Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Negeri yang Bermimpi Swasembada

29 September 2016   12:47 Diperbarui: 29 September 2016   15:53 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi fhoto/Harian Analisa Medan.

Masalah swasembada pangan yang dihadapi oleh Indonesia, layaknya hanya seperti bermimpi. Laksana benang kusut diurai yang satu berbelit yang lain. Belum selesai tentang masalah swasembada beras, kini muncul pula masalah swasembada tentang gula, cabai dan bawang merah, serta daging sapi.

Munculnya persoalan tentang keinginan rakyat Indonesia agar pemerintah melakukan swasembada pangan terhadap jenis kebutuhan pangan seperti gula, cabai dan bawang merah, serta daging sapi karena disebabkan tidak stabilnya harga dari semua  komoditi ini. Malah harga semua jenis komoditi ini  dipasaran sering meroket, sehingga tidak terkendali dan tidak terjangkau oleh masyarakat yang ekonominya  berada dalam labirin kemiskinan.

Misalnya harga cabai dan bawang merah, sewaktu waktu mengalami kenaikan yang cukup siknifikan, bisa mencapai Rp 75.000,-/kg nya. Dan kemudian disusul dengan harga bawang merah, dimana harganya bisa mencapai Rp 40.000, sampai Rp 60.000,/ kg nya. Belum lagi harga gula mencapai harga Rp 15.000,- sampai Rp 18.000.-/kg nya. Tingginya harga harga komoditi tersebut diiringi pula dengan kelangkaannya dipasaran.

Kemudian terhadap harga beras juga mengalami kenaikan antara Rp 12.000,- sampai Rp 15.000,-/ kg. sementara untuk daging harganya mencapai Rp 110.000,- sampai Rp 120.000,-/kg, naiknya harga harga komoditi pangan ini disebabkan pasokan terhadap komoditi ini di dalam negeri tidak mencukupi. Untuk memenuhi kebutuhan  didalam negeri pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Perindustrian terpaksa melakukan kebijakan impor dari luar negeri untuk memunuhinya.

Berdasarkan data yang dilansir oleh situs web Bersatu.com untuk impor beras, kemudian situs Web Kementerian Perdagangan dan perindustian untuk impor gula, dan bawang menyebutkan. Untuk impor beras tahun 2016 pemerintah menetapkan kuota sebesar 1,9 juta ton. Impor beras ini berasal dari Negara Thailand, Viatnam dan Pakistan.

Sedangkan kuota impor gula pemerintah menetapkan kuota sebesar 2, 8 juta ton. Yang berasal dari Negara Brazil, Australia dan Thailand. Sementara untuk impor bawang kuotanya berkisar sebanyak 5 000 ton, impor bawang ini berasal dari Negara Viatnam dan Filipina. Kemudian menyusul dengan impor daging sapi yang memiliki kuota sebesar 675.000 ton/tahun    berasal dari Negara Australia

Dalam hal impor beras ini Ketua DPR RI Ade Komaruddin yang sempat menayakan kebijakan impor beras ini ketika berkunjung kepergudangan Bulog, Ade merasa heran dengan adanya impor beras ini, sementara menurut pemerintah Indonesia sedang mengalami surplus beras. Jika Indonesia sedang mengalami surplus beras, lalu mengapa ada kebijakan pemerintah untuk impor?. Inilah yang membingungkan Ketua DPR RI itu.

Arah kebijakan Pemerintah melalui Kementerian Pertanian terkait dengan swasembada pangan, seperti beras, cabai, bawang, gula dan daging sapi memang perlu untuk dipertanyakan. Bagaiman Menteri Pertanian  untuk melaksanakan swasembada pangan dalam komoditi jenis cabai dan bawang merah, sementara untuk swasembada pangan jenis beras, daging sapi dan gula belum terselesaikan dengan baik. Bahkan menimbulkan kebingungan, dimana disebutkan Indonesia Negara surplus beras tapi tetap melakukan impor.

Swasembada Pangan Era Orde Baru :

Indonesia pernah mengalami masa kejayaannya dalam hal swasembada pangan dalam jenis beras. Pada era Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto, pada tahun 1984 mampu menyumbangkan bantuan pangan kepada penduduk dunia yang mengalami kelaparan, hal itu dialakukan karena pada saat itu Indonesia sukses mencapai swasembada pangan.

Soeharto mengungkapkan bahwa petani Indonesia memberikan bantuan secara gotong royong dan suka rela sebesar 100.000 ton gabah untuk petani miskin dunia. Menurut Soeharto dalam buku otobiografi Soeharto “ Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya “ mengatakan para petani Indonesia memintanya menyerahkan gabah itu ke Food and Agricultural Organizatuon (FAO) kemudian diteruskan kepada para petani miskin yang mengalami kelaparan diberbagai kawasan, khususnya dibenua Afrika.

Kejadian ini merupakan pertama kali dunia menyaksikan bantuan antar petani, dan itu diutarakan oleh Soeharto ketika ia memberikan kata sambutan dalam perayaan ulang tahun ke-40 FAO di Roma pada 14 November 1985. Pada hal sebelumnya Indonesia adalah Negara pengimpor beras yang jumlahnya cukup besar yakni sekitar 2 juta ton/tahunnya.

Berhasilnya Soehato membawa Indonesia sebagai Negara swasembada pagan dengan melakukan pembinaan terhadap para petani dan pertaniannya. FAO pada tahun 1986 menmberikan penghargaan berupa medal yang disatu sisi bergambar  wajah Soehato dan disisi lain gambar seorang petani sedang menanam padi dengan tulisan From Rice Importer to Self Sufficiency.

Runtuhnya kekuasaan Orde Baru, maka runtuh pulalah keberhasilan swasembada pangan dalam jenis beras yang sempat mencatatkan Negara Indonesia sebagai salah satu Negara didunia penyumbang pangan terhadap Negara Negara miskin didunia khususnya dikawasan benua Aprika.

Kehadiran Presiden Indonesia berikutnya, mulai dari BJ Habibi, Gusdur, Megawati Soekarno Putri sampai kepada Susilo Bambang Yudhoyono, mereka tidak lagi mampu untuk mendongkrak penghasilan para petani, bahkan penghasilan para petani semakin menurun, hal ini disebabkan minimnya pembinaan kepada para petani oleh pemerintah. Dan tidak terkendalinya harga gabah dan pupuk, sehingga menyulitkan para petani untuk meningkatkan hasil panennya.

Hanya Mimpi :

Lantas bagai mana swasembada pangan diera pemerintahan  kepemimpinan Presiden Jokowi Dodo (Jokowi)?. Presiden Jokowi dalam menyampaikan kuliah umumnya di LIPI beberapa waktu yang lalu mengatakan, dalam tiga tahun pemerintahannya Indonesia sudah swasembada pangan, bahkan Indonesia tidak akan lagi mengimpor pangan, gula dan lain sebagainya, bahkan kata Jokowi ditahun ke empat kepemimpinannya menargetkan Indonesia akan menjadi Negara pengekspor pangan.

Menurut Jokowi dalam kuliah umumnya itu juga mengatakan, untuk mengejar swasembada pangan tidak harus dilakukan dengan menambah lahan. Akan tetapi swasembada pangan dapat dikejar dengan mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) disektor pertanian. Swasembada pangan dengan menggunakan varietas varietas yang menghasilkan benih padi yang unggul. Dalam satu hektar lahan pertanian harus menghasilkan delapan sampai dua belas ton padi. Ungkap Jokowi.

Apa yang dikatakan oleh Presiden Jokowi, nampaknya hanya sebuah mimpi. Tiga tahun sudah kepemimpinan Jokowi, namun tanda tanda bahwa Indonesia akan menjadi Negara swasembada pangan belum terlihat. Indonesia masih tetap sebagai Negara pengimpor beras. Gula, bawang dan daging sapi . Malah Jokowi menitik beratkan pembangunan Indonesia kearah  sector Kemaritiman, bukan kepada sector pertanian.

Menyikapi hal tersebut, agar swasembada pangan tidak hanya sekedar sebagai mimpi bagi negeri ini, pemerintah melalui Kementerian Pertanian perlu melakukan kebijakan terkait alokasi anggaran. Dan harus mendapat dukungan kuat secara tehnis,  dari berbagai pihak khususnya pemerintah daerah. Karena persoalan pangan sepanjang tahun dan pemerintahan menjadi permasalahan yang belum terpecahkan, baik dari sisi supply dan harga. Semoga!.

Tepian Sungai Silau, 29 September 2016

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun