Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan yang Tertinggal dari Kunjungan King Salman

1 April 2017   13:36 Diperbarui: 1 April 2017   22:00 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fhoto/Liputan6.com

Kunjungan Raja Arab Saudi Salman Bin Abdulaziz Al Saud ke Indonesia 1 Maret 2017, disambut hangat oleh para pejabat dan rakyat Indonesia. Mulai dari penyambutan di Bandara Halim Perdana Kesuma, sampai kepada Istana Bogor dan Bali.

Menurut Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, penyambutan yang cukup meriah dan penuh dengan rasa persaudaraan yang dilakukan oleh Pejabat dan Rakyat Indonesia, membuat sang raja penjaga dua kota suci ummad Islam Makkah dan Madinah, merasa suprais. Sehingga Raja Salman mengatakan Indonesia adalah rumah keduanya setelah Arab Saudi.

Namun yang menarik dari acara penyambutan Raja Salman yang datang berkunjung ke Indonesia dimulai dari 1 Maret sampai 4 Maret berada di Jakarta dalam kunjungan kenegaraan, dan selebihnya sampai 9 Maret berada di Bali dalam rangka liburan, dan konon malah diperpanjang sampai 12 Maret 2017, Raja Salman bersalaman dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahya Purnama (Ahok) dibandara Halim Perdana Kesmua.

Usai bersalaman dengan sang raja, berapa menit kemudian, Ahok berkicau soal pertemuan itu ditwiternya. “Mendampingi Presiden Joko Widodo menyambut Raja Salman bin AbdulAziz al-Saud. Semoga membawa kebaikan utk hubungan kedua negara,” cuit Ahok di akun twitternya, @basuki_btp. Ciutannya itupun sempat menjadi viral didunia maya. Berbagai tanggapanpun muncul dari para nitizen. Sudah pasti tanggapan itu muncul antara pro dan kontra.

Salaman sang raja terhadap Ahokpun, melahirkan berbagai tanggapan. Karena Ahok sedang menjalani persidangan dalam kasus dugaan penistaan agama dan ulama dengan mengutip surat Al Maida ayat 51, ketika Ahok berkunjung kekepulauan seribu dalam rangka kunjungan kerjanya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Pada hal sebelum nya, ketika Ahok menghadiri siding atas kasus penistaan agama dan ulama yang menjeratnya dipengadilan negeri Jakarta, pada akhir persidangan sebelum meninggalkan pengadilan negeri Ahok sempat mengulurkan tangannya kepada Habib Rizik Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) yang kebetulan menjadi saksi ahli dalam persidangannya.

Habib Rizik menepis uluran tangan Ahok untuk bersalaman dengannya. Dengan alasan haram hukumnya bersalaman dengan orang kapir yang tidak seaqidah dengan Islam. Apa lagi telah melakukan penistaan terhadap agama dan ulama. Akan tetapi tepisan Imam Besar FPI terhadap tangan Ahok yang sempat tertangkap kamera para wartawan, tidak membuat Ahok merasa tersinggung.

Memaknai Salaman Sang Raja :

Dalam penyambutan Raja Salman Bin Abdulaziz Al Saud, dibandara Halim Perdana Kesuma, sesuai dengan peraturan dan tata tertip penyambutan tamu Negara, Presiden didamping Oleh Gubernur DKI selaku tua rumah. Ahokpun turut hadir dalam penyambutan sang raja. Presiden memperkenalkan para pejabat yang turut menyambut kedatangan tamu Negara itu.

Maka wajar saja jika para tamu Negara yang disambut oleh Presiden dengan jajaran para pejabatnya menyalami tamu Negara tersebut. Kebetulan dalam penyambutan itu Ahok turut serta dibarisan pejabat yang turut menyambutnya.

Dari salaman dalam penyambutan kedatangan sang raja Arab Saudi dengan Ahok, tentu mempunyai makna yang lain didalamnya. Disaat Ahok mengalamai diskriminasi dari sekolompok orang yang mengatas namakan Islam, disaat itupula sang raja yang dihormati oleh seluruh ummad Islam dunia, dengan rendah hati menerima salaman dari Ahok. Jabatan tangan Raja Salman dengan Ahok tidak hanya mempresentasikan penghargaan sang raja atas keberagaman dan pluralisme di Indonesia, tapi melainkan lebih dari pada itu. Raja ingin membuktikan bahwa Islam adalah agama yang anti terhadap diskriminasi dan kekerasan. Islam adalah agama Rahmatanlilalamin, Rahmad bagi sekalian alam.

Sosok Ahok tentu bukan merupakan hal yang asing bagi Raja Salman, karena menyanngkut Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta yang menjadi sorotan dunia Internasional, setelah diwarnai dengan sejumlah aksi unjuk rasa secara besar besaran oleh kelompok kelopompok yang membawa nama Islam.

Suatu hal yang mustahil jika Raja Salman tidak mengetahui sosok Ahok, karena sebagaimana biasanya setiap kunjungan kenegaraan sebelum dilakukan kepala Negara atau kepela pemerintahan yang akan mengunjungi Negara yang akan didatanginya, sedikit banyak mereka diberi gambaran oleh protokoler pemerintahannya tentang situasi politik nasional Negara yang akan dikunjungi.

Termasuk dalam kunjungan Raja Salman ke Indonesia. Tentu beliau telah mendapat masukan dari para staf dan Duta Besarnya di Indonesia, tentang situasi politik nasional Indonesia. Dari masukan ini tentu sang raja mengetahui sosok dari pada Ahok.

Tapi bagi sang raja, dengan menerima uluran tangan Ahok untuk mbersalaman dengannya, raja tidak saja menghargai kebinnekaan dan kebersamaan yang tumbuh subur dinegara ini, raja seolah olah ingin mengatakan bahwa Islam menghargai perbedaan. Dengan jabatan tangan ini raja tidak ingin membeda bedakan.

Raja Salman dalam kunjungannya di Indonesia tidak saja bertemu dengan para ulama dan tokoh tokoh agama Islam, tapi juga melainkan Raja Salman bertemu dengan para tokoh tokoh lintas agama. Dan raja Salman tidak saja bersalaman dengan Ahok yang berbeda aqidah, tapi raja juga bersalaman dengan para tokoh lintas agama yang juga tidak seaqidah dengannya. Bahkan ketika dalam kunjungannya di Bali Raja juga disambut oleh para tokoh Lintas Agama.

Kritik Terhadap Anti Perbedaan :

Apa yang dilakukan oleh Raja Salman di Indonesia, menunjukkan bahwa islam itu adalah agama yang damai. Pemimpin Arab Saudi itu tidak menginginkan adanya politisasi terhadap agama. Agama jangan dijadikan sebagai alat justifikasi politik praktis didalam pemerintahan.

Raja Sahman sendiri dinegaranya menekankan kepada rakyatnya, pentingnya dialok antar ummat beragama. Bahkan Pemerintahannya mendorong terciptanya dialog antar ummat beragama suatu kebijakan pemerintahannya. Hal itu dibuktikan dengan berdirinya Abdul Aziz Center di Wina sebagai fasilitas untuk tujuan tersebut.

Jabat tangan yang dilakukan oleh Raja Salman, terhadap orang orang yang tidak satu aqidah dengannya, adalah merupakan keritikan kepada mereka yang anti terhadap perbedaan. Ini membuktikan bahwa sang Raja adalah orang yang dalam ilmu agamanya, sehingga bisa membedakan antara suatu hal yang punya konstek social, tidak perlu dikotomikan dengan persoalan agama. Marilah kita belajar dari sikap sang raja, yang dapat membedakan urusan kenegaraan dengan urusan keagamaan. Semoga !

Bagan Siapi Api, 1 April 2017

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun