Ketika berkunjung ke sebuah agencyPR di Jakarta beberapa waktu lalu, ada sebuah hal yang menggelitik saya. Seorang rekan dari salah satu online mall yang sedang berkembang di Indonesia, tiba-tiba bertanya.
"Mas dari Tokopedia ya?"
"Bukan." Jawab saya sambil tersenyum. Khas orang Humas.
"Oh. Gojek?"
"Bukan juga. Hehehe." Saya menjawab lagi, kali ini dengan nada sedikit bingung.
"Ooo..."
Supaya jelas maksudnya, sayapun kemudian memberanikan diri untuk bertanya kepada si penanya, "Kok Mbak mikirnya saya dari Tokopedia atau Gojek, memangnya kenapa?"
"Nggak, Mas, soalnya Mas pakai lanyard warna hijau, jadi saya kira dari kedua perusahaan itu."
"Oalah... Hahaha..."
 Ternyata karena itu!Â
***
Sebelum mengulas lebih banyak mengenai kuatnya hubungan lanyard dan identitas ini, ada baiknya saya menjelaskan dulu apa itu lanyard.
Sampai tulisan ini dibuat, saya belum menemukan padanan kata yang tepat untuk lanyard dalam bahasa Indonesia. Mesin menerjemahkan lanyard menjadi tali penyandang, tali pendek pengikat, atau tali-temali kapal. Tapi rasanya kurang pas, mengingat fungsi lanyard saat ini adalah sebagai tali untuk menggantungkan identitas diri---biasanya ID Card.
Lantas, kenapa mesin menerjemahkan lanyard sebagai tali-temali kapal? Ternyata ini dekat dengan sejarah lanyard pada mulanya. Kata lanyard berasal dari kata Prancis laniereyang berarti tali pegangan. Jaman dulu, lanyard dipakai para tentara dan bajak laut untuk menyimpan senjata, supaya dekat jangkauan tangan. Bahan lanyard pada masa itu pun masih sangat sederhana, dengan hanya menggunakan tali saja.
Semakin hari, lanyard menjadi semakin dekoratif. Dekade 1950an keterampilan menganyam lanyard menjadi tren hobi anak-anak di Amerika dan Prancis. Di era modern, akhirnya lanyard menjadi salah satu alat bagi perusahaan untuk branding.Banyak perusahaan yang mencetak lanyard dengan logo mereka untuk memperkenalkan organisasinya kepada orang banyak. Karena digunakan terus menerus, akhirnya tidak hanya fungsi brandingbagi perusahaan saja, lanyard juga menjadi identitas bagi penggunanya.Â
Sejak saat saya jadi berpikir ulang untuk memakai lanyard warna-warni yang sudah saya kumpulkan selama ini. Walaupun tidak ada logo perusahaan apapun di lanyard-lanyardyang saya miliki, tapi tetap saja, siapa menyangka kalau warna lanyard sudah menjadi bagian dari identitas. Saya kemudian juga mengambil inisiatif untuk membuat lanyard dengan warna dan desain khas perusahaan tempat saya bekerja. Bukan apa-apa, saya hanya tidak ingin ada tafsir keliru lagi ketika harus beranjangsana dengan banyak orang di berbagai kesempatan.
Jadi, lanyard mana yang kamu pakai hari ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H