seperti terjadi pada ciganjur dan kebagusan, perubahan juga terjadi di cikeas. awal 2004, tak banyak yang bisa menunjukkan di mana cikeas berada. namun, bersamaan dengan pemilihan presiden 2004, cikeas yang berjarak sekitar 40 kilometer dari pusat kota jakarta itu menjadi sangat populer.
popularitas cikeas berbanding lurus dengan melesatnya popularitas pak beye yang pada pilpres putaran kedua mampu mengalahkan mantan atasannya, bu mega. ketika itu, perubahan tentang cikeas mula-mula terjadi di benak kita.
setelah pak beye dilantik dan tinggal di istana merdeka dan istana negara pada hari kerja, cikeas terus berubah dengan perkembangannya. potensinya untuk berubah dan berkembang memang ada.
yang sangat terasa adalah pesatnya pembangunan perumahan di sana. nama perumahannya macam-macam. kalau tidak mirip, namanya mengambil nama asing semua. agak susah menyebut untuk membedakannya.
karena perubahan ini, frekuensi kendaraan juga terus bertambah. jalan raya alternatif cibubur untuk mencapai cikeas pun sejak setahun terakhir diperlebar. dua lajur kini menjadi tiga lajur untuk masing-masing jalurnya.
macet memang tidak banyak berkurang karenanya, terutama pada jam berangkat dan pulang kerja. pada akhir pekan pun kerap tidak terkira macetnya. untuk kemacetan macam ini, pak kalla kerap menyebutnya sebagai tanda keberhasilan pemerintah meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. boleh juga jawaban pak kalla. hehehe
perubahan memang sangat terasa. tanah kosong atau bangunan lama di kanan dan kiri jalan utama kini berubah menjadi ruko dan beragam jenis tempat usaha.
bakso sukowati langganan pak beye adalah salah satunya. warung bakso yang ada di pintu masuk jalan ke cikeas itu pada akhir 2008 membuka cabang barunya. cabang baru yang luas dan dibangun dua lantai di dekat rumah pak beye itu adalah warung ketiga. warung pertama ada di sragen sana.
di depan gerbang perumahan pak beye, juga berdiri kantor pemasaran pengembang perumahan yang luas dengan beragam jenis rumah yang dibangunnya. deretan ruko pengembang yang sama juga dibangun di tepi jalan utama.
sarana pendukung warga seperti minimarket beragam merek dagang berdiri seperti saling bersaing di jalan-jalan di sana. sungguh perubahan memang telah tiba.
perubahan juga terjadi pada warga asli di sana. tanah warisan yang mereka punya makin berkurang jumlahnya. tawaran yang gencar dilakukan di tengah keterdesakan kebutuhan harian membuat warga asli melepas tanah warisannya. kejadian ini memang sudah terjadi lama.
warga asli yang semula menjadi penghuni utama, kini makin terdesak dan kerap merasa asing di tahan leluhurnya. beberapa dari mereka kini masih tetap menjadi peladang lengkoas yang tanahnya bukan lagi milik mereka.
perubahan memang telah terjadi, tetapi tampaknya perubahan itu belum memihak pada mereka.
panta rei
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H