Walaupun pemerintah Ameririka Serikat (AS) melalui Wakil Duta Besar (Dubes) nya Erin Elizabeth telah meminta maap terkait adanya larangan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jendral TNI Gatot Nurmantio memasuki wilayah otoritas Negara yang dipimpin oleh Donald Trump, dan secara resmi pula Pemerintahan Negara Paman Sam itu mencabut larangan masuk terhadap Panglima TNI kenegara AS.
Kata maaf yang disampaikan oleh pemerintah AS, dan pencabutan pelarangan masuk bagi Panglima TNI kenegara AS, Â bagi bangsa Indonesia belumlah cukup, karena sampai saat ini kata maap tersebut masih menyisakan misteri, pihak AS belum menjelaskan apa yang melatar belakangi Panglima TNI ditolak untuk memasuki Negara AS. Dan sampai saat ini pula pihak AS diam seribu bahasa tentang masalah penolakan Panglima TNI tersebut.
Kunjungan Panglima TNI bersama isteri dan empat perwira bawahannya ke AS bukanlah merupakan kunjungan yang datangnya dari Indonesia, tapi melainkan Panglima TNI diundang secara resmi oleh Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) AS, Jendral Joseph F Durford Jr untuk menghadiri acara Chiefs ofDefense Conference om Country Violent Exteremist Organization (VEOs) yang akan dilaksanakan pada tanggal 23 -- 24 Oktober 20017 bertempat di Washington DC.
Jika dirunut dari penolakan yang dilakukan oleh US Customs and Border Protection secara tiba tiba terhadap Panglima TNI Gatot Nurmantio, adalah merupakan suatu keanehan. Panglima TNI diundang secara resmi oleh Pangab AS dan sudah mendapatkan visa secara sah. Tiba tiba diberi tahun tidak boleh masuk, pemberitahuan itu hanya beberapa saat sebelum keberangkatan.
Keanehan lainnya adalah tentang pemberitahuan terhadap larangan masuk bagi Panglima TNI, justru disampaikan kepada staf maskapai penerbangan Emirates yang dipergunakan oleh Panglima beserta delegasinya. Pada hal larangan yang dikeluarkan oleh otoritas AS itu resmi, kenapa pihak pemerintah AS tidak menyampaikannya secara resmi pula kepada Panglima TNI atau Pemerintah Indonesia, sementara AS memiliki Kedubesnya di Jakarta.
Yang paling anehnya lagi, Kedubes AS di Jakarta, hanya dapat menyampaikan kata maaf, akan tetapi mereka tidak dapat untuk menjelaskan apa alasan Pemerintahnya menolak Panglima TNI tiba tiba dilarang masuk ke AS, meskipun kedatangan Panglima TNI diundang secara resmi oleh Petinggi Militer AS.
Selama ini Jendral Gatot Nurmantio bersih dari keritikan Washington, Gatot tidak termasuk dalam daftar hitam bagi petinggi militer yang diharamkan untuk memasuki Negara AS. Washington melarang petinggi militer suatu Negara memasuki walayah negaranya apa bila tercatat sebagai pelanggar Hak Hazazi Manusia (HAM), sementara Gatot bersih dari masalah HAM.
Jika Gatot Nurmantio tidak termasuk dalam catatan hitam pihak AS, lantas kenapa Panglima TNI itu ditolak untuk memasuki AS, sementara Panglima TNI untuk datang ke AS atas undangan Resmi Petinggi Militer Negara AS?
Sebenarnya ada benang merah yang dapat untuk membuka tabir kenapa Panglima TNI ditolak untuk memasuki Negara AS. Ada dugaan Australia berada dibelakang penolakan Panglima TNI untuk memasuki wilayah otoritas Negara Paman Sam itu.
Sekitar satu tahun yang lalu Panglima TNI Gatot Nurmantio, kerap melontarkan keritikannya terhadap Australia. Nurmantio dalam ceramah umumnya di hadapan Mahasiswa  Unipersitas Indonesia (UI), bertempat dibalai Sidang UI dan juga dihadapan mahasiswa Pajajaran (Unpad) Bandung diruang Raha Sanusi Unpad, Panglima menyampaikan pesan dan sekaligus peringatan kepada para Mahasiswa bahwa Inodonesia berada dalam ancaman besar yang harus diwaspadai. Disamping itu Jendral Gatot Nurmantio juga membawa pesan damai yang harus dipegang teguh oleh mahasiswa.
Ancaman besar yang saat ini sedang membayangi Indonesia kata Panglima TNI adalah datangnya dari Darwin Australia. Didarwin kata Panglima TNI, Â itu sudah ada 1.500 pasukan AS dan akan ditingkatkan menjadi 2.500 pasukan, dan ini merupakan ancaman bagi Negara Indonesia
Terkait dalam hal penempatan pasukan AS di Darwin, kata Panglima TNI, pulau pulau terluar milik Indonesia harus mendapat pengawasan. Seperti pulau Marsela, pulau Saumlaki, dan Selaru, yang hanya berjarak 90 Km dari Darwin. Panglima dalam kuliah umumnya itu mempertanyakan mengapa ada pasukan Marinir AS dipangkalan Darwin, kenapa Pasukan Marinir AS itu tidak berada di pangkalan militer AS yang ada di Filipina. Mengingat Australia sebagai Negara Kontinental, selaku Panglima TNI saya melihat itu suatu ancaman. Kata Gatot tegas dihadapan para mahasiswa itu.
Selain melakukan keritikan terhadap pasukan Marinir AS yang berada di Darwin, Gatot Nurmantio waktu itu juga kerap menuduh, Negara Australia adalah penyumbang dana terbesar bagi terorisme di Indonesia, disamping Malaysia, Brunai Darussalam dan Filipina juga menjadi donator para teroris yang ada di Indonesia. Kata Gatot.
Negara asing juga dituding mencoba memecah belah persatuan Indonesia. Caranya dengan menyebar berita provokasi, kabar bohong. Ini diketahui massif dilakukan belakangan ini saat gencar aksi demo menuntut proses hukum terhadap Ahok
Setelah ditelusuri intelijen, ternyata yang nyebar adalah dari Australia dan dari Amerika. Ternyata bukan dari dalam. Tujuannya tidak lain untuk memecah belah, ujar Gatot di Universitas Padjadjaran, Bandung kala itu.
Hal itu menjadi bukti nyata yang jelas bahwa negara tengah diincar negara-negara lain dalam hal penguasaan sumber daya alam, energi dan ekonomi. Kita harus waspada, bukan tidak mungkin negara lain akan menjadikan Indonesia sebagai Arab Springs, namun kekuatan Bhinneka Tunggal Ika tetap menjadi pemersatu agar Indonesia tidak terpecah belah oleh siapapun yang hendak merusak persatuan Indonesia, kata Palima dengan tegasnya.
Persoalan antara Pemerintah Negara Australia dengan TNI semakin meruncing, ketika Panglima TNI Gatot Nurmantio membatalkan pertukaran Perwira Militer antara TNI dengan Militer Australia. Gatot menghimbau kepada Pemerintah Australia agar menghentikan perekrutan terhadapa perwira TNI untuk menjadi mata mata bagi Negara Australia.
Persoalan persoalan antara Panglima TNI dengan Pemerintah Australia, bukan tidak mungkin menumbuh kembangkan benih benih kebencian terhadap Jendral Gatot Nurmantio, disamping melihat sepak terjangnya yang dekat dengan ummat Muslim Indonesia, dan memiliki masa depan Politik yang cerah dimasa yang akan datang, tentu Australia menganggap bahwa Jendral yang bergelar sebagai Jendral Santri ini akan menjadi penghalang bagi Negara Australia dalam menjalankan misi misi negaranya terhadap Negara Indonesia.
Boleh jadi usulan penolakan terhadap Panglima TNI masuk ke Negara AS datangnya dari Negara Australia, maka oleh karena itu pihak AS tidak dapat memberikan penjelasan kepada pihak Pemerintah Indonesia alasan apa AS tiba tiba menolak kedatangan Panglima TNI ke AS. AS tentu menjaga perasaan Australia jika hal itu dibeberkan oleh AS kepada pemerintah Indonesia. Mengingat Pasukan Marinir AS berada di Darwin Australia.
Untuk itu Indonesia harus mendesak AS untuk menjelaskan alasan apa tiba tiba Negara yang pernah dipimpin oleh Barack Obama itu menolak kedatangan Panglima TNI. Kata maaf dan rasa penyesalan yang disampaikan oleh Keduber AS selaku mewakili Pemerintah AS tidaklah cukup. AS harus memberi penjelasan atas penolakan Panglima TNI memasuki wilayah AS. Karena penolakan yang dilakukan oleh AS tanpa alasan yang jelas merupakan penghinaan terhadap TNI dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tanjungbalai, 24 Oktober 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H