Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

{TMN 100 H} Senandung Cinta Dari Selat Malaka "8"

22 Maret 2016   15:29 Diperbarui: 22 Maret 2016   15:49 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber fhoto/Hr Medan Bisnis"][/caption]Sebelumnya

“Aku kawannya Meilan, tapi aku tak pernah dititipi Meilan makanan. Itu tandanya Meilan tak suka dan tak naksir denganku “, Bono menjelaskan Azis hanya mangut mangut saja. Dipersimpangan Balai Desa keduanya berpisah. Azis membelok kearah kiri, sedangkan Bono berjalan lurus menuju rumahnya.

Sore itu udara di Sinaboi agak redup, mata hari terlindung awan, angin Selat Malaka bertiup dengan lembutnya. Meilan sudah berada dirumah Maisyaroh. Meilan datang dengan naik sepeda. Gadis itu datang dengan membawa goreng pisang sesuai dengan pesanan Maisyaroh. Hubungan Meilan dengan Maisyaroh sangat akrab bila dibanding dengan teman temannya satu sekolah.

Kedua gadis remaja itu duduk dibale bale dibelakang rumah maisyaroh. Belakang rumah Maisyaroh terletak persis dipinggir pantai Selat Malaka. Dari tempat mereka duduk dengan leluasanya dapat untuk melihat deburan ombak selat Malaka. Ombak kecil terlihat dikejauhan. Satu dua tampak perahu nelayan menuju arah pantai. Dipantai yang berlumpur dibelakang rumah Maisyaroh terlihat sepasang burung camar sedang mencari makan. Sesekeli mereka melompat keatas untuk menghindari datangnya ombak menghempas pantai.

Azis baru sampai kerumah Meisyaroh. Dia juga datang dengan menaiki sepeda. Disamping rumah Maisyaroh dia menyandarkan sepedanya begitu saja. Setelah bertanya dengan adik Maisyaroh yang sedang bermain didepan rumah, Azis melangkahkan kakinya menuju ruang belakang. Ia masuk tidak dari depan walaupun adik Maisyaroh menyuruhnya masuk dari depan, tapi Azis memilih jalan samping rumah Maisyaroh.

Bagi Azis rumah Maisyaroh bukanlah merupakan rumah yang asing baginya. Karena hubungan ayah Maisyaroh dengan ayahnya semasih hidup, sangatlah akrab. Maka Azis sering datang kerumah ini. Kadang ia disuruh ayahnya, atau ibunya untuk mengantarkan sesuatu, atau menyampaikan pesan dari kedua orang tuanya. Keringat tampak membasahi sebahagian bajunya. Azis duduk didepan Meilan dan Maisyaroh.

Dia tidak memahami benar apa maksud Meilan untuk bertemu dengan nya dirumah Maisyaroh. Walaupun dia tidak mengerti akan maksud Meilan, tapi untuk menolaknya dia sungkan, karena gadis keturunan Tiongkok ini cukup perhatian dan baik kepada dirinya.

Azis memang terlihat lugu dengan hubungan cinta, walaupun dia telah duduk dikelas tiga SMP. Tidak seperti anak anak remaja lainnya, yang hapal dalam hal bermain cinta. Kelas enam SD pun sudah berani duduk dua duaan ditempat tempat yang gelap. Berbeda dengan Meilan dan Maisyaroh. Walaupun usia mereka sama, tapi dalam hubungan cinta cintaan mereka lebih tampak memahaminya. Apakah mereka seorang wanita yang terkadang sipat dan pembawaannya lebih dewasa dari usia mereka.

Lama mereka bertiga terdiam, suasana sore itu memang cukup romantis. Tiupan angin dari laut Selat malaka membuai angan mereka. Saling pandang dan tersenyum itulah yang dapat mereka lakukan. Karena masing masing tak tahu harus dari mana memulai perkataan. Daun mangrup yang banyak tumbuh disekitar pantai, terbang melayang ditiup angin dan jatuh menimpa kepala Meilan.

Dengan lembut gadis itu meraba kepalanya yang ditumbuhi rambut yang hitam berkilau, lalu membuang daun mangrup yang menyangkut dirambutnya. Dimata Azis betapa cantiknya gadis turunan tiongkok ini. Meilan datang dengan memakai baju kemeja kotak kotak berwarna hijau yang dipadu dengan warna hitam dan putih. Ia begitu seksi dengan jelana jeans yang sempit berwarna biru tua. Rambutnya yang panjang sebatas pinggangnya dibiarkannya terngerai ditiup angin selat Malaka. Sesekali dia mengurai anak rambutnya yang jatuh luruh dikeningnya akibat terkena hembusan angin.

“ Zis, kudengar dari teman teman setamat SMP kau tak menyambung sekolah lagi?, apa memang kau mau berhenti sekolah setelah tamat dari SMP ini?”, Maisyaroh memecahkan suasana beku diantara mereka. Meilan memandang Azis, ada segurat kesedihan terhampar diwajah remaja yang disukainya ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun