Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cerita dari Lorong Shangri-la

11 November 2009   15:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:22 1269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_24241" align="alignleft" width="300" caption="salah satu pesawat kepresidenan yang dipakai kerap dipakai pak beye atau pak kalla bersama rombongannya (2006.wisnunugroho)"][/caption] setelah agak tenang dan merasa pantas bercerita untuk bahan permenungan, saya sambung cerita saya sebelumnya. semoga penasaran anda terjawab lewat cerita yang mungkin kurang sempurna jika dibandingkan bayangan liar anda. hehehe berawal ketika kami serombongan tiba di lobi hotel shangri-la, beijing, china. setelah kunci kami dapatkan dari tim pendahulu yang melayani kami dan romobongan pak kalla, saya berjalan menuju lift. sambil berjalan menuju lift, pandangan saya lemparkan ke lobi dan cafe di sebelah lobi. banyak wajah-wajah yang saya kenal dan juga mungkin anda kenal. mereka umumnya para pengusaha keturunan china yang memiliki gurita bisnis di indonesia. setelah menatap satu per satu pengusaha keturunan china, mata saya diarahkan pada kumpulan perempuan di cafe sebelah lobi. teman sekamar saya yang mengarahkan mata saya ke kumpulan perempuan di cafe sebelah lobi. sambil terus berjalan, kami berbincang dan menebak ngapain kira-kira kumpulan perempuan itu ada di cafe sebelah lobi. sampai di pintu kamar, perkiraan kami tidak mendapatkan konfirmasi. kami masuk kamar. di dalam kamar yang sejuk udaranya saya merebahkan tubuh karena lelah perjalanan lebih dari enam jam di dalam pesawat. sambil menyelipkan kedua tangan di bawah bantal seperti kebiasaan saya saat ingin beristirahat, tangan saya ternyata menyentuh beberapa lembar uang kertas. bantal saya balik dan lembar uang kertas saya angkat. busyet, ternyata bukan uang kertas biasa. cuma dua lembar memang jumlahnya tetapi nilainya 200 dollar amerika serikat. tidak hanya di bawah bantal saya. di bawah bantal teman saya pun ada dua lembar uang kertas yang sama. "ada pengusaha yang memberi uang jajan tambahan," ujar salah satu staf pak kalla saat kami tanya asal usul uang di bawah bantal. saya dan teman saya bukannya kelebihan uang jajan sehingga kemudian menolaknya. saya sendiri merasa cukup dengan uang jajan yang sudah diberikan kantor kepada saya. lagi pula, uang jajan tambahan itu bisa menggangu saya ketika ingin menulis apa adanya. meskipun kami tolak, saya tidak yakin uang itu dikembalikan lagi kepada pengusaha pemberi uang jajan. biasanya, uang yang sudah dikeluarkan, pantang diterima lagi. apalagi jumlahnya sama saja yang bertentangan dengan prinsip ekonomi. hehehehehe setelah soal dua lembar uang kertas, kamar saya didatangi seorang teman wartawan. tanpa bermaksud menyebut namanya, wartawan itu adalah wartawan televisi swasta. sebelumnya, saya tidak mengenal wartawan ini. saya hanya tahu saja. dengan sedikit memohon, wartawan itu meminjam sofa di dalam kamar saya. sofa? untuk apa tanya saya. ada-lah. 15 menit saja, katanya tergesa-gesa. saya menolak karena syaratnya saya harus keluar kamar selama sofa dipinjam tidak bisa saya terima. karena saya tolak, wartawan itu ke luar. saat ke luar, teman sekamar saya datang bertanya ada apa. saya jelaskan kejadiannya dan dia tertawa. hahahaha. kenapa tidak dipinjami sofanya? saya bawa handycam. hahahahaha. kami berdua tertawa. saya jadi tahu alasan peminjaman sofa kamar saya. wartawan itu meminjam sofa kamar saya karena dia tidak bisa beraksi di dalam kamarnya. teman satu kamarnya sudah terlanjur tidur di dalam kamar. padahal, mangsa sudah didapatkannya "cuma-cuma". mangsa yang saya masksud adalah salah satu dari perempuan berani dan cantik tentu saja yang saya lihat di sebelah lobi. karena tergesa-gesa dengan mangsa "cuma-cuma", wartawan tadi memanfaatkan kamar kosong yang belum diisi penghuninya. karena mendapat perempuan berani dan cantik "cuma-cuma" dua, seorang anggota rombongan diajaknya. tidak lebih dari lima belas menit, dua perempuan berani dan cantik keluar dari kamar. dua laki-laki yang menemani mereka menyusul kemudian untuk masuk kamar masing-masing. tentu saja, cerita ini saya dapat setelah ada kegaduhan di lorong hotel satu jam setelah kejadian perkara. hehehehe, jadi kaya polisi aja bahasanya. semula saya tidak tahu ada eksekusi di kamar kosong itu sebelum kegaduhan muncul di lorong hotel. kegaduhan itu menggangu karena meskipun kami tidak mengerti bahasanya, kami tahu kegaduhan itu berisi omelan dan perasaan tidak terima. setelah tidak tahan mendengar kegaduhan, saya membuka kamar. saya lihat dua perempuan berani dan cantik ditemani dengan seorang mami. dengan logat china, dua orang itu menyebut nama saya. tentu saja saya terkaget-kaget. terlebih teman-teman saya memandang hina ke arah saya. usut punya usut, si mami marah kepada dua anak buahnya karena salah masuk kamar. karena salah kamar, mami itu menuntut bayar. selain itu, mami itu marah karena tampaknya penguhin kamar yang harusnya dituju dua anak buahnya marah juga. wakakakakaka bisa dibayangkan bagaimana marahnya si mami dalam bahasa china dengan dua kesialan yang dialami dua anak buahnya yang menimpa dia juga. sial pertama salah kamar. sial kedua karena merasa tidak salah kamar, dua anak buahnya tidak menuntut bayar. kemarahan mami di lorong hotel tidak teredakan karena orang yang dicari dua anak buahnya tidak ada di antara kami yang ke luar kamar. dua teman kami itu tiba-tiba menghilang tanpa jejak. satu pergi, satu lagi mengunci di kamar dengan mencabut sambungan telepon di dalam kamar . meskipun menyebut nama saya, dua perempuan itu menggelengkan kepala ketika mami menunjuk saya. lega rasanya terlebih setelah mengetahui mata teman-teman tidak menghakimi saya. hehehehehe. selamat muka saya. kemarahan mami dan dua anak buahnya sedikit reda ketika pengamanan hotel datang karena mungkin mendapat laporan atau melihat cctv yang dipasang. setelah ditinggal mami dan dua anak buahnya kami juga masuk kamar sambil cekikikan. meskipun sudah bisa menebak siapa yang ngebom tanpa babibu, kami belum yakin juga dengan tebakan kami. keyakinan kami tentang siapa yang ngebom dan memancing marah mami dan dua anak buahnya terjawab keesokan harinya. ketika kami cekikikan bercerita tentang kegaduhan di lorong hotel, ada dua teman yang menghindar dan malu tampaknya. setelah kami mengetahui semua, baru kemudian salah satu dari pengebom mengaku. "kirain cuma-cuma. ternyata salah kamar. saya gak terima karena minta bayarnya gak kira-kira. tiga kali harga sejenis di mangga besar," kata salah satu pengebom. kami tertawa. bukan karena puas tetapi karena mendapat pelajaran berharga. sambil terus tertawa, saya iseng-ideng betanya untuk siapa sebenarnya dua perempuan berani dan cantik itu. si pengebom balik tertawa tidak ingin mengungkap identitasnya. "pokoknya rombongan kita juga, tetapi bukan untuk kita," ujarnya. pagi merangkak siang di beijing. di dalam hotel, sambil sarapan, pak kalla bertemu para pengusaha keturunan china yang berbisnis di indonesia. di antara mereka ada beberapa pengusaha yang bermasalah dan ingin diselesaikan masalahnya oleh otoritas di indonesia. saya tidak bisa ikut pertemuan sambil sarapan itu karena tertutup sifatnya. sudah ya. saya sudah lunasi hutang saya. sekarang saya mau gowesaja. seli menuggu saya. daaaag

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun