Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Jadi Kota Tanjungbalai Ke 396, Tanjungbalai Kota Toleransi Bukan Intoleransi

10 Februari 2019   13:31 Diperbarui: 10 Februari 2019   14:01 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka wajar jika banyak pihak, dimana kotanya dimasukkan sebagai kota intoleransi melakukan protes dan meminta agar Setara Institute menjelaskan dasar dasar dari metode survai yang dilakukan. Namun sayangnya  Setara Institute menutup mata dan telinga terhadap protes yang dilakukan oleh masyarakat dimana kotanya masuk dalam kota intoleransi di Indonesia.

Berbuat  Baik Tidak Pandang Agama:

Mengutip apa yang pernah dikatakan oleh Alm Abdurahman Wahid (Gusdur) mantan Presiden RI dan mantan Ketua NU mengatakan, "Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang. Orang tidak Tanya agamamu."

Apa yang dikatakan oleh Gusdur itu bernar, berbuat kebaikan  kepada semua orang tidak harus memandang apa agamanya.  Karena Negara telah menjamin  tentang kebebasan beragama di Indonesia melalui Pasal 29 pada Undang Undang Dasar (UUD) 1945.

Mengenai hasil survai yang dilakukan oleh Setara Intitute, Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos kepada Tirto mengatakan pihaknya belum dapat menjabarkan  secara detail dari penjabaran  indeks perkota tentang kota  toleransi/intoleransi itu.

Karena menurutnya saat ini Setara Institute masih melakukan proses penyutingan pada laporan direktori perkota dari stude indeks tersebut sebelum memasuki proses cetak akhir. Meski demikian. Tigor mengklaim studi tersebut melibatkan sejumlah pihak ketiga dalam proses pembuatannya.

Jika apa yang dikatakan oleh Wakil Setara Institute itu benar, alangkah naibnyalah Setara Instutute ,mempublikasikan hasil studi yang mentah, yang masih dapat berobah obah. Jangan jangan Setara Institute mempublikasikan hasil mentah dari studi yang mereka lakukan untuk melihat sejauh mana reaksi masyarakat yang kotanya dikatakan sebagai kota toleransi/intoleransi. Jika menuai keritikan Setara Institusi akan memperbaikinya.

Untuk menghindari tanggapan negative dari masyarakat terhadap krediblitas Stara Institute, agar tidak dikatakan sebagai lembaga survai abal abal, ada baiknya Stara Institute, terlebih dahulu mematangkan hasil studinya dalam suatu survai barulah mempublikasikannya kepada public. Bukan hanya sekedar coba coba, yang dapat menimbulkan kegaduhan tengah tengah masyarakat. Semoga !.

 Tanjungbalai, 10 Pebruari 2019

Tulisan ini sudah terbit di Harian Analisa Medan.

                                                                                                             

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun