[caption id="attachment_2950" align="alignnone" width="500" caption="pak beye tertahan macet dan ruwetnya jalan tol jagorawi sebelum ke sentul. pak beye menembus ruwet dan macet dengan menumpang motor patwal. (wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] apa yang saya dengar dari pendapa cikeas, selasa malam lalu membuat pikiran saya terbang jauh ke masa lima tahun lalu. suasananya kurang lebih sama dan yang terucap dari pendapa berlampu sembilan itu juga sama. persis seperti lima tahun lalu, pak beye mengecam aksi orang-orang yang disebutnya sebagai makelar atau broker politik. para makelar dan broker itu mengaku dekat dengan pak beye dan karenanya bisa memfasilitasi agar bisa jadi menteri. bedanya, lima tahun lalu disebut-sebut ada uang yang dijadikan bayaran untuk jasa para makelar dan broker politik. beda lainnya, kecaman lima tahun lalu disampaikan pak beye setelah komisi pemilihan umum mengumumkan hasil penghitungan manual dan pemenang pilpres 2004. untuk kecaman itu, meskipun ditujukan kepada sosok yang tidak jelas apalagi kelihatan, saya beri dukungan. kasihan juga kalau terus dibiarkan berkembang. pak beye yang mungkin pusing dengan banyak soal harus berhadapan dengan pengguna jasa makelar dan konsultan yang pasti dikecewakan. tanpa kehadiran para makelar dan broker politik, urusan menyusun kabinet memang bukan perkara yang mudah. pengalaman pilpres 2004 dan rentang sebelum pelantikan 20 oktober 2004 telah menjelaskan. di hari pertama pemerintahannya, pak beye dan pak kalla nyaris mengingkari janjinya menyusun kabinet di hari pelantikan. saat itu, untuk mengisi 36 pos menteri, keputusan dan pengumuman baru dilakukan 13 menit sebelum hari berganti. sampai pukul 23.00, banyak calon menteri yang dinominasi masih harap-harap cemas di hotel sari pan pasifik. hotel di jalan thamrin itu dijadikan tempat menunggu sesuai instruksi agar jangan jauh-jauh dari istana merdeka. kerumitan dalam menyusun kabinet saat itu terlihat luar biasa. padahal, saat itu hanya tiga partai utama pendukung koalisi dan lima partai penggembira di putaran kedua. bisa dibayangkan kerumitan penyusunan kabinet hasil pilpres 2009 jika ternyata benar dimenangkan pak beye dan pak boed. saat ini, pak beye dan pak boed didukung sejak awal oleh 24 partai politik mitra koalisi. itu hanya satu faktor. faktor lainnya yang juga mengklaim mati-matian memenangkan pak beye dan pak boed juga buannnyak. karena buannnyaknya, saya menyebut yang bermodal besar saja seperti terlihat di kampanye akbar dan terakhir pak beye di gebeka. ada gerakan pro sby, tim pandu 57, brigade indonesia jaya, laskar naj, jaringan nusantara, gerakan indonesia bersatu, laskar berlian, gerakan aman adil sejahtera untuk indonesia, Forum betawi rempug, majelis dzikir nurusallam sby, hero center, dan keluarga besar putra putri polri. belum kalau kita menyebut tim lain yang selama ini konsultan dan mengelola kampanye pak beye sejak pemilu legislatif dan berlanjut ke pilpres yaitu foxindonesia. untuk pilpres, foxindonesia yang dikomandani pak choel mallarangeng membelah diri. satu tim di bawah pak choel menangani pak beye dan satu tim lain di bawah pak rizal mallarangeng menanangi pak boed. semoga kabar angin bahwa pak beye membeli putus foxindonesia benar sehingga kerumitan dan tentu keruwetan mengisi kabinet berkurang. karena, selain entitas parpol dan entitas di luar parpol dalam bentuk organisasi relawan, masih ada entitas lain yang secara turun temurun dipertahankan. entitas itu adalah nahdlatul ulama dan muhammadiyah. dengan semboyan "lanjutkan”, pak beye pasti akan melanjutkan tradisi itu untuk lebih mulusnya jalan pemerintahan ke depan. masih ada faktor lain penambah kerumitan. sebut saja antara lain adanya beberapa pos menteri yang terlarang bagi orang partisan. sebut saja pos itu adalah menteri keuangan, menteri esdm, dan menteri bumn. sebagai pembela perjuangan gender, pak beye pasti juga tidak akan menghapus jejaknya untuk menempatkan minimal empat perempuan di kabinetnya. faktor ini pasti menambah rumit juga untuk membuat matriks kabinetnya. di tengah rumitnya penyusunan matriks itu, kabar baiknya adalah, banyak faktor itu bisa saja tidak berdiri sendiri. seorang calon dari pkb misalnya bisa jadi kader nu dan berjenis kelamin perempuan. atau bisa saja calon lain tokoh utama penggerak gps, purnawirawan polri, dan penyantun fbr. rumit dan pasti ruwet memang meskipun ada kabar baiknya. karena itu, menghindari bertambahnya kerumitan dan keruwetan, jauh-jauh hari pak beye sudah mengecam para makelar dan broker politik tentu saja mengatasnamakan cikeas. pak beye menegaskan seperti ketika memilih pak boed, hak prerogatif ada di tangannya. untuk menyusun kabinet, pak beye sendiri dan sejauh perlu dibantu pak boed yang akan memutuskan. karena itu, kepada anda saya sarankan agar hape anda jangan sekali-kali dinonaktifkan. selamat menunggu kejutan sambil membayangkan keruwetan dan kerumitan di cikeas. semoga tidak adanya kejutan lima tahun lalu tidak dilanjutkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H