Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[TMN 100 H] Senandung Cinta dari Selat Melaka "56"

9 Mei 2016   14:56 Diperbarui: 9 Mei 2016   15:20 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Makanmu dari mana?”. Tanya wanita separoh baya itu lagi.

“ Pulang sekolah aku membantu para nelayan itu menaik kan ikannya kegudang. Mereka member sedikit aku uang. Itulah untuk biaya makanku ibu?”, Ada perasaan pilu dihati orang tuanya ini mendengar perkataan anaknya itu.

“ Baik baiklah kau bekerja, jangan sesekali kau melakukan kejahatan ditempat kerjamu itu. Kita orang tidak berada, kalau kau membuat masalah ditempat kerjamu itu, akan berakibat buruk bagimu dan keluarga kita?”, Kata Wanita itu setengah menesehatinya.

“ Iya bu”. Jawab Azis, tapi pikirannya tetap melayang kearah Meilan. Ataukah gadis itu masih melanjutkan sekolahnya atau tidak?. Pertanyaan pertanyaan ini mengganggu pikirannya. Diluar hujan rintik rintik mulai turun, ibunya masuk kedalam ruangan rumah. Sementara Azis masih tetap duduk dibangku itu. Cahaya halilintar yang diiringi dengan sura Guntur membuat Azis teringat akan ayahnya. Kalau seandainya ayahnya masih hidup tentu penderitaan ini, tidak akan datang bertamu pada kehidupannya. Katanya membathin.

Iya teringat akan kedatangan tiga orang yang tidak dikenalnya, ketika menemui ayahnya dirumah. Diruangan inilah mereka berbicara, katanya dalam hati. Setelah kepergian orang itulah, tiga bulan berselang ayahnya meninggal, karena perahu yang dibawanya memborong ikan ditengah laut ditabrak oleh kapal pukat trawl. Apakah kematian ayahnya dilatar belakangi dengan kehadiran yang tiga orang itu?, sampai kini Azis belum menemukan jawabannya.

Waktu itu, dia masih dudu dikelas tiga sekolah dasar. Azis sempat mendengarkan pertengkaran kecil antara ketiga orang itu dengan ayahnya. Mereka mengancam ayahnya agar tidak turut campur dalam persoalan, beroperasinya pukat trawl diperairan si Naboi.

“ Kami bermaksud untuk menawarkan kerja sama dengan Bapak, agar Bapak tidak mengganggu usaha kami?”. Kata Bahar, salah seorang dari ketiga orang itu. Azis mengetahui namanya Bahar, kerena kedua kawannya memanggilnya dengan sebutan Bahar.

“ Saya tidak pernah mengganggu usaha orang?, yang kalian maksudkan, usaha kalian yang mana yang saya ganggu?”. Tanya ayahnya kepada ketiga orang itu.

“ Bapak memang belum mengganggu usaha kami, karena kamipun belum menjalankan usaha itu. Tapi ada baiknya jika kami menemui Bapak sebelum usaha itu kami jalankan”, ujar yang satunya pula.

“ Apa usaha yang akan kalian jalankan, makanya kalian perlu menemui saya?”, Tanya ayah Azis kepada mereka.

“ Kami mendengar kalau Bapak punya pengaruh dikalangan para nelayan, makanya kami menemui Bapak, karena usaha yang akan kami jalankan adalah untuk mengoperasikan pukat trawl di perairan si Naboi ini”. Kata Bahar member penjelasan kepada ayah Azis tentang usaha yang akan mereka jalankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun