[caption id="attachment_460" align="alignnone" width="242" caption="pak beye menyantap bakso sukowati pedas kegemaran dalam mangkok jago yang ditumpuk, cikeas, 2004(wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] akhir pekan datang juga. sebuah kepastian yang tidak dapat ditolak kedatangannya, bahkan oleh kematian sekalipun. senang rasanya didatanginya kembali. seperti juga kebanyakan dari kita bukan, yang gemar menanti-nanati saat akhir pekan ketika hari kerja harus dijalani? mengakui kekeliruan adalah awal dari sebuah perbaikan. hayooo, ngaku saja :) apa kagiatan akhir pekan anda? anda yang sudah berkeluarga dan memiliki anak atau anak-anak yang kurang disapa saat hari-hari kerja, pasti memikirkannya. apalagi pada awal bulan, saat gaji atau upah di mesin atm masih tersisa. meskipun pada dasarnya memang bukan melulu terletak pada uang, tetapi jujur saja, pengalaman harian menunjukkan, uang sebagai sarana kerap menjadi penentu juga. tidak selalu besar jumlahnya, tetapi kalau sarana itu memang tidak ada, pasti akan sulit juga mewujudkan acara akhir pekan anda. kembali ke soal acara akhir pekan anda. sudah kah ditetapkan acaranya? acara keluarga di rumah seperti berkebun atau membersihkan sepeda anak juga bisa menyenangkan. terlebih, setelah berkebun atau membersihkan sepeda itu, terhidang kudapan seperti pisang goreng, ubi rebus, dan tehnya buatan orang tercinta. wuiiihhhh. nikmat rasanya. soal rasa, memang sulit dicari patokan ukurannya. perdebatan pasti akan selalu muncul karenanya. dan menurut saya, itu wajar-wajar saja. meskipun indera kita jumlahnya sama, kedirian kita besama pengalaman hidupnya membuat indera kita melihat secara berbeda, merasa secara berbeda, mencium secara berbeda, mendengar secara berbeda, dan mencecep juga secara berbeda. lho kok jadi ngelantur gak keruan sihhhh. hehehehe. coba fokus lagi. meskipun tinggal di istana negara dan sempat hampir dua tahun di istana merdeka, pak beye hampir selalu pulang ke kediaman pribadinya ketika akhir pekan teiba. puri cikeas indah di gunung putri, bogor, jawa barat adalah rumah yang ditujunya. banyak perubahan memang kompleks perumahan itu dalam empat tahun terakhir. tetapi rumah pak beye yang dihuni sejak 1996 itu, tetap dirindu setiap sabtu dan minggu. terlebih, rambutan aceh dan cipelat di halaman sudah mulai memerah minta dipetik. cikeas tampaknya telah menjadi perhentian terakhir pak beye dan bu ani setelah sejak menikah sangat kerap berpindah-pindah. tugas ketentaraan mengharuskan pak beye, bu ani, dan dua putranya agus harimurti yudhoyono dan edhie baskoro yudhoyono tidak bisa berlama-lama tinggal di suatu tempat. anak-anak kolong pasti paham soal-soal ini. bukan begitu abah, pak pray, atau bahkan pak chappy? di perhentian terkahirnya ini, pak beye, bu ani, agus, dan ibas menemukan kegemaran atau tepatnya kelangenan yang selama ini dicari. sesuatu yang biasa, tetapi pasti, separuh lebih dari kita menyukai. kegemaran itu adalah bakso kuah. dan nama warung bakso itu adalah sukowati. warung bakso sukowati berdiri di bangunan sempit di tepi jalan masuk menuju puri cikeas indah. letaknya nyaris di sudut pertigaan itu, tidak jauh dari jalan alternatif cibubur yang belakangan terus dilebarkan karena makin buanyaaknya pengguna jalan. jejak kegemaran pak beye dan keluarga terhadap bakso sukowati tergantung dalam bingkai foto di dinding warung. karena itu, mereka yang membeli dan makan di warung ini, akan merasa lebih beruntung saat mengenali foto-foto yang tergantung. bakso sukowati memang sudah dikenal oleh penduduk sekitar sebelum pak beye menggemarinya. namanya makin dikenal sejak kampanye pemilu dan pilpres 2004 karena pak beye hampir selalu menyertakannya dalam setiap acara di cikeas. untuk indera pencecap saya, bakso sukowati terasa biasa saja. namun, karena disantap setelah lelah menempuh perjalanan sekitar 45 kilometer dari palmerah dan menyantapnya dalam keadaan lapar, rasanya menjadi berbeda. bukankah lapar adalah lauk paling nikmat untuk setiap makanan? menjadi menu wajib setiap acara di cikeas dalam empat tahun terakhir membuat sukowati berubah. sejak awal 2008, bangunan yang luasnya jaaaaauh lebih besar dari bangunan yang ditempati sebelumnya telah didirikan. sejak beberapa bulan lalu, warung lama juga sudah mulai ditinggalkan. selain karena tambahan rezeki yang memungkinkan, keterkenalan memang membutuhkan perlakuan tersendiri. dengan warung barunya, sukowati tidak lagi kesulitan menampun para pembeli yang membawa kendaraan. parkiran luas tersedia. selain itu, sukowati baru juga berdiri lebih dekat dengan kediaman pak beye. karena itu, jika ingin merasakan mewujudnya janji perubahan yang dijanjikan sejak kampanye pilpres 2004, datanglah dan makanlah di warung bakso sukowati. di sukowati, perubahan sungguh-sungguh terjadi, meskipun perubahan ini tidak bisa dijadikan acuan pemenuhan seluruh janji. untuk anda yang tinggal di jakarta dan belum menemukan acara akhir pekan, bakso sukowati bisa dijadikan pilihan. kalau mengajak anak-anak, lebih baik sejak awal bilang ke peramusaji agar penyedapnya dikurangi atau tidak dipakaikan sama sekali. dengan enam ribu rupiah per porsi (saya khawatir sudah naik hargaynya karena berbagai alasan), semangkuk bakso bisa dinikmati. lebih dari itu, dengan seporsi bakso sukowati, anda bisa sedikit berbangga memiliki selera jajanan seperti pak beye. atau, setidaknya anda bisa mengetahui selera jajanan pak beye dan menjadikan anda tetap pede dengan jenis-jenis jajanan pinggir jalan yang digemari. jadi, apa acara akhir pekan anda kali ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H