Mohon tunggu...
Wisnu Mustafa
Wisnu Mustafa Mohon Tunggu... wiraswasta -

pencari cinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ritual Se Jit yang Penuh Mistis

23 Februari 2012   01:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:18 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beduk khas china bertalu-talu sambil sesekali diselingi suara simbal. Tetabuhan ini mengiringi gerak Tangsin yang bergerak kesana kemari dalam kondisi trance (kesurupan). Asap hio membumbung di angkasa, menyeruakan harum ke seluruh ruangan. Tangsin mulai begerak mendekati tumpukan arang yang mulai membara. Hawa panas dari bara api masih bisa kita rasakan dari jarak empat meter. Gerakan Tangsin semakin menjadi-jadi seiring ritme beduk yang semakin cepat. Kakinya mulai menginjak bara api. Hamparan bara dengan lebar kurang lebih 3 meter dengan panjang 15 meter merupakan lintasan yang harus dilewati oleh para peserta.

[caption id="attachment_162852" align="aligncenter" width="650" caption="tradisi injak bara"][/caption]

Tangsin bergerak kesegenap penjuru, memeriksa setiap depa, hamparan bara di halaman kelenteng.Tak lama kemudian, aksi Tangsin diikuti oleh para peserta. Beberapa orang mulai berjalan cepat diatas bara api yang sangat panas itu. Tua, muda,bahkan anak-anak bernyali besar ini melewati bara api dengan kaki telanjang. Tak ada rasa takut pada wajah mereka., beberapa orang bahkan melakukannya sampai berberapa kali. Sebuah selendang yang terjatuh dari tubuh seorang wanita tua, langsung terbakar ketika menyentuh bara. Tangsin kembali masuk kedalam kelenteng. Penonton menantikan aksi selanjutnya dengan tak sabar. Tak lama kemudian sebuah panci besar dikeluarkan. Wajan besar berisi minyak sayur ini mulai dipanaskan. Kertas-kertas berwarna kuning bertuliskan aksara cina mulai dibakar. Para peserta yang akan ikut serta mulai membuka baju. Mereka masuk kedalam ruangan untuk meminta restu ke Tangsin. Minyak mulai bergolak-golak. Tiba-tiba orang-orang bertelanjang dada keluar dari dalam ruangan. Mereka berebut mandi minyak panas. Minyak yang bergolak-golak ini di cipratkan ketubuh mereka yang bertelanjang dada. Penonton segera menyingkir ketika merasakan cipratan minyak yang sangat panas ketika mengenai kulit.

[caption id="attachment_162853" align="aligncenter" width="650" caption="mandi minyak panas"]

1329960454590032015
1329960454590032015
[/caption]

Inilah puncak acara Se Jit Hok Teng Ceng Sin yang memang sudah menjadi tradisi setiap tahun di kelenteng Hok Tek Bio Cibinong. Se Jit bisa berarti hari kelahiran atau hari ulang tahun. Hari kelahiran Hok Tek Ceng Sin atau dewa bumi selalu dirayakan dengan meriah. Ritual diawali dengan memotong lidah Tangsin dengan sebilah pedang yang tajam, Kemudian darah yang keluar dari lidah tersebut ditampung dalam wadah. Darah digunakan untuk menuliskan aksara aksara cina diatas kertas-kertas berwarna kuning (kertas Hu). Tulisan bertinta darah diatas kertas Hu, berfungsi sebagai isim atau azimat untuk memulai ritual selanjutnya. Dari cerita orang -orang yang mengerti akan ritual ini. Tangsin berperan dalam menjinakan bara api yang membara dan minyak panas supaya tidak melukai peserta. Siapakah Hok tek Ceng Sin Hok Tek Ceng Sin sering juga disebut sebagai Thouw Te Kong atau Dewa bumi. Dewa bumi dianggap ada pada setiap daerah. Makanya tak heran jika ada banyak wihara di Indonesia memakai dewa bumi sebagai ikon nya. Cerita mengenai asal muasal dewa bumi sangat beragam, salah satunya adalah cerita dari dinasti Thou. Pada masa pemerintahan Thou Wu Tang, ada seorang menteri bernama Thio Hok Tek. Dia bertugas mengurusi pajak yang ditarik dari rakyat. Dalam melaksanakan tugasnya Thio Hok Tek sangat bijaksana, malah seringkali dia memberikan uang kepada rakyat yang tidak mampu. Setelah Thio Hok Tek meninggal dunia, jabatan nya di gantikan oleh Wei Chao. Orang ini sangat bertolak belakang sifatnya dengan Thio Hok Tek, rakyat ditindas dan pajak ditarik dengan semena-mena. Kerinduan rakyat akan orang yang bijaksana dan pemurah seperti Thio Hok Tek diwujudkan dalam bentuk patung. Pemujaan terhadap patung Thio Hok Tek ini akhirnya menyebar diantara rakyat kecil, merekapun akhirnya memanggilnya dewa bumi. Pemujaan terhadap dewa bumi biasanya dilakukan setelah penen raya. Pemujaan sebagai bentuk syukur atas panen yang melimpah. Pada Dinasti Siang/Shang, tradisi ini kemudian diberi nama Hok Tek Ceng Sin, yang berarti memeperoleh rezeki . Selesai acara, para penonton segera berebut mengambil sisa minyak yang ada pada wajan. Mereka percaya, sisa minyak yang mereka bawa pulang mempunyai khasiat untuk berbagai macam keperluan. Buat pedagang konon bisa membuat dagangan laris. Baik juga digunakan sebagai minyak untuk memijat atau kerokan. Sedangkan kertas bertuliskan huruf cina yang ditulis dengan darah, biasanya ditempelkan dipintu rumah. Mereka percaya, tulisan yang ada pada kertas berwarna kuning ini dapat menjadi alat untuk menolak bala dan gangguan setan. Semua tentu berpulang pada kepercayaan masing-masing. Yang jelas acara Se Jit selalu menarik untuk disaksikan. Seperti Malam ini, penonton tetap datang berbondong-bondong meskipun hujan deras sempat mengguyur pada sore hari tadi. Keterangan : Tangsin : Orang yang berperan sebagai perantara antara roh dan dunia nyata, roh menggunakan tubuh tangsin untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar nya. Kertas Hu : Kertas berwarna kuning, yang biasa di gunakan untuik upacara kematian, digunakan juga sebagai isim atau azimat Sejarah Hok Tek Ceng Sin, Sumber:www. poanthian.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun