Mohon tunggu...
Wisnu Mustafa
Wisnu Mustafa Mohon Tunggu... wiraswasta -

pencari cinta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kejamnya Guruku

9 Januari 2011   03:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:48 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu pagi,matahari masih tampak malu untuk menampakan dirinya. Aku bersiap untuk berangkat berolah raga. Minggu pagi ini rasanya aku bersemangat sekali. Bergegas aku berlari-lari kecil di jalan yang masih tampak basah oleh hujan tadi malam.

Diperjalanan aku berpapasan dengan dua orang tua, ibu-bu dan bapak-bapak, sedang berjalan-jalan pagi. Sejenak ku tertegun menatap wajah si bapak tua ini. Aku seperti mengenalnya, sejenak ku mengingat-ingat siapa dia, ketika semakin dekat barulah aku ingat siapa dia. “ Pak JA ,guru ku ketika SMP dulu. Wajahnya tampak agak pucat, dan keliatan tua sekali,padahal aku yakin usianya baru sekitar 60an tahun. Aku segera menghampirinya, mencium tangannya seperti kebiasaan jaman dulu ketika masih sekolah,kemudian memperkenalkan diriku.

Dia tersenyum, kemudian bertanya tentang kehidupanku yang sekarang.” Sudah menikah belum?, punya anak berapa?, sekarang kerja dimana? Begitu beberapa pertanyaan yang di ajukan, ada nada senang yang membuncah di matanya ketika kuceritakan keadaan diriku saat ini. Kemudian dia terdiam sejenak, menarik nafas kemudian berkata,” sekarang bapak sudah sakit-sakitan nak, komplikasi ginjal, jantung dan diabetes. Sudah bosan rasanya keluar masuk rumah sakit. Mungkin ini cobaan dari Allah, di usia senja bapak haru sseperti ini. Kemudian dia berkata,”Tolong maafkan bapak ya, nak, dulu bapak galak sekali ke kalian semua.

Akupun tersenyum dan bilang, ‘ pak untuk saya pribadii semua itu tidak pernah saya ingat-ingat lagi, itu bagian dari pengajaran bapak supaya kami jadi anak yang baik,begitu sahutku mencoba berbasa-basi. Akhirnya akupun menyudahi percakapan itu, kulanjutkan lari-lari kecilku sambil termenung,mengingat betapa gagah perkasa nya si bapak guruku yang killer ini dulu, tubuhnya tinggi besar dengan badan yang berotot. Kumis baplang menambah aura galaknya, dilengkapi dengan 2 buah batu Ali yang sebesar telur ayam, mengingat nya saja sudah menilmbulkan ketakutan.

Dulu ketika SMP pak JA ini adalah yang paling killer, aku ingat ketika upacara bendera, beberapa anak di barisan belakang tampak bermain-main, ada juga yang duduk-duduk. Ketika upacara usai, pak JA berteriak, barisan jangan di bubarkan dulu, kemudian dia berjalan dan menarik anak-anak yang tadi di lihatnya tidak serius ikut upacara. Ada sekitar 12 anak dibariskan di barisan depan, Pak JA memutar-mutar batu Ali nya, sehingga arah batu Ali jadi kebagian dalam tangannya, kemudian, ……Plak, Plak,Plak, semua anak ini di gampar, dua diantaranya malah sampai berdarah hidungnya, mereka semua kemudian di jemur selama 1 jam.

Di waktu yang lain Heru dan Budi teman sekelasku ketahuan merokok di sekolah, pak JA membawanya ke ruang guru kemudian menyuruhnya mengisap 5 batang rokok sekaligus sedangkan budi disuruh mengunyah dan menelan 5 batang rokok yang tersisa, Heru temanku menceritakannya kepadaku sambil berlinang air mata.

Adalagi Pak AD ,guru Olahragaku, bertubuh gempal,pendek, dengan wajah yang ditumbuhi brewok tebal, mirip Syeh puji, ketika itu olahraga sudah dimulai, ada seorang anak yang datang terlambat, diapun menyodorkan tangan kirinya yang mengenakan jam tangan, dan bertanya” Jam berapa ini?? Begitu si anak melihat ke jam tangan si bapak, secepat kilat tangan kanannya memukul perut si anak, anak itupun jatuh sambil meringis memegangi perut’.

Ketika SD pun kekejaman guru sudah dimulai, Ibu LS guru matematika adalah salah satu monster menakutkan di SD ku. Pada jam-jam akhir sekolah selalu diadakan tes soal, setiap anak yang bisa mengerjakan soal di papan tulis,boleh pulang, yang tidak bisa, kepala pasti benjol, ya karena dipukul dengan penggaris kayu yang besar. Posisi penggaris yang dipukulkan menyamping sehingga kepala yang dipukul terasa sangat sakit karena kena pada bagian tebalnya. Kalau soal tidak bisa, dia menyuruh kita duduk lagi menunggu giliran berikutnya,begitu seterusnya sampai kita bisa, baru boleh pulang.

Adalagi bu guru KS, kekejaman cubitan tangannya tak terkira, hampir semua murid pernah merasakan cubitannya. Dicubit,depelintir kemudian ditarik, so pasti paha menjadi biru lebam, sakitnya tak terkira.

Di era tahun 80 an, kekejaman guru tampaknya adalah hal yang dianggap lumrah dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah. Cubitan,tamparan dan bentakan adalah hal biasa kami terima. Orang tua murid pun tidak pernah ada yang menuntut perbuatan guru tersebut. Tentu akan berbeda sekali bila kejadiannya jaman sekarang, karena orangtua murid bisa mempidanakan tindak kekerasan yang dilakukan guru. Memang tidak semua guru berperilaku seperti itu namun disetiap sekolah pasti saja ada satu atau dua orang guru yang ditakuti dan dianggap kejam.

Tindakan mendisiplinkan murid yang dilakukan guru pada masa lalu memang menyakitkan, tapi diluar itu guru memang sangat berjasa dalam membangun kecerdasan dan karakter anak. Semua kekejaman itu saya yakini sebagai bagian dari rasa sayang guru kepada kita. Saat ini tidak ada rasa dendam dalam hati, kecuali perasaan iba melihat orang-orang yang dulu pernah sangat berjasa dalam hidup kita ini, berjalan tertatih-tatih dan sakit-sakitan di hari tuanya. Doa ku untuk mu, bapak dan ibu guru ku, Semoga Allah SWT membalas semua budi baik mu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun