Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bom Sarinah dan Generasi Muda

17 Januari 2016   23:34 Diperbarui: 18 Januari 2016   00:01 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari rekaman video amatir itu jelas kita lihat, seorang pelaku terror dengan menggunakan baju hitam, celana jeans warna biru muda, pakai topi dan menggendong ransel didepan dan belakangnya, serta mengacungkan senjata pistol yang diduga rakitan, dengan tenangnya menembaki polisi dan orang orang yang ada disekitarnya. Sementara terlihat banyak Polantas yang berada dilokasi itu, tampak kebingungan/ ketakutan sehingga tidak berani untuk berbuat sesuatu terhadap para pelaku terror, pada hal kesempatan untuk melakukan pelumpuhan terhadap pelaku terror terbuka lebar.

Tentu jika melihat kejadian ini, menimbulkan tanda Tanya? Apakah para Polantas ini tidak memiliki senjata?, sehingga membuat mereka kebingungan untuk melakukan tindakan? Kita tahu bahwa Polantas memang tidak dibekali dengan pelatihan pelatihan untuk menghadapi terror secara khusus, seperti Densus 88 yang memang dipersiapkan untuk menangani terror seberat apapun. Apalagi peristiwa yang terjadi di Sarinah itu berlangsung cukup cepat dan mendadak, sehingga membuat Polantas yang berada di seputaran sarinah menjadi kebingungan.

Belajar dari peristiwa serangan bom di Sarinah ini, Polri sudah selayaknya untuk membekali para Polantas dengan pengetahuan tentang mengantisipasi jika terjadi terror , Polantas juga harus terlatih untuk mengantisipasi jika terjadi terror secara mendadak, sebelum datangnya bantuan.

Dan yang paling penting dilakukan adalah, Polantas juga harus dilengkapi dengan persenjataan, bukan hanya semata, Polantas dilengkapi dengan kepintaran/kepandaian untuk melakukan tilang menilang. Tapi melainkan Polantas juga harus sigap dan pintar dalam menghadapi situasi terror yang terjadi. Terutama bagi Polantas yang bertugas di kota kota besar.

Ada Yang Salah :

Kita tidak mengatakan bawa terjadinya peristiwa terror bom di Sarinah merupakan suatu kecolongan terhadap kinerja Badan Intelijen Negara (BIN) dan Polri, atau kita juga tidak mengatakan terjadinya ledakan bom di Sarinah adalah akibat kelengahan pihak BIN dan Polri, karena kedua intitusi Negara inilah yang langsung bersentuhan dengan segala bentuk issue yang tersebar di masyarakat. Tapi yang pasti ISIS telah menyampaikan warningnya kepada Jakarta. Dan Peristiwa Sarinahpun terjadi.

Persoalannya kini bukanlah untuk memperdebatkan apa yang terjadi di Sarinah. Apakah ini suatu kecolongan atau merupakan suatu kelengahan?, tapi yang penting adalah mencari akar persoalannya, tentu karena ada sebabnya maka timbul akibatnya.

Kita melihat begitu gampang dan mudahnya para generasi muda kita terobsesi untuk memasuki kelompok kelompok radikalisme yang menyebarkan paham paham permusuhan. Hal itu bisa kita lihat dari kelompok kelompok radikalisme yang anggotanya adalah anak anak muda yang berusia antara 20 tahun sampai 35 tahun. Dan yang terjadi di Sarinah pelakunya juga masih muda muda. Termasuk Muhammad Bahrum Na’im, yang usianya masih 32 tahun. Berarti ada yang salah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap generasi muda kita selama ini.

Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan dilingkungan keluarga, pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah, yang bertanggungjawab terhadap kelangsungan berbangsa dan bernegara terhadap generasi muda perlu untuk dibenahi.

Disinilah perlunya peranan orang tua, para pendidik disemua tingkatan pendidikan, Majlelis Ulama Indonesia (MUI) wadah tempat berhimpunnya tokoh tokoh agama dan ulama yang ada di Indonesia, Badan Nasional Pemberantasan Teroris (BNPT) BIN, Polri dan Pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah untuk berperan aktif melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap generasi muda.

Pembinaan dapat dilakukan dengan cara cara tradisional dan modern, dengan menggalakkan kembali pengajian pengajian remaja mesjid, bagi generasi muda Islam. Begitu juga dengan generasi generasi muda non Islam, untuk melakukan kegiatan kegiatan keagamaan di rumah rumah ibadah mereka, seperti di gereja, kelenteng, vihara, pura dan lain sebagainya dengan pengawasan MUI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun