Dan hal itupun diakui oleh Ratna. Bahwa dia telah melakukan operasi pelastik untuk menyedot lemak diwajahnya. Akan tetapi cerita bohong yang disebarkan oleh Ratna telah menyeret para tokoh tokoh nasional keranah hukum, karena dituduh menyebarkan berita hoax, dan Ratna sendiri kini harus mempertanggungjawabkan cerita hoax yang dikarangnya itu.
Surat Merah :
Baru saja persoalan impormasi hoax Ratna Sarumpaet berlalu, dan meninggalkan sejuta persoalan, kini muncul pula investigasi yang dilakukan oleh Indonesialeaks yang berpotensi menggemparkan public.
Imvestigasi yang dilakukan oleh Indonesialeaks, merupakan wadah impormasi public yang beranggotakan sembilam media massa dan lima organisasi masyarakat sipil, merilis hasil investigasinya tentang skandal perusakan barang bukti kasus korupsi di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melibatkan dua penyidik KPK dari Kepolisian Kombes Roland dan Harun.
Kedua penyidik dari Polisi yang ditempatkan di KPK diduga melakukan perusakan terhadap barang bukti berupa "Buku Merah". Buku merah tersebut merupakan buku catatan transaksi keuangan milik Basuki Hariman, bos CV Sumber Laut Perkasa yang kini menjadi tersangka dalam kasus suap kepada mantan Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Patrialis Akbar.
Disebutkan didalam buku merah itu berisikan nama nama pejabat public yang diduga menerima uang gratifikasi dari Basuki Hariman, untuk memuluskan penyeludupan daging sapi yang dilakukan oleh CV Sumber Laut Perkasa.
Diketahui kedua Polisi yang bertugas di KPK ini melakukan peruskan dengan cara mengkoyak sebanyak lima belas lembar isi dari buku itu, menurut Indonesialaeks karena terekam oleh kamera CCTV pengawas yang ada di KPK. Dan ironisnya kedua penyidik KPK dari Personil Polri itu dipulangkan kembali kepersonilnya yakni Polri. Dengan demikian kedua penyidik KPK dari Polri itu tidak lagi menjadi penyidik di KPK.
Dalam konstek ini, tentu masyarakat bertanya, untuk apa kedua penyidik KPK dari Polri tersebut melakukan hal itu. Apakah karena adanya pesanan dari oknum oknum yang terlibat dalam kasus suap penyeludupan daging sapi itu?.
Jika ada pesanan untuk menghilangkan lembaran dari buku merah yang berisi transaksi keuangan, demi untuk menghilangkan barang bukti. Tentu masyarakat juga ingin tahu siapa yang memesannya kepada kedua penyidik KPK itu.
Dari hasil investigasi Indonesialaeks yang direlis diberbagai media, baik media arus utama, maupun media online dan social media (sosmed), menyebutkan ada satu nama yang tertera didalam buku  yang bersampul merah itu. Nama tersebut tertulis Tito.
Nama itu kemudian mengerucut kepada nama Tirto Karnavian, yang sekarang menjabat Kapolri. Tito Karnavian disebutkan, orang yang paling banyak menerima uang suap dari Hariman Basuki. Baik ketika Tito menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya Jakarta, maupun ketika menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Bahkan sampai menjabat sebagai Kapolripun Tito diduga masih menerima aliran dana haram dari Hariman Basuki.