Mohon tunggu...
I Ketut Wisnu Laksana
I Ketut Wisnu Laksana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Has an interest in football culture, editing and graphic design

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gerakan Politik Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)

28 Desember 2023   14:45 Diperbarui: 28 Desember 2023   15:34 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemunculan gerakan politik Islam radikal di awal abad ke-21 ini memang menjadi fenomena yang menarik. Gerakan politik Islam radikal bersikap sebagai suatu tantangan politis di dalam dunia modern. Gerakan Islam radikal kontemporer secara geografis tersebar di seluruh wilayah Timur Tengah, Asia Tenggara, Eropa, dan Afrika. Faktanya, hampir tidak ada satu wilayah pun di dunia yang tidak ada gerakan tersebut. Tenggara, Eropa, dan Afrika. Faktanya, hampir tidak ada satu wilayah pun di dunia yang tidak ada gerakan tersebut. Kelompok-kelompok Islam radikal tersebut mengkampanyekan jihad untuk melawan berbagai macam pemerintahan non- Muslim dengan tujuan mendirikan Negara Islam.

Tetapi, dalam jangka waktu ini terdapat satu kelompok Islam radikal yang telah melakukan keseluruhan hal tersebut dan memulai dengan aksi teror. Kelompok tersebut menamai diri mereka Negara Islam (NI) atau The Islamic State (IS). Gerakan politik Islam radikal ini merupakan kelompok radikal paling berbahaya yang terkaya dan tersukses di dunia. Seluruh dunia sebagian besar mengenal kelompok ini dengan sebutan The Islamic State in Iraq and Syria atau the Islamic State in Iraq and al-Sham. Pada tanggal 29 Juni 2014 al-Baghdadi mengubah nama menjadi Islamic State (IS). Mereka menanggalkan nama Iraq dan Syria atau the Levant untuk menegaskan bahwa mereka menghendaki wilayah penguasaan lebih luas dari pada sekedar kedua wilayah tersebut.

Maka muncul ISIS yang sekarang ini, sebuah kekuatan yang sangat dahsyat sebagai kombinasi antara ideologi jihadisme, militer, militansi, dan kekerasan. Dengan ideologi khilafah dan Sunni, keberadaan ISIS ini bertujuan menandingi keberadaan insitusi Shi'ah di negara-negara yang ada Timur Tengah. Bahkan, di bawah kepemimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi ISIS mendeklarasikan Negara Islam di sepanjang Iraq dan Suriah dan juga menyatakan Al-Baghdadi akan menjadi pemimpin bagi umat muslim di seluruh dunia (Niam, 2014). ISIS merupakan ancaman yang lebih besar dari al Qaeda, HAMAS, Hizbullah, Boko Haram dan seluruh gerakan Islam radikal lainnya. Tidak dapat disangkal bahwa keberhasilannya lebih besar. Gerakan politik Negara Islam menjadi gerakan Islam radikal pertama yang memerintah hamparan wilayah yang luas untuk jangka waktu yang panjang.

Kelompok ini telah memenangkan loyalitas sebagian besar jihadis di seluruh dunia. Gerakan Negara Islam telah menyerukan kepada seluruh Muslim di dunia untuk melakukan serangan terhadap negara-negara Barat. Pembentukan Negara Khalifah yang dinyatakan oleh Negara Islam, saat ini termasuk sebagian besar Irak dan Suriah, dari pinggiran Baghdad ke pinggiran Aleppo. Namun, Negara Islam berusaha untuk memperluas Negara Khilafahnya keseluruh duia. Pada tanggal 29 Juni 2014, gerakan politik Negara Islam telah mencapai titik pembentukan Khilafah (sebuah pemerintahan yang mempersatukan seluruh Muslim di seluruh dunia).

Kelompok yang memiliki nama Negara Islam di Iraq dan Suriah (NIIS) atau Islamic State in Iraq and Syiria (ISIS), menghapus setengah namanya dan menyebut diri mereka Negara Islam atau Islamic State. Klaim ini merupakan upaya dalam pembentukan sebuah kekhalifahan baru dan menjadi daya tarik gerakan politik Negara Islam bagi Muslim di seluruh dunia dan menjadi inspirasi bagi orang-orang yang bepergian dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Irak dan Suriah untuk bergabung dengan gerakan ini. Dalam penyebaran ideologi radikal di era globalisasi ini, para kelompok radikal ini memanfaatkan penyebaran informasi melalui komunikasi internasional menyebarkan propaganda untuk memberikan ancaman bahkan mengajak masyarakat sipil bergabung dalam gerakan ini).

Terbukti fenomena pejuang luar negeri di Irak dan Suriah benar-benar global, dengan sekitar 86 negara melihat sedikitnya satu warga negaranya berangkat ke Suriah untuk bertempur bersama dengan kelompok-kelompok ekstrimis di sana, terutama gerakan Negara Islam. Lahan subur perekrutan telah muncul dan tersebar dalam arus global. Pada bulan Februari 2015, lebih dari dua puluh ribu Muslim dari seluruh dunia telah berangkat ke Irak dan Suriah untuk berjihad dengan gerakan Negara Islam).

Mereka menjadi kelompok jihadis melalui kekerasan dan berusaha memperjuangkan Islam secara Kaffah, di mana syariat Islam sebagai hukum negra dan berusaha meyakinkan sesama muslim bahwa penggunaan kekerasan disahkan. Proyek Iskam Khilafah yang dicanangkan oleh Negara Islam menarik banyak perhatian para pejuang asing dari seluruh dunia. Ketika menjadi mercusuar bagi para banyak perekrutan dan jaringan fasilitas/logistik. Selanjutnya mereka yang telah berjuang bersama Negara Islam membuat koneksi dengan satu sama lain.

Photo by Fox News
Photo by Fox News

Negara Islam juga terus membangun prestise dan legitimasi dalam ke seluruhan geraknnya. Ancaman terhadap keamanan dunia pun hadir seiring dengan eksistensi dan pergerakan ISIS dalam upayanya mencapai kepentingan dalam menciptakan negara Islam. Berbagai strategi militer yang digunakan oleh ISIS, seperti pembunuhan massal, penculikan anggota kelompok keagamaan dan suku, dan pemenggalan tentara dan wartawan, telah menimbulkan ancaman serius terhadap keamanan manusia dan keamanan negara. ISIS sebagai sebuah fenomena yang telah mengancam kehidupan masyarakat luar. Hal lain yang menjadikan ISIS sebagai ancaman keamanan memberikan dampak kepada human security dan national security. Serangan- serangan teror yang dilakukan di belahan dunia barat pun semakin gencar, seperti serangan teror di enam lokasi yang berbeda di kota Paris. Hal tersebut menimbulkan efek terorisme menjadi ancaman kemanan yang nyata.

Secara pararel, balasan dari upaya menghadapi dilema teroris ini berupa hukum, negara berhak wajib untuk mengambil langkah dalam rangka melindungi kesejahteraan warga negaranya (Elgot dkk., 2015). Kekejaman ISIS bukan representasi Islam. Kekejaman ISIS yang melampaui batas kemanusiaan pun menuai protes dari umat Islam di Baghdad yang memprotes tindakan ISIS yang membunuh dan mengusir umat Kristiani di Mosul (The New York Times, 2014).

Komunitas internasional secara luas mengutuk tindakan ISIS, dan berbagai negara serta pasukan koalisi meluncurkan operasi militer untuk melawan kelompok ini. Pada 2019, pasukan Suriah yang didukung oleh koalisi internasional berhasil mengalahkan ISIS secara militer, tetapi kelompok ini masih memiliki potensi untuk beroperasi sebagai gerilyawan di wilayah tertentu. Penanggulangan terhadap pengaruh ideologi ekstremisme dan upaya untuk mencegah rekrutmen terus menjadi fokus komunitas internasional dalam menghadapi ancaman dari gerakan politik seperti ISIS

Dengan keganasan dan kebrutalan yang mereka perjuangkan, gerakan politik ISIS menyisakan jejak kehancuran di berbagai belahan dunia. Meskipun militer berhasil mengatasi ancaman fisik mereka, penanggulangan terhadap ideologi ekstremisme dan upaya pencegahan rekrutmen tetap menjadi tantangan besar bagi komunitas internasional. Perjalanan panjang perlawanan terhadap ISIS mengingatkan kita untuk terus bersatu dalam menghadapi ancaman terorisme global demi perdamaian dan keamanan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun