Mohon tunggu...
Wisnu Nugroho
Wisnu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis -

mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Emir, Generasi Keempat Keluarga Kalla

1 Desember 2008   02:58 Diperbarui: 15 November 2019   06:01 1903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_400" align="alignleft" width="300" caption="pak kalla mengajari emir, cucu berenang bersama rania dan aisya di rumahnya di haji bau, makassar, april 2008/wisnunugoho.kompasina.com"][/caption] 

Apa acara akhir pekan anda dan keluarga? Bukan jabatan, bukan uang, tetapi keluarga yang secara nyata telah membawa kebahagiaan dalam perjumpaannya. Karena itu, adanya kesempatan untuk bisa berjumpa dengan anggota keluarga merupakan kesempatan yang berharga. 

Kendala dan kesulitan untuk bertemu anggota keluarga dilihat sebagai tantangan yang membuat perjumpaan itu menjadi lebih bermakna.

dasar itulah, dari tahun ke tahun, pemerintah pimpinan pak beye berupaya sebisa mungkin memperbaiki layanan angkutan mudik dan balik lebaran, meskipun hasilnya kita bisa tahu dan rasakan semua. 

Masing-masing dari kita bisa berbeda pendapat soal hasilnya lantaran mudik dan balik adalah pengalaman eksistensial masing-masing dari kita. Membantu banyak orang yang hendak mewujudkan kebahagiaan yang pasti ditemukan saat berjumpa dengan anggota keluarga adalah sebuah kerja mulia. 

Begitu kata pak kalla (66) dalam beberapa kali rapat persiapan arus mudik dan balik lebaran sambil menunjuk artikel di majalah newsweek yang membuat ulasan tentang "kebahagiaan". 

Keluarga. Itu juga yang membuat pak kalla selalu ingin kembali pulang. Tentu saja tidak hanya saat lebaran. Setiap ada kesempatan yang memungkinkan, pak kalla pulang. 

Karena merupakan wakil presiden, ketua umum partai golongan karya, dan sekaligus pengusaha, ada beberapa tempat tujuannya pulang. Bukan. Bukan karena banyak keluarga inti yang harus dijumpainya. 

Keluarga intinya hanya satu karena memang isterinya juga cuma satu. Ny mufida atau biasa dipanggil ibu ida isteri tercintanya. Dari perkawinannya dengan bu ida, kalla dikarunia empat putri dan satu putra yaitu muchlisa jusuf, muswirah jusuf, imelda jusuf, solichin kalla, dan chaerani jusuf. Dari keempat anaknya yang sudah menikah, pak kalla dikarunia sembilan cucu. 

Dari ke-sembilan cucu inilah, pak kalla menemukan kesempurnaan kebahagiaannya sebagai pribadi. Karena itu, ketika pulang ke rumah, baik di rumah dinas di jalan diponegoro (jakarta), di jalan dharmawangsa (jakarta), jalan lembang (jakarta), atau jalan haji bau (makassar), kehadiran cucu-cucu yang mulai bisa meledek kakeknya selalu ditunggu. Saat melakukan kunjungan kerjanya di sulawesi selatan, pak kalla selalu memilih menginap di rumahnya di jalan haji bau, makassar. 

Di sela-sela padatnya acara, pak kalla memanfaatkan waktunya untuk bermain dan bercengkerama dengan cucu-cucunya. Kegiatan dengan cucu-cucunya bisa bermacam-macam mulai dari menyanyi, menggambar, dan aktivitas bermain lainnya. 

Cucu-cucnya adalah generasi keempat keluarga kalla. Saat pulang ke rumah, april 2008 lalu, pak kalla tidak bisa menolak rengekan tiga cucunya yang minta diajari berenang. 

Tiga cucunya itu adalah emir (6), rania (8), dan aisya (6). Dengan hanya mengenakan celana renang, pak kalla menemani emir, raina, dan aisya berenang di kolam renang bulat di halaman belakang rumahnya. Secara khusus, pak kalla membujuk dan mengajari emir yang sama sekali belum bisa berenang. 

Saat pelajaran berenang dilakukan sang kakek, sang nenek duduk di tepi kolam menyiapkan pisang goreng bone kesukaan, minuman, dan handuk. Sang nenek yaitu bu ida juga aktif mengambil kamera poket dari dari ata meja. 

Diabadikannya kebahagiaan dan keceriaan kakek dengan tiga cucunya. Sementara aktivitas ini dilakukan, tukang kebun memanjat pohon mangga di semping kolam untuk dicarikan buahnya. Menurut bu ida, pohon mangga itu sudah puluhan tahun usianya. 

Ada lebih dari lima jenis mangga yang sukses diokulasi di pohon mangga itu. Karena itu jangan heran jika untuk mangga dari satu pohon yang sama, rasa buahnya berbeda-beda. 

Pohon itu tampaknya tepat betul mewakili jiwa pengusaha pemiliknya yang tidak hanya memiliki motivasi dan tujuan tunggal dalam setiap aktivitasnya. Senangnya bisa melihat dan memahami betapa manusiawinya pemimpin kita. 

Ke mana anda pulang setelah setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, setiap tiga bulan, dan setiap tahun lelah bekerja? Semoga keluarga juga jawabannya. 

Dan tidak ada yang memungkiri, kebahagiaan memang benar ada di sana. Tentu saja keluarga itu adalah keluarga kita sendiri. Itu mungkin jawaban untuk pertanyaan kenapa pak beye dan bu ani hampir selalu pulang ke cikeas setiap libur dan akhir pekan tiba. Keluarga. 

Tempat masing-masing dari kita pulang dan diterima apa adanya. Selamat memperingati hari aids sedunia dan mari kita buat aksi nyata dengan mencintai keluarga, pertahanan utama dan pertama bangsa kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun