" Kalau saat ini apakah kita bisa bertemu?".
      " Kitakan sudah bertemu tuan diatas panggung ronggeng ini ".
      " Maksud saya kita bertemu setelah kamu siap meronggeng hari ini ".
      " Boleh, sebentar lagi kami akan isterahat, kita bisa ketemu sebentar dibawah panggung ",  dendang lagu kedua pun berakhir, para ronggeng kembali ketempat duduknya, dan peronggeng satu persatu turun dari atas panggung, termasuk mandor besar Kartijo.
      " Baiklah saya tunggu ", bisik mandor besar Kartijo sebelum dia meninggalkan panggung ronggeng.
      Pembawa acara ronggeng mengumumkan kalau ronggeng jeda sejenak. Wanita penari ronggengpun satu persatu turun dari panggung. Acara jeda sejenak ini mereka sempatkan untuk mencari angin dan melepas lelah. Ada yang mencari kamar mandi karena kebelet ingin kencing, ada yang ngobrol dengan para peronggeng laki laki yang menemui mereka.
      Nafisahpun memamfaatkan masa jeda ini, secara sembunyi sembunyi dia mendatangi mandor besar Kartijo yang telah menunggunya agak jauh dari panggung. Begitu Nafisah sudah berada dihadapannya, mandor besar kartijo lalu memeluknya, dengan agak kasar dia menciumi wajah dan bibir Nafisah.
      " Jangan disini tuan, nanti ada yang melihat ", nafisah menolak tubuh mandor besar Kartijo dengan cara halus.
      " lalu dimana Nafisah, saya sangat merindukanmu ", Sebenarnya Nafisah tahu bahwa apa yang diucapkan oleh mandor besar Kartijo itu hanyalah bohong belaka, yang pastinya sang mandor ingin menyalurkan nafsu birahinya terhadap Nafisah wanita bekas gundiknya.
      " Agak kedalam tuan, biar tidak kelihatan orang orang yang lalu lalang ", Nafisah menunjuk rimbunan pohon sawit. Mandor besar Kartijo mengikuti langkah Nafisah.
      " Didalam kegelapan malam dibawah rimbunan pohon sawit, Nafisah melayani nafsu birahi sang mandor, kecupan dan rabaan, serta elusan yang dilakukan oleh sang mandor besar dibalas oleh Nafisah dengan nafsu birahi yang menggebu gebu sehingga membuat sang mandor lupa diri.