[caption caption="Sumber fhoto/Tribun news"][/caption]Hari itu perayaan tahun baru Imlek
Gadis kecil bermata sayuÂ
Duduk didepan pintu kelenteng
Â
Berbaju bunga bunga
Walau tak baru
Tapi tampak bersih
Â
Matanya memandang kepada orang orang
Yang datang menyembah dewa
Ada juga pengemis tua menghardiknya
Diapun beralih tempat
Duduk menepi disudut pintu kelenteng
Â
Abu pembakaran hio
Bagai untaian melati Lekat dirambutnya
Orang orang bergembira
Tapi wajahnya tetap murung
Â
Dia ingin beli petasan
Dan naik helicak berkeliling kota
Sama seperti teman sebayanya
Tapi itu hanya harapan karena ia tak punya uang
Â
Angpao berwarna merah
Melintas dari hadapannya
Namun tak pernah menyentuh garis ditelapak tangannya
Apa lagi jatuh dipangkuannya
Â
Seorang anak lelaki kecil
Datang menghampirinya
Sepotong kue keranjang
Dan sehelai angpao diulurkannya
Membuat mata gadis kecil itu semakin sayu
Â
Gadis kecil itu menerima pemberian sikecil
Dalam hatinya ia berkata
Naluri anak kecil lebih peka dari orang dewasa
Â
Diapun berlari lari kecil
Meninggalkan kelenteng
Yang penuh sesak dengan orang orang
Memakai topeng menyembah para dewa
Bagan Siapi Api 2016
Â
Puisi ini terinspirasi dari
Puisi Khairil Anwar
" Gadis Peminta Minta "
Â
GADIS PEMINTA-MINTA
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dam kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara ketedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H