Bengkulen atau lajimnya disebut sebagai Bengkulu adalah merupakan daerah di belahan Nusantara dalam ruang lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dahulunya merupakan daerah terpencil dari daerah kekuasaan Kolonialisme Inggris yang ditukar guling oleh Belanda dengan pulau kecil Singapura dihamparan Selat Melaka.
Di bumi Bengkulu inilah Belanda pernah mengasingkan Ir.H.Soekarno Presiden Negara Republik Indonesia pertama pada tahun 1938 sampai dengan 1942. Pengasingan terhadap Soekarno dilakukan oleh Kolonial Belanda, adalah untuk bertujuan mematahkan dan sekaligus memutus mata rantai dan mematikan perjuangannya dalam mendirikan NKRI.
Dari bumi Raflesia ini pula semangat perjuangan Soekarno untuk memerdekakan Indonesia, semakin membahana keseantero Nusantara. Dan semangat itu tidak dapat dibendung oleh siapapun, maka pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno dan Muhammad Hatta Memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dan di bumi Raflesia ini pulalahlah Soekarno bertemu dengan seorang wanita yang lemah lembut bernama Fatmawati. Gadis negeri Raflesia ini banyak mengilhami, semangat perjuangan Soekarno dalam merintis Kemerdekaan Indonesia. Dan dari tangan lembut yang lentik itu pulalah Sangsaka Merah Putih tercipta.
Dengan mesin jahit, yang jauh dari moderenisasi, putri anak negeri Bengkulu yang bernama Fatmawati menyatukan potongan kain berwarna merah dan putih, dan kini menjadi bendera Republik Indonesia.
Kisah pahit getirnya perjuangan dan kehidupan yang dijalani oleh Soekarno dalam pengasingannya di bumi Raflesia, kini meninggalkan seberkas kenangan, dan kenangan itu terukir indah didalam sebuah rumah panggung, yang terletak di jalan Soekarno – Hatta Kelurahan Anggut Atas kota Bengkulu Provinsi Bengkulu.
Sabtu 20 Agustus 2016, penulis berkesempatan menyambangi rumah tempat pengasingan Soekarno. Rumah yang tampak masih asri itu, menurut seorang penjaganya setiap hari dikunjungi lebih dari seratus orang, yang datang untuk melihat sepenggal sejarah tentang Republik ini.
Rumah tempat pengasingan Soekarno ini tampak terawat dengan rapi, jika dibandingkan dengan rumah tempat kediaman Fatmawati Isteri Soekarno. Di dalam rumah pengasingan Soekarno ini terdapat beberapa benda sejarah, yang pernah dipergunakan oleh Soekarno selama dalam pengasingannya.
Di salah satu ruangan dibagian depan dalam rumah itu masih terlihat sebuah meja tulis dengan sebuah banku serta sebuah lemari buku yang berisi dengan buku buku milik Soekarno selama dalam pengasingan. Menurut sang penjaga, ruangan itu dijadikan oleh Soekarno sebagai ruangan untuk tempat sang proklamator itu untuk membaca buku dalam menghabiskan hari harinya dipengasingan.