[caption id="attachment_2685" align="alignnone" width="500" caption="salah satu bus kampanye pak beye dan demokrat sedang parkir di sebuah hotel di semarang (wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] pengalaman pemilu presiden 2004 yang dimenangkan pak beye dan pak kalla memberi pelajaran bagi keduanya. dengan bekal pengalaman dan daya serap masing-masing, keduanya kini maju sendiri-sendiri dan bertarung dalam pilpres 2009. bu mega ikut kembali dalam pertarungan itu. untuk beberapa hal, posisi pak beye saat ini persis seperti bu mega lima tahun lalu. saya tidak ingin mengulas semua. selain karena tidak mampu dan tidak punya cukup datanya, postingan ini akan terlalu panjang dengan cerita mengada-ada saya. hehehehe lima tahun lalu, seperti terulang kembali saat ini. ketika itu, semua eliter partai politik peraih suara dalam pemilu legislatif merapat ke bu mega. banyak sekali partainya. puluhan juga jumlahnya yang kemudian mendeklarasikan diri dalam wadah bernama koalisi kebangsaan. deklarasi dilakukan di sebuah hotel berbintang di jakarta. [caption id="attachment_2686" align="alignnone" width="500" caption="tiga bus kampanye pak beye dan demokrat sedang parkir di sebuah hotel di semarang (wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] pak beye dan pak kalla yang hanya didukung tiga partai saja yaitu partai demokrat, partai keadilan dan persatuan indonesia, dan partai bulan bintang seperti tidak kebagian suara. namun, pak beye dan pak kalla tenang-tenang saja. mereka, terutama pak kalla yakin, pilpres berbeda dengan pileg. keyakinan itu yang sampai sekarang dipegang pak kalla. karenanya, ketika ada 23 partai politik yang elitenya berkumpul di cikeas dan menyatakan dukungan kepada pasangan pak beye dan pak boed, pak kalla tenang menyikapinya. "bus boleh parkir di cikeas sana, tetapi penumpangnya sudah tersebar di mana-mana," ujar pak kalla. [caption id="attachment_2687" align="alignnone" width="500" caption="bus kampanye mas ibas sumbangan teman-temannya saat diparkir di surabaya(wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] ngomong-ngomong soal bus, saya jadi teringat foto-foto saya hasil jepretan kamera pinjaman kantor. karena sangat mencolok mata, saya tidak bisa membiarkan pemandangan bus-bus di depan mata saya melintas begitu saja. saat saya tanya sopirnya, bus-bus yang dipakai pak beye adalah bus sewaan dari perusahaan otobus nusantara, kudus, jawa tengah. dengan bus-bus itu, pak beye menjaga rasa kampanye demokrat yang dibinanya. di jakarta, di bali, di makassar, di medan, di aceh, di palembang, di bandung, di benten, dan di padang, rasa kampanye pak beye ketat terjaga. salah satunya dengan bus-bus itu dan juga bus sewaan lain yang dihias serupa. [caption id="attachment_2688" align="alignnone" width="500" caption="di dalam bus kampanye, bu ani menyeka keringat pak beye usai kamapnye di surabaya (wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] saya yang orang desa dan ikut dalam kampanye partai lainnya berdecak kagum tentu saja. bukan terutama soal busnya, tetapi soal besarnya biaya kampanye dan besarnya biaya politik kita. bagaimana menurut anda? ngomong-ngomong, anda penumpang bus yang mana ya? ikut parkir di cikeas sana atau tidak ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H