[caption id="attachment_121989" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Sebagus apa pun pabrik menciptakan alas kaki, mereka tidak akan pernah bisa membuat alas kaki yang cocok dengan karakteristik kaki manusia. Para ahli bahkan menyebutkan sepatu yang diciptakan di zaman modern ini bukan hanya mengubah bentuk kaki tetapi juga membuat kaki lebih mudah cidera (Tribun news.com, selasa 5 Juli 2011).
Sejak anak-anak, manusia modern sudah tidak lagi bersentuhan langsung dengan tanah yang di pijaknya. Alas kaki menjadi pemisah antara kaki dan bumi. Tak heran jika kulit kaki semakin terasa ringkih dan sangat sakit bila berjalan tanpa sepatu atau sandal. Seorang kerabat melakoni hidup tanpa alas kaki lebih dari separuh umurnya. Sejak berumur 30 tahun dia tidak lagi memakai alas kaki dalam kegiatan sehari-hari. Alas kaki dipakai hanya ketika pergi kondangan saja. Selebihnya dia tidak pernah memakai alas kaki. Kegiatan sehari-hari ataupun bepergian kedaerah-daerah yang dekat selalu bertelanjang kaki. Sepintas kegiatannya ini tampak aneh ditengah kehidupan modern. Keyakinan akan menfaat dari kegiatan yang dilakukannya telah terbukti. Kehidupan nya sangat sehat dan meninggal pada umur 93 tahun karena kanker prostat. Semasa hidup dia selalu bercerita bagaimana manfaat bertelanjang kaki bagi kesehatan tubuh. Dia meyakini, pada telapak kaki terdapat ujung-ujung syaraf dan titik-titik refleksi yang membuatnya serasa di refleksi setiap kali berjalan. Kondisi kesehatan nya sangat prima, ginjal, jantung, darah semua normal, hasil cek laboratorium membuktikan hal itu. Bahkan penyakit pikun yang biasa diderita oleh orang-orang tua pun tidak dialaminya. Usia tua malah membuatnya semakin produktif. Kegiatan sehari-harinya diisi dengan berkebun, membaca Kho Ping Ho dan meracik obat-obatan tradisional. Tips lain yang dia lakoni adalah, banyak mengkonsumsi sayuran dan jarang makan daging. Selain itu dia juga menghindari bumbu penyedap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H