Mohon tunggu...
Wisnu Endras
Wisnu Endras Mohon Tunggu... -

Since 1994. Almost Straight Edge

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Musik Indie

16 Desember 2014   04:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:14 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_382864" align="aligncenter" width="528" caption="Arctic Monkeys"][/caption]

Saat ini muda mudi di seluruh dunia, di indonesia lebih tepatnya di jakarta. Mulai banyak berkarya di dalam bidang musik tanah air, dan banyak genre yang mereka ciptakan. Dari yang genrenya pop, metal, hardcore, grindcore dan sebagainya. Mereka pun dapat melakukan apresiasi mereka dalam bermusik, misalnya seperti pada saat bakti sosial dan acara amal lainnya, mereka pun dapat memberi sumbangan dengan bermusik untuk menghibur para kaum dhuafa. Belajar bermusik juga tidak harus dari paksaan oranglain , belajar musik biasanya tertanam saat kita masih kecil bahkan pada saat kita masih di dalam kandungan ibu kita. Biasanya pada saat kita masih di kandungan, orang tua kita pun berbagi musik kepada kita yang berada di dalam rahim ibu kita, biasanya orang tua kita memberi kita alunan lagu-lagu klasik, asal-usulnya lagu klasik dapat membantu perkembangan otak kita saat di dalam kandungan. Saat ini musik indie di indonesia sudah mulai maju dan mulai go international. Musik-musik di tanah air yang beraliran keras misalnya Hardcore, Metal, Grindcore, Melodic, Punk dan sebagainya cukup banyak penggemarnya dan tidak hanya muda mudi saja yang menyukai musik tersebut tetapi orang lansia pun juga ada yang menyukainya. Dan akhir-akhir ini cukup banyak muda-mudi yang mmulai rasis dengan genre musik. Misalnya pada saat acara gigs di sebuah cafe, ada bang yang beraliran punk dan ada bang yang beraliran metal, mereka pun terkadang suka saling ejek karena perbedaan aliran tersebut, oleh karena itu berhentilah dalam membeda-bedakan genre dalam bermusik, semua musik itu sama untuk di nikmati dan tidak untuk di ributkan. Di sini pun saya akan membahas tentang violence dancing, pada saat sebuah band beraliran keras seperti hardcore maupun metal sedang perform, yaitu Stage Diving, Wall Of Death, Pogo, Windmill dan Sidekick.

1. Stage Diving adalah loncatan dari atas panggung ke arah kerumunan penonton, dan pada saat mendarat orang yang meloncat tersebut di tangkap dan di angkat-angkat oleh penonton.

2. Wall Of Death adalah dua kubuh yang di buat penonton untuk saling melakukan gerakan pukulan-pukulan sambil menendang, ada saatnya berlari ke arah kubuh yang satu dengan yang satunya seperti menabrakan diri dan langsung melakukan violence dancing.

3.  Pogo adalah gerakan violence dancing yang seperti berlari di tempat sambil menyilangkan kaki dan melakukan gerakan pukulan.

4. Windmill adalah gerakan memutarkan kedua lengan seperti kincir angin, biasanya gerakan ini di padukan dengan gerakan pogo.

5. Sidekick adalah gerakan berputar sambil menendang kebelakang ke arah kerumunan.

Dan masih banyak gerakan-gerakan violence dancing lainnya. Ketika kita melakukan gerakan tersebut dan mengenai penonton, para penonton lainnya dapat memakluminya karena acara musik indie yang beraliran keras memang seperti itu. Dan saya harap masyarakat indonesia, dapat mengenal aliran musik tanpa berfikiran negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun