Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Orang-orang di Kebun Sawit (25)

26 Agustus 2017   13:09 Diperbarui: 26 Agustus 2017   13:36 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fhoto/Adin Umar Lubis

Sebelumnya :

            Akan tetapi terhadap mandor lapangan, centeng dan kepada para kuli diperkebunan, mandor besar Kartijo menunjukkan kekuasaanya, karena kepada para mandor lapangan, centeng dan para kulilah kekuasaanya dapat diterapkannya, tapi tidak kepada para petinggi dan tuan pemilik perkebunan.

Kemudian :

            " Bolehkah saya bertemu dengamu setelah meronggeng ?", kata kata lebut bagaikan mengharap diucapkan oleh mandor besar Kartijo.

            " Boleh tuan tapi tidak boleh jauh dari panggung, dan waktunyapun tidak boleh lama ".

            " bagaimana jika kita bertemu diluar, dihotel misalnya ?".

            " Maaf tuan waktu saya belum ada untuk itu, karena malam besok kami harus manggung lagi dilain tempat ", Nafisah mencoba untuk mengelak  bertemu dengan mandor besar Kartijo di hotel.

            " Kapan ada waktumu untuk itu ?".

            " Saya tidak bisa memastikannya tuan".

            " Baiklah kalau begitu, jika ada waktumu, beri tahu saya ".

            " Ya, tuan ".

            " Kalau saat ini apakah kita bisa bertemu?".

            " Kitakan sudah bertemu tuan diatas panggung ronggeng ini ".

            " Maksud saya kita bertemu setelah kamu siap meronggeng hari ini ".

            " Boleh, sebentar lagi kami akan isterahat, kita bisa ketemu sebentar dibawah panggung ",  dendang lagu kedua pun berakhir, para ronggeng kembali ketempat duduknya, dan peronggeng satu persatu turun dari atas panggung, termasuk mandor besar Kartijo.

            " Baiklah saya tunggu ", bisik mandor besar Kartijo sebelum dia meninggalkan panggung ronggeng.

            Pembawa acara ronggeng mengumumkan kalau ronggeng jeda sejenak. Wanita penari ronggengpun satu persatu turun dari panggung. Acara jeda sejenak ini mereka sempatkan untuk mencari angin dan melepas lelah. Ada yang mencari kamar mandi karena kebelet ingin kencing, ada yang ngobrol dengan para peronggeng laki laki yang menemui mereka.

            Nafisahpun memamfaatkan masa jeda ini, secara sembunyi sembunyi dia mendatangi mandor besar Kartijo yang telah menunggunya agak jauh dari panggung. Begitu Nafisah sudah berada dihadapannya, mandor besar kartijo lalu memeluknya, dengan agak kasar dia menciumi wajah dan bibir Nafisah.

            " Jangan disini tuan, nanti ada yang melihat ", nafisah menolak tubuh mandor besar Kartijo dengan cara halus.

            " lalu dimana Nafisah, saya sangat merindukanmu ", Sebenarnya Nafisah tahu bahwa apa yang diucapkan oleh mandor besar Kartijo itu hanyalah bohong belaka, yang pastinya sang mandor ingin menyalurkan nafsu birahinya terhadap Nafisah wanita bekas gundiknya.

            " Agak kedalam tuan, biar tidak kelihatan orang orang yang lalu lalang ", Nafisah menunjuk rimbunan pohon sawit. Mandor besar Kartijo mengikuti langkah Nafisah.

            " Didalam kegelapan malam dibawah rimbunan pohon sawit, Nafisah melayani nafsu birahi sang mandor, kecupan dan rabaan, serta elusan yang dilakukan oleh sang mandor besar dibalas oleh Nafisah dengan nafsu birahi yang menggebu gebu sehingga membuat sang mandor lupa diri.

            Nafisah menyuruh sang mandor untuk tidur diatas rerumputan dibawah rimbunan pohon sawit, Nafisahpun mendekap sang mandor dari atas, goyangan ronggeng yang dipersembahkan oleh Nafisah kepada bekas gundiknya ini semakin membuat sang mandor tidak dapat untuk mengendalikan dirinya. Keduanyapun mendaki gunung yang tinggi, tapi belum sampai kepuncak, disaat itu pulalah Nafisah yang telah lama menyimpan dendamnya terhadap mandor besar Kartijo, dia membalaskan dendam itu.

            Dalam dekapan sang mandor, Nafisah mencabut tusuk kondenya yang terbuat dari besi tembaga yang ada dirambutnya, lalu menusukkannya kearah mata sang mandor besar Kartijo. Nafisah bagaikan kemasukan setan, dia berulang kali menusukkan tusuk konde itu kearah leher sang mandor, akibat tusukkan dileher, sang mandor tidak dapat mengeluarkan suaranya, hanya tubuhnya yang menggelepar bagaikan sapi yang baru kena sembelih. Sedikitpun Nafisah tidak memiliki rasa takut bahwa dia telah membunuh mandor besar Kartijo. Ilmu yang dimiliki oleh mandor besar Kartijo hambar, disaat dia ingin mencapai puncak dari permainan yang dipersembahkan oleh Nafisah.

            Seperti tidak ada kejadian apa apa, Nafisah keluar dari rimbunan pohon sawit, sebelum bergabung dengan teman temannya dalam group ronggeng, dia merapikan pakiaannya dan menyisir rambutnya seperti sedia kala, dan kembali memasang tusuk konde miliknya yang telah menghilangkan nyawa mandor besar Kartijo.

            Lagu berbahasa jawa kembali mengalun dari panggung ronggeng. Nafisah dan teman temannya sesama ronggeng kembali menggoyang goyangkan tubuhnya mengikuti irama lagu. Para peronggeng laki laki naik keatas panggung dan memilih masing masing pasangannya. Sementara mandor besar Kartijo telah meregang nyawa dimalam gelap gulita dibawah rimbunan pohon sawit diperkebunan itu.

            Para undangan yang menghadiri hajatan tuan asisten yang duduk dikursi depan, sedikitpun tidak merasa curiga dengan tidak terlihatnya mandor besar Kartijo dikursinya. Sang mandor datang ketempat undangan itu bersama dengan orang suruhannya yang juga sebagai supirnya. Orang suruhannya inipun juga tidak merasa curiga dengan tidak terlihatnya sang mandor ditempat duduknya.

            Diatas panggung ronggeng, barulah rasa takut muncul dihati Nafisah, namun dia berusaha untuk menenangkan hatinya agar tidak ada yang curiga terhadap dirinya, beberapa kali Nafisah menghela nafas panjang, sementara dia tetap meronggeng melayani pasangannya.

            Rasa takut yang dirasakan oleh Nafisah, adalah merupakan hal yang wajar. Setiap orang yang memiliki rasa dendam ketika membalaskan dendamnya, sedikitpun dia tidak merasa ketakutan, akan tetapi setelah dendamnya terbalaskan, dan orang yang didendamnya itu meregang nyawa, barulah rasa takut itu datang menghantui pemikiran. Takut akan ketahuan bahwa kitalah pembunuhnya, takut akan masuk penjara, dan takut akan dendam dari keluarga sikorban yang suatu saat akan terbalaskan kepada kita.

            Sampai acara ronggeng berakhir, barulah Nafisah mendengarkan adanya keributan, orang suruhan sang mandor besar Kartijo, terlihat panic dan bertanya tanya tentang keberadaan tuannya yang belum terlihat, tuan asisten yang punya hajatan, memerintahkan para centeng untuk mencari keberadaan sang mandor, namun sedikitpun kecurigaan terhadap Nafisah belum terlihat. Group ronggeng dimana Nafisah menjadi penari ronggengnyapun berkemas dan meninggalkan acara pesta yang telah berakhir, dan juga meninggalkan mandor besar Kartijo yang  telah berakhir pula kehidupan dan kekuasaanya ditangan Nafisah. (Bersambung ..)

Cerita yang dikemas dalam bentuk novel ini adalah merupakan cerita fiksi belaka. Jika ada nama dan tempat, serta kejadian yang sama, atau mirip terulas dalam novel ini. Itu hanyalah secara kebetulan saja. (Mohon Izin Bapak Adin Umar Lubis, Fhoto anda di Blogspot.com saya jadikan sebagai Beugrond dalam novel ini)

 Asahan, Agustus 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun