pak boed di blitar. menyertakan truk kakus tni dalam rangkaian panjang pasti merepotkan mengingat jalannya meliak-liuk dan tidak rata. karena itu, saya menduga, untuk perjalanan panjang itu, pak beye sudah diberi tahu di wilayah mana saja bisa mengunjungi kakus untuk membuang hajat yang memaksa. untuk tiap-tiap kakus yang siap dikunjungi, anggota paspampres pasti telah meninjau dan membuatnya steril sebelumnya. kenapa kakus harus steril? tidak perlu saya jelaskan kenapa. anda bisa menduga sendiri tentunya. kalau tidak juga bisa menduga, pasti anda ingat di mana pak susno ditangkap propam mabes polri. saya sendiri tidak tahu kenapa kakus dijadikan tempat eksekusi mabes polri. namun, setalah ingat temanggung, saya jadi manggut-manggut sendiri. ya, temanggung. anda pasti ingat tempat densus anti teror menyerbu yang dikabarkan hasilnya dengan sangat terburu-buru oleh mas ecep namun keliru. anda ingat di mana tersangka teroris itu mati diberondong peluru? kakus. karena itu, jangan meremehkan atau menganggap tidak penting kakus ya. apalagi untuk anda yang dua hari terakhir tidak mengunjunginya. pencernaan anda pasti sedang terganggu pastinya. namun, kalau ke mabes polri, saran saya jangan gegabah menggunakan kakus di sana. bukan lantaran jorok tentunya. saya khawatir saja, jika anda tidak bertanya, anda akan bertemu dengan gerombolan polisi yang tengah berlatih menangkap tersangka di sana. salam kakus. [caption id="attachment_116974" align="alignnone" width="500" caption="truk tni yang telah ditata menjadi kakus berjalan siap melayani pak beye dengan hajanya saat peresmian bandar internasional sultan iskandar muda, aceh. (2009.wisnunugroho)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun