Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cerita Pesugihan Gunungkidul dan Tumbal dari Mulut Ke Mulut

1 September 2017   21:36 Diperbarui: 2 September 2017   09:51 8982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beground Fhoto/Milik By Bang Seru

Benarkah Gunungkidul tempat pesugihan dengan taruhan tumbal?. Penulis sendiri tidak tahu pasti kebenarannya, tapi yang sering penulis dengar dari mulut kemulut maupun dari teman yang pernah kesana, memang seperti itulah adanya, tapi sampai saat ini rasanya penulis meragukan dari kebenaran cerita tentang Gunung Kidul dan tumbalnya.

Penulis mempunyai seorang teman wanita usianya sekitar 50 tahun, sebut saja namanya Santi. Menurut Santi bahwa dia pernah ke Gunung Kidul untuk melakukan pesugihan. Sebenarnya penulis tidak percaya, tapi oleh karena Santi bercerita tentang Gunung Kidul dan pesugihan yang dilakukannya disana, penulis jadi tertarik untuk mendengarkannya.

Menurut Santi kepergiannya ke Gunung Kidul juga dibawakan oleh temannya yang pernah kesana. Sebelum sampai ke lokasi tempat pesugihan di Gunung Kidul, dia harus bertemu dulu dengan juru kunci tempat pesugihan tersebut, pada sang juru kunci ini, katanya kita menjelaskan apa tujuan kita untuk datang ketempat persugihan itu. Kepada juru kunci inilah kita menyampaikan maksud dan tujuan kita mendatangi tempat persugihan ini.

Untuk bertemu dengan juru kuncinya, kata Santi kita harus sabar menunggu dua sampai tiga hari, karena setiap harinya ratusan orang yang datang ketempat persugihan ini, tentu dengan maksud dan tujuan yang berbeda beda. Jelasnya menurut Santi kita harus antri untuk bertemu dengan juru kunci Gunung Kidul.

Setelah kita diterima oleh juru kunci, maka langkah berikutnya,  kita disuruh untuk memasuki jalan yang menuju tempat pesugihan, dalam perjalanan untuk menuju tempat persugihan itu bukanlah mulus, tapi melainkan kita harus melalui berbagai rintangan, mulai dari ular besar yang melintang dijalan, sampai kepada bertemu dengan orang orang aneh yang menyeramkan. Jika semua rintangan yang ditemui dijalan menuju ketempat pesugihan, barulah kita sampai ketempat pesugihan itu yang berbentuk rumah dengan ornament seperti kelenteng tempat sembahyangnya warga turunan Cina.

Ditempat ini, menurut  Santi kita tidak menemui seorang manusiapun, pada hal sebelumnya kata Santi banyak orang yang antri untuk masuk ketempat rumah pesugihan itu, tapi begitu sampai didalam kita tidak melihat orang orang yang masuk terlebih dahulu. Dan disitulah kita mendengar suara yang menayakan keiinginan kita untuk datang ketempat itu.

Waktu itu kata santi, dia datang ketempat itu untuk minta agar dia bisa menjadi kaya raya. Suara itu kemudian kata santi menayakan tentang kekayaan apa yang diinginkan, karena bentuk kekayaan itu bermacam macam. Waktu itu kata Santi dia minta kaya harta benda dan uang. Lalu dijawab oleh suara itu, apakah kamu sanggup untuk mengorbankan orang yang paling kamu sayangi. Diapun menjawab sanggup, lalu suara itu bertanya lagi, siapa yang akan kamu korbankan, suami saya. Kalau begitu setiap suami kamu meninggal kamu harus menikah lagi. Saya akan mengirim siapa suamimu, tapi dengan perjanjian kamu tidak boleh menolaknya. Kau sanggup, sanggup jawab Santi ketika itu.

Silakan lalui jalan itu, suara tersebut kata santi memberikan petunjuk, Santipun memasuki jalan yang diarahkan. Kemudian ditempat itulah kita melaksanakan ritualnya, namun Santi tidak mau menceritakan ritual apa yang dilakukannya ditempat persugihan itu selama tiga hari tiga malam. Sampai disini cerita tentang persugihan digunung kidul itupun diakhirinya.

Lantas benarkah kehidupan Santi dipenuhi dengan kekayaan, mulai dari harta benda sampai kepada banyak uang?, penulispun tidak tahu pasti. Tapi yang jelas memang Santi telah lima kali menikah, karena setiap dia menikah paling berumur satu atau dua tahun, kemudian sisuami meninggal dunia. Apakah ada kaitannya dengan tumbal pesugihan Santi di Gunung Kidul, atau memang meninggalnya suami suami Santi hanyalah secara kebetulan. Lantas dikait kaitkan dengan ritual pesugihan itu?, memang sulit untuk menjawabnya, karena kematian adalah urusan Tuhan semesta alam bukan urusan manusia.

Penulis mengenal Santi baru sekitar tiga tahun, itupun melalui isteri penulis, yang pernah satu kampung dengan Santi. Menurut isteri penulis Santi sebelumnya dengan suaminya membuka usaha rumah makan kecil kecilan. Selama membuka usaha rumah makan kecil kecilan itu, usahanya tidak maju, bahkan menjurus kepada kebangkrutan. Setelah Santi pulang dari Pulau Jawa, usaha rumah makan yang dikelolanya maju pesat, tapi sayangnya, setahun kemudian setelah rumah makannya maju suami pertamanya meninggal dunia, tidak sampai satu bulan Santipun menikah lagi, sementara usaha rumah makannya semakin maju, bahkan Santi membuka cabangnya diluar kota, belum lagi kebun sawit miliknya, dan mobil ada beberapa unit.

Tapi begitu dia membuka cabang rumah makan diluar kota yang dikelola suami keduanya, hanya bertahan tiga tahun saja, sisuami menemui ajalnya. Rumah makan itupun dikelola oleh adik perempuannya. Begitulah seterusnya. Benarkah seperti itu? Lagi lagi penulis tidak percaya, walaupun yang meneruskan ceritanya adalah isteri penulis.

Karena menurut logika dan akal sehat, jika ingin berhasil, dan menjadi kaya raya haruslah bekerja dan berusaha dengan giat, jika ini dilakukan niscaya bahwa tuhan akan memberikan rejekinya kepada setiap orang yang bekerja dan berusaha dengan giat. Bukan dengan jalan yang tidak masuk diakal, bagaimana mungkin, uang bisa diperoleh dengan cara cara yang goib. Jangan jangan cerita tentang pesugihan di Gunung Kidul sama dengan cerita Kanjeng Dimas yang katanya mampu menggandakan uang. Tapi nyatanya semua bohong.

Idul Adha 1438

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun