Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

{ HUT RTC) Gadis Kecil Didepan Kelenteng

1 Maret 2016   15:20 Diperbarui: 1 Maret 2016   15:42 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber fhoto/Tribun news"][/caption]Hari itu perayaan tahun baru Imlek

Gadis kecil bermata sayu 

Duduk didepan pintu kelenteng

 

Berbaju bunga bunga

Walau tak baru

Tapi tampak bersih

 

Matanya memandang kepada orang orang

Yang datang menyembah dewa

Ada juga pengemis tua menghardiknya

Diapun beralih tempat

Duduk menepi disudut pintu kelenteng

 

Abu pembakaran hio

Bagai untaian melati Lekat dirambutnya

Orang orang bergembira

Tapi wajahnya tetap murung

 

Dia ingin beli petasan

Dan naik helicak berkeliling kota

Sama seperti teman sebayanya

Tapi itu hanya harapan karena ia tak punya uang

 

Angpao berwarna merah

Melintas dari hadapannya

Namun tak pernah menyentuh garis ditelapak tangannya

Apa lagi jatuh dipangkuannya

 

Seorang anak lelaki kecil

Datang menghampirinya

Sepotong kue keranjang

Dan sehelai angpao diulurkannya

Membuat mata gadis kecil itu semakin sayu

 

Gadis kecil itu menerima pemberian sikecil

Dalam hatinya ia berkata

Naluri anak kecil lebih peka dari orang dewasa

 

Diapun berlari lari kecil

Meninggalkan kelenteng

Yang penuh sesak dengan orang orang

Memakai topeng menyembah para dewa

Bagan Siapi Api 2016

 

Puisi ini terinspirasi dari

Puisi Khairil Anwar

" Gadis Peminta Minta "

 

GADIS PEMINTA-MINTA

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dam kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara ketedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk membagi dukaku

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun