Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(My Deary) Cinta yang Kandas

11 April 2016   15:57 Diperbarui: 11 April 2016   18:27 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehari menjelang pernikahannya dilaksanakan, kuceritakan apa yang sedang kuhadapi dengan seorang teman dekatku. Lantas teman itu menyarankan, jika pacarnya mempunyai teman yang bisa untuk dimintai pertolongan. Artinya ia bersedia untuk mendampingiku menghadiri pesta pernikahan sidia.

Akupun bertemu dengan nya dirumah pacar sang teman. Iapun kuminta untuk menemaniku menghadiri pernikahan mantan kekasihku. Ternyata dia menyanggupi, walau tanpa bayaran apapun.

Benar saja pada saat itu beberapa mata undangan yang hadir dalam pesta itu yang mengetahui hubunganku dengan mempelai wanita yang sedang duduk disingga sana pelaminan memandang kearahku. Aku tak tahu apa yang ada dalam pikiran mereka, apakah mereka kasihan melihatku?, atau mereka memuji keberanianku untuk menghadiri pesta itu? Aku sama sekali tak pernah tahu.

Sandiwara yang kulakonkan dengan wanita pinjaman ini, yang belakangan menjadi isteriku berjalan dengan mulusnya, sipat manjanya kepadaku dilokasi pesta itu, seolah olah bahwa kami sudah cukup lama menjalin hubungan, sehingga tidak terlihat kaku ketika dia menggandeng tanganku untuk memberi ucapan selamat kepada dua mempelai.

Setahun pesta pernikahan itu berlalu, hubunganku dengan aktris yang melakonkan sandiwara sehari itu, semakin dekat, rasa cinta dan kasih sayangkupun pindah kehatinya. Namun persoalan berikutnya datang menyusul. Namun aku sudah kokoh untuk menjadikan dia sebagai isteriku, ibu dari anak anakku kelak.

Wanita itu datang kembali kepadaku, ia menyatakan kalau pernikahannya dengan lelaki pilihan orang tuanya itu tidak bahagia, lalu ia kembali mengajakku untuk menikah, dia akan menggugat cerai suaminya. Namun sedikitpun hatiku tak goyah mendengarkan keluh kesahnya. Malah hati ini menjadi benci melihatnya, karena ia sudah mengkhianati cintaku kepadanya. Sedikitpun hati ini tak kan berpindah kehatinya.

Dalam perjalanan waktu, direntang cahaya rembulan tanpa bintang, disaat angin bertiup dengan lemah gemulai. Aku mendengarkan kisah yang tidak masuk diakal. Layaknya seperti didalam adengan sebuah film.

Kenapa orang tua wanita dari mantan kekasihku itu begitu benci kepada keluarga kami? Sehingga dia bersikeras memisahkan putrinya denganku?, terungkaplah kisah itu.

Orang tuaku adalah seorang perantau, dia tinggal dirumah induk semangnya yang berdekatan dengan tempat tinggal ibu mantan kekasihku itu. Ibu dari mantan kekasihku itu adalah anak yatim yang sejak kecil telah ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya, maka dia tinggal dirumah uwaknya yang berdekatan dengan rumah dimana ayahku tinggal.

Namun ada kesepakatan antara induk semang ayah dengan uwak ibu mantan pacarku itu untuk menikahkan mereka berdua karena ibu mantan pacarku itu punya hati terhadap ayah. Tapi sayangnya pada saat itu ayah menolak untuk menikah dengannya, karena hati ayah sudah tercuri oleh seorang dara, yakni itulah yang menjadi ibuku. Dan akhirnya ayah menikah dengan dara itu, dan melahirkanku beserta kakak dan adik adikku.

Sejak itu pulalah dendam tumbuh subur dihati ibu mantan pacarku itu, terhadap ayah ibu dan kami anak anak mereka. Sampai ibu meninggal dunia, kisah penolakan ayah terhadap cinta ibu dari mantan pacarku itu, tak pernah diketahuinya. Begitu rapinya ayah menyimpan kisah itu agar tak menimbulkan rasa sakit hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun