Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

{TMN 100 H} Senandung Cinta dari Selat Melaka "85"

7 Juni 2016   14:41 Diperbarui: 7 Juni 2016   15:16 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Zis  aku tidak pernah untuk meminta balasan dari apa yang kulakukan. Bahkan walaupun aku seorang pemeluk agama Budha, tapi aku juga mengerti tentang kebaikan. Aku pernah mendengar apa yang pernah diucapkan oleh Nabi ummat Islam itu, kalau tangan kanan memberi, usahakan tangan kiri tidak boleh tahu.

Kalau aku mengartikannya, bahwa setiap pemberian tidak perlu diceritakan kepada orang lain. Dan tidak perlu orang lain itu tahu apa yang telah kita berikan. Makanya di Sinaboi sana aku tidak pernah bercerita kalau akulah yang telah membantu keluargamu”. Azis tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Meilan. Dia memeluk Meilan dengan eratnya, diciumnya kening Gadis itu. Yang membuat Meilan merasa nyaman dan tenang disisi Azis. Dia paham tentang sipat Meilan yang tidak mau menceritakan apa yang dibantukannya kepada orang lain. Cukup hanya dirinya saja yang mengetahuinya kalau dia membantu seseorang.

“ Mei, apakah hubungan kita yang sempat terputus ini bisa kita sambung kembali. Apakah kerinduanku kepadamu ini, hanya aku saja yang merasakannya. Masih adakah tempatku direlung hatimu?”. Kata Azis, ditatapnya mata gadis itu dalam dalam. Dia ingin meminta jawaban dari Meilan. Azis menyadari, kalau dalam hal perpisahan diantara mereka, bahwa Azislah yang memulainya. Maka dia ingin untuk membalas kekesalan nya itu dengan menumpahkan rasa kasih sayang dan cintanya kepada Meilan.

“ Bukan aku yang melakukan perpisahan, tapi kau lah yang telag memulainya. Kau siksa aku dengan penantian yang tidak pasti tentang dirimu, kau pergi begitu saja, sehingga aku berpikir apa sebenarnya kesalahanku terhadap dirimu. Kau tahu sejak kepergianmu, aku menanggung rindu. Semua laki laki yang pernah ingin mendekatiku kuabaikan sama sekali , sedikitpun aku tidak memberi ruang terhadap mereka dihatiku. Bahkan dalam hatiku, aku telah mengambil kesimpulan, jika memang kita ditakdirkan untuk tidak ketemu lagi, aku akan memasuki dunia biarawati. Aku akan mengabdikan diriku untuk setiap saat memuja dewa. Aku tidak akan menikah dengah siapapun “. Mata Meilan berkaca kaca, membuat Azis merasa bersedih mendengarkan apa yang disampaikan oleh Meilan itu.

“ Maafkan aku Mei. Aku telah membuat kau begitu  menderita. Aku terlalu egois jadi orang. Tapi semua itu muncul akibat dari kemiskinanku. Aku merasa cemburu karena banyak yang mendekatimu. Sehingga aku menyadari, kalau kau bukanlah jodohku. Makanya aku menjauh dari dirimu. Pada hal andai kata kau mengerti bagai mana perasaanku saat aku meninggalkan mu, meninggalkan bangku sekolah dan terakhir meninggalkan kampung halaman, ingin rasanya aku untuk mengakhiri perjalanan hidupku. Aku sangat menderita Mei. Hari hari yang kulalui diperantauanku, suguh begitu pahit. Walaupun sekarang ini aku hidup dengan berkecukupan. Namun jiwaku tidak pernah tenang. Rasa rinduku kepadamu tidak bisa untuk dilukiskan. Barulah aku menyadari, kalau aku begitu mencintai dan menyangngimu”. Ada titik bening menetes dari mata Azis. Meilan menghapus titik titik bening itu. Dia mencium pipi AZis dan membenamkan wajahnya didada Azis yang bidang itu.

“ Aku juga merasakan seperti apa yang kau rasakan. Aku juga menyimpan rindu yang sangat kepadamu, tapi apa yang harus kubuat, karena aku adalah seorang wanita, yang hanya bisa menitikkan air mata, ketika aku menghadapi duka. Aku berusaha untuk mencarimu, untuk mengetahui kabar berita tentang dirimu, tapi semua itu kandas, karena kau hilang tampa bentuk dalam pencarianku. Apakah sebenarnya kesalahanku kepada mu sehingga kau begitu menyiksaku. Tolong kau berikan aku jawaban agar aku tahu, dan tidak akan berbuat kesalahan yang sama lagi. Aku begitu mencintai dan menyanyangimu Zis “ Meilan menghiba. Azis memeluknya dengan erat kemudian membisikkan sesuatu ditelinga Meilan.

“ Mei, bukan kau yang salah, tapi akulah yang tidak sadar diri mengnggap bahwa diriku lebih hebat dari mu, kendatipun kau seorang wanita. Jiawaku rapuh, aku terlalu egois. Akibatnya aku termakan oleh egoisku sendiri. Aku lebih menderita dari kau sebenarnya. Maafkan aku Mei. Aku terlalu lemah sebagai laki laki. Tapi aku sangat menyayangimu. Kuharap jangan kau meninggalkanku lagi Mei “.

“ Zis apakah aku tidak salah dengar dengan apa yang kau katakan?”.

“ Tidak Mei, kau tidak salah dengar, apa yang kukatakan itu adalah kebenarannya, aku tidak bisa hidup tampa bersamamu. Tapi itupun aku tidak bisa untuk memaksakan dirimu agar menuruti kemauanku. Karena kau masih memiliki keluarga. Dan tidak semudah itu bagimu untuk melepaskan dirimu dari keluargamu. Tapi andaikata kau siap, aku akan memperjuangkan dirimu. Apapun resiko yang harus kuhadapi akan kulakukan, agar kita bisa hidup bersama”. Tidak ada jawaban dari Meilan. Meilan terdiam, apa yang dikatakan Azis, sebenarnya tidak menjadi ketakutannya. Dia telah siap menghadapi segala resiko apapun yang datang dari keluarganya, jika Azis menikahinya.

“ Aku juga sudah siap untuk itu, aku juga siap berpisah dengan keluargaku, aku juga siap untuk menjadi isterimu, jika memang itu yang kau inginkan. Namun aku perlu untuk bertanya kepadamu, agar aku tidak salah memilih bahwa calon suamiku itu bukanlah milik orang lain, tapi adalah milik ku sendiri”. Meilan tidak melanjutkan kata katanya. Membuat Azis menjadi bingung kemana arah yang di maksudkan oleh Meilan .

“ Aku tidak mengerti dengan apa yang kau maksudkan. Yang jelas saat ini aku sangat  menyangi dan mencintaimu”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun