Kemudian Ir.H.Akbar Tanjung,  Bustanul Arifin SH, Ir Beduk Amang, Ahmad Tirta Sudiro, Nurdin Khalik dan sederet nama nama pejabat lainnya, mulai dari zaman Orde Baru, sampai kepada era Reformasi, Bulog rentan dengan kasus kasus korupsinya.
      Angin Segar :
      Untuk memutus mata rantai korupsi yang terjadi di Perusahaan Umum Bulog, dibawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pemerintah mempercayakan kepada Komjen Pol (Prn) Budi Waseso (Buwas),  yang baru saja pensiun dari Polisi,  dan juga dari jabatannya sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), menjadi Kepala Bulog.
      Nama Buwas, memang cukup dikenal, sejak peristiwa Cicak VS Buaya, perseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Polri. Buwas waktu itu menjabat sebagai Kabareskrim di Markas Besar (Mabes) Polri.  Kemudian merupakan salah satu nama, yang paling ditakuti oleh para Bandar Narkoba, ketika dia diberi kesempatan oleh pemerintah menjadi Kepala BNN. Sepak terjang Buas ketika menjabat sebagai Kepala BNN, semakin berkibar.
      Satu persatu para Bandar Narkoba, baik local maupun Internasional, takluk dibawah kebuasannya, dalam melakukan pemberantasan narkoba di Indonesia. Penggagalan demi penggalan masuknya narkoba melaui darat, laut dan udara dapat dilakukan oleh Buwas.
      Bahkan dalam pengakuannya dihadapan Menteri Keuangan Sri Mulayani, dalam komperensi Pers mengatakan pihaknya pernah disogok dengan uang sebesar Rp 4 milyar oleh Bandar narkoba,- namun ditolaknya demi untuk memerangi narkoba.
      Hanya ada yang membuat Buwas kala itu merasa heran dan bingung, tentang hukum dinegeri ini. Ada Bandar narkoba yang telah diponis oleh pengadilan dengan hukuman mati, tapi belum dieksekusi. Lalu dari dalam penjara sibandar melakukan transaksi narkoba, dan tertangkap lagi, kemudian disidangkan dan dijatuhi hukuman mati lagi. Satu Bandar dijatuhi hukam mati dua kali tapi belum juga dieksekusi.
      Pengangkatan Buwas sebagai Kepala Perum Bolog,  mendapat apresiasi dari banyak kalangan. Banyak pihak menyebut penempatan Buwas sebagai Kepala Perum Bulog adalah hal yang tepat, karena Bulog perlu pembenahan diluar dan didalam, apa lagi selama ini, Bulog dinilai  tidak mampu  untuk menangani persoalan kebutuhan bahan pokok, dan melonjaknya harga sembako dipasaran.
      Terlebih pada menjelang hari hari besar keagamaan di Indonesia, khusunya pada menjelang bulan Suci Ramadhan, dan Hari Raya Idul Fitri. Dimana harga sembako  memperlihatkan kejalangannya, menari nari dengan genitnya, sehingga membuat rakyat kecil menderita. Ini semua adalah diakibatkan permainan dari spekulan yang menabuh gendang mengikuti tari para kartel sembako.
      Dalam menangani tindak kejahatan kriminal, ketika Buwas menjadi Kabareskrim Mabes Polri, dan dalam menangani tindak kejahatan narkoba, ketika Buwas menjadi Kepala BNN, memang cukup piawai. Namun dalam soal sembako, Rakyat masih meragukan. Karena masalah sembako melibatkan banyak actor actor politik yang bermain didalamnya.
      Selama ini banyak persoalan yang dihadapi oleh Bulog, tidak saja masalah pengadaan, tapi melainkan persoalan permainan harga, yang terkadang naik meroket. Karena apa? Tentu karena banyak pihak yang bermain disana, mulai dari para pejabat, kartel, sampai kepada spekulan dan banjing loncat politik. Semua itu berbain adalah untuk mempertebal saku pribadi.