“ Kau tahu dengan yang namanya Rudi?”.
“ Rudi yang mana?”. Tanya Meilan lagi.
“ Yang pernah mendaftar disekolah ini, bersama Marlina?”.
“ Iya, kenapa dengan dia?’.
“ Dia dan teman temannyalah yang mengkeroyok aku, mungkin dia cemburu, karena Marlina sering menegurku. Sewaktu dia datang, dia katakan kepadaku, jangan mengganggu Marlina, karena Marlina itu katanya pacarnya. Aku mana tahu kalau dia pacaran sama Marlina. Lagi pula hubunganku dengan Marlina, hanya teman satu sekolah. Itupun hanya tegur sapa bila bertemu, tak lebih dari itu?”. Azis menjelaskannya kepada Meilan.
“ Tapi kulihat Marlina itu suka sama kamu?”. Meilan melemparkan pandangannya kearah mata hari yang akan terbenam. Suasana diatas jembatan mulai berangsur angsur sepi. Karena pengunjungnya mulai pulang meninggalkan jembatan.
“ Dia suka kepadaku, dia ada hati dengan ku, itukan urusannya. Bukan urusanku, karena aku sedikitpun tidak punya perasaan apa apa dengan dia. Selain dari pada hubungan teman satu sekolah?”.
“ Iya, tapi kelihatannya dia memburumu terus, lama lama kaukan tergoda juga. Mungkin itu yang ditakutkan oleh Rudi, maka dia mengingatkanmu?”. Nada suaranya sedikit menyimpan rasa cemburu. Dan Azis tahu itu. Dia tidak ingin kecemburuan Meilan terhadap Marlina berlama lama tersimpan dihatinya.
“ Mei?, sekalipun dia memburuku keujung langit, jika aku tak punya perasaan apa apa dengan nya, hasilnya akan membuat dia lelah sendiri. Lagi pula sungguh bodohlah dia, memburu orang yang hatinya sudah tercuri oleh orang lain.”.
“ Siapa rupanya yang telah mencuri hatimu?”.
“ Janganlah seperti kura kura dalam perahu, pura pura tidak tahu?”.