Sumber fhoto/hr.mdn bisnis
Sebelumnya :
“ Makanya Zis, kau jangan suka mengecup bibirnya Meilan, Lihat betapa cantiknya bibi si Meilan itu. Kalau sering sering kau kecup, bisa rusak bibirnya, seperti bibir ibuk ini, kasihan Meilan kalau bibirnya jadi rusak?”, Ujar ibuk pemilik kantin sambil tertawa, diapun meninggalkan Azis dan meilan. Azis dan meilan saling pandang. Meilan meraba bibirnya. Betulkah yang dikatakan oleh ibuk itu bahwa bibirnya begitu indah?. Melihat Meilan meraba bibirnya Azispun jadi tersenyum
Kemudian :
Satu minggu sudah para siswa kelas dua mengikuti pelajaran, walaupun Azis tidak lagi selokal dengan Meilan, Faisal, Idris dan Robet, namun setiap hari mereka sering bertemu. Hanya Robet yang sering menghindar dari Azis. Dan Azispun tidak memperdulikannya. Dia sudah siap walau ia diberhentikan dari pekerjaan nya oleh orang tua Robet.
Pulang sekolah siang itu, Meilan menemui Faisal dan Idris, ia mengundang mereka untuk hadir nanti malam dirumah bibinya. Karena nanti malam orang tuanya membuat acara untuk hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Selain Faisal dan Idris dia juga mengundang teman temannya satu local. Namun dia tidak mengundang Azis, karena dia takut akan terjadi sesuatu yang dapat menyinggu perasaan Azis dihari ulang tahunnya itu.
“ Sal, Idris nanti malam kalian berdua datang kerumah bibiku ya?”, Ujar Meilan kepada Keduanya.
“ Ngapai kami kerumah bibimu?”, Tanya Faisal.
“ Nanti malam aku membuat acara ulang tahunku?”, jawab Mailan.
“ Azis kau undang?”. Tanya Idris
“ Tidak, tapi rekan rekan kita satu local aku undang?”.
“ Kenapa Azis tidak kau undang?”, Faisal menatap kearahnya, Meilan seperti gugup untuk menjawabnya.
“ Aku takut nanti Azis tersinggung?”.
“ Ada apa rupanya dihari ulang tahunmu ini?”. Susul Idris bertanya, dia ingin tahu apa sebenarnya yang ditakutkan oleh Meilan.
“ Orang tuaku hadir diacara ulang tahunku ini, aku takut nanti orang tuaku berkata kasar kepada Azis?”, jawab Meilan. Diwajahnya tampak rasa kebimbangan.
“ Baiklah, nanti malam kami datang?”, kata faisal dan Idris. Meilanpun berlalu meninggalkan mereka. Faisal dan Idris pahan dengan apa yang dimaksudkan oleh Meilan. Karena ketika Meilan tidak masuk sekolah, Azis menceritakannya kepada keduanya. Dipintu gerbang sekolah Faisal dan Idris melihat Azis berdiri didekat sepedanya. Sebelum Azis mengayuh sepedanya, Faisal dan Idris menghapirinya.
“ Zis tadi Meilan mengundang kami, katanya nanti malam dia akan mengadakan upacara ulang tahunnya, kami Tanya dia apa dia juga mengundangmu?, katanya tidak, karena dia takut orang tuanya berkata kasar denganmu, makanya dia tidak mengundangmu?”, Faisal menjelaskannya kepada Azis. Pemuda itupun terdiam, tapi hanya sesaat kemudian katanya kepada Faisal dan Idris
“ Tak apa apa lah kalau dia tidak mengundangku, mungkin itu merupakan jalan terbaik baginya untuk merayakan ulang tahunnya?”.
“ Tapi apakah kau tidak tersinggung, dengan yang dilakukan oleh Meilan ini?”. Tanya Idris. Membuat Azis berpikir sejenak. Kalau menurutkan hatinya, jelas bahwa dia tersinggung, kepada Meilan karena tidak mengundangnya, pada hal baru saja Meilan mengatakan bahwa dia tidak ingin berjauhan dengan nya. Tapi mungkin karena keadaan terpaksa, maka dia tidak mengundangnya. Entahlah diapun tidak bisa untuk menjawabnya.
“ Dalam hal yang begituan aku sudah imun, jadi tidak ada masalah buatku dia tidak mengundangku, karena aku sadar dengan keadaanku?”,
“ Kalau begitu biarlah kami yang menghadirinya, kami akan memberikan kado, atas nama kita bertiga?”. Ujar Faisal
“ Iya Zis, biar kami membeli kado atas nama kita?”, Jawab Idris pula.
“ kalian tidak perlu untuk membelikan kado, atas namaku. Biarlah aku membelinya sendiri. Tapi aku minta tolong untuk memberikannya kepada Meilan?”.
“ Begitupun tidak apa apa”, kata Faisal, lalu ia memberikan uangnya kepada Azis.
“ Buat apa?”, Tanya Azis ketika Faisal memberikan uang kepadanya.
“ Kau belilah kadomu, ini uangnya?”. Jawab Faisal. Azis sebenarnya enggan untuk menerima uang itu, tapi Faisal dan Idris memaksanya untuk mengambilnya.
“ Nanti sore kami jemput kadonya digudang ya”, Kata Azis.
“ Iya, makasih atas uangnya, kalian terlalu baik kepadaku?”. Azis mengambil uang itu. Faisal dan Idris meninggalkannya. Azis tidak jadi pulang kegudang, dia mencarikan kado untuk Meilan. Setelah menemukannya, barulah dia pulang kegudang.
Sore itu, udara ditepian selat Malaka, begitu sejuknya, matahari telah mulai condong kebarat. Ditangkahan telah banyak perahu nelayan menyandar, untuk menaikkan ikan hasil tangkapan mereka dari tengah laut selat Melaka. Seperti biasa pula Azis turut membantu mereka untuk menaikkan ikan ikan itu keatas tangkahan, dan ikan ikan itu akan ditimbang didalam gudang.
Dalam membantu para nelayan ini menaikkan ikan ikan hasil tangkapan mereka yang akan dijual kegudang, azis tidak pernah untuk meminta imbalan. Akan tetapi karena ringan tangannya untuk membantu para nelayan itu, merekalah yang tidak sampai hati melihat Azis turut membantu mereka. Setelah para nelayan itu mendapatkan uang , dari hasil ikan tangkapan mereka dilaut dari tokeh pemilik gudang, mereka memberi ala kadarnya kepada Azis. Dan Azispun menerimanya dengan ikhlas.
Terkadang para nelayan itu, menanyai Azis sudah makan atau belum, mereka memberi tahu kepada Azis jika ingin makan ambil sendiri didalam perahu mereka. Semakin seringnya Azis membatu mereka, Azispun tidak lagi sungkan sungkan untuk bertanya kepada para nelayan itu, apakah masih ada sisa makanan mereka. Dengan senang hati pula mereka menyuruh Azis untuk melihat sendiri, sisa sisa dari makanan itu.
Menjelang sholat Mahgrib, Azis telah menyelesaikan tugasnya membantu para nelayan itu, diapun mandi lalu berganti pakaian, karena sebentar lagi wak Alang akan datang untuk bertugas menjaga malam dengan nya. Azis mendengar Faisal memanggil namanya, ia melihat kearah faisal dan melambaikan tangannya. Azis membawa Faisal kedalam kamarnya dipergudangan itu, lalu memberikan kado yang telah dibungkusnya dengan rapi, kado itu hanya sebesar kotak jam tangan.
“ Ini kadonya ?”, kata Azis lalu memberikannya kepada Faisal. Faisal mengambil kado itu. Dia merasa kado itu begitu ringan.
“ Apa isinya, kok ringan kali?”, Tanya Faisal.
“ Kado tidak perlu yang berat berat dan mahal harganya, yang penting adalah keikhlasan hati dari orang yang memberikannya?”, jawab Azis sekan berpilosofi.
“ Pasti isinya istimewa?”, ujar Faisal sambil tertawa.
“ Apakah isi kado ini istimewa buat meilan atau tidak, akupun tidak tahu?”, Faisal melihat ada kesedihan terlintas diwajah sahabatnya ini.
“ Bailah Zis, akan kusampaikan kepada Meilan kadomu ini?”. Faisal membawa kado yang diberikan oleh Azis, yang nantinya akan disampaikannya kepada Meilan.
Suara Azhan Mahgrib berkumandang dari menara mesjid nun jauh disana, matahari telah hilang bagaikan ditelan samudra, tapi seberkas sinar merahnya masih menggaris dilangit biru. Perasaan sedih, duka dan nestapa, berbaur menjadi satu. Dia tidak tahu semeriah apa ulang tahun Meilan malam ini.
Bersambung…….
Bagan Siapi Api 2016
Tulisan ini diikut sertakan dalam Tantangan 100 Hari Menulis Novel – Fiksianacommunity di Kompasiana
“ Cerita yang di kemas dalam bentuk Nopel ini adalah merupakan cerita fiksi belaka, jika ada nama dan tempat serta kejadian yang sama atau mirip terulas dalam nopel ini hanyalah secara kebetulan saja. Tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian yang sebenarnya “ (Penulis)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H