Perlahan lahan Meilanpun membuka pintu kamar itu, Azis memandang kearah meilan. Mata merekapun beradu pandang, Meilan menundukkan wajahnya. Ada rasa lucu diahatinya ketika ia memasuki kamar itu. Inilah untuk yang pertama kali ia memasuki kamar yang didalamnya telah menunggu seorang lelaki. Tapi Meilan tidak menyapa Azis, karena Azis masih berbicara lewat telefhon kepada seseorang. Azis berdiri didepan jendela yang terbuka dan pandangannya mengarah ketengah selat Melaka. Meilan tidak tahu dengan siapa Azis berbicara lewat telefhon itu.
Dengan masih memakai dandanan busana penganten Meilan duduk disisi pembaringan, Azis menatap kearah Meilan yang duduk disisipembaringan itu. Alang cantik dan manisnya isteriku ini? Kata Azis dalam hatinya.
“ Joni bertanya kapan kita pulang ke Medan. Mereka telah menyusun rencana untuk menggelar pesta pernikahan kita di Medan”. Azis duduk disamping Meilan
“ Lalu apa yang abang jawab dengan Joni?”. Meilan bangkit dari duduknya, dia duduk dikursi meja rias yang ada diruangan kamar itu. Dipandanginya wajahnya lewat cermin berukuran besar di meja rias itu.
“ Kubilang sama Joni nanti dikabari, kalau kami mau pulang. Katanya mereka sudah memboking hotel untuk tempat acara pesta itu”.
“ Kenapa dihotel, kenapa tidak dirumah saja?”. Tanya Meilan, tangannya tampak membuka satu persatu perhiasan yang dipakainya pada acara pesta itu. Mata Azis bagaikan lekat memandangi Meilan membuka perhiasan perhiasan itu.
“ Aku juga bilang begitu, tapi kata Joni lebih baik dihotel agar tidak merepotkan “. Azis juga membuka pakaian pengantennya dan menggantinya dengan pakaian biasa. Ia lalu menghampiri Meilan yang duduk menghadap cermin. Dipeluknya Meilan dari belakang dengan penuh mesra. Dirapatkannya wajahnya kewajah Meilan, kemudian keduanya menatap kearah cermin.
“ Sungguh begitu cantik dan manisnya isteriku malam ini”. Bisik Azis ditelinga Meilan.
“ Suamiku juga begitu tampannya” , Balas Meilan. Azis mengecup lembut kening isterinya itu.
“ Aku begitu mencintai dan menyayangi dirimu. Rasa tidak msanggup aku untuk hidup sendiri tampa ada kau disisiku” , dekapan Azis ketubuh Meilan semakin rapat.
“ Aku juga merasakan hal seperti itu suamiku, ketika kau meninggalkanku hidupku bagaikan hampa. Pada hal waktu itu aku belum mengerti apa artinya cinta. Apa lagi pada saat ini aku sudah mengerti makna dari pada cinta itu, mambuat aku tidak ingin jauh dari dirimu suamiku “.