[caption id="attachment_354312" align="aligncenter" width="560" caption="Pengamanan Gedung MK di perketat (fhoto Liputan6.com)"][/caption]
Sidang gugatan perolehan suara Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, yang dilakukan oleh pasangan calon Presiden – Wakil Presiden Prabowo Subianto – Hatta Rajasa di Mahkamah Konstitusi (MK) tinggal menunggu keputusan yang diberikan oleh para hakim MK yang sedang menyidangkan gugatan itu.
Menurut pihak MK keputusan diterima atau tidaknya gugatan yang disampaikan oleh Prabowo Subianto – Hatta Rajasa beserta Tim Merah putihnya akan dilakukan Kamis 21 Agustus pukul 14 siang (hari ini).
Sebagai masyarakat awam menengah ke bawah, tidaklah mempersoalkan hasil dari keputusan yang akan diambil oleh MK. Siapa pun yang akan memenangkan gugatan itu yang notabene akan menjadi Presiden – Wakil Presiden Negara ini, baik Prabowo Subianto – Hatta Rajasa, maupun Joko Widodo (Jokowi) – Jusuf Kalla (JK), bagi rakyat awam Indonesia tidaklah menjadi persoalan.
Yang terpenting bagi mereka, mereka telah menggunakan hak pilihnya selaku rakyat Indonesia yang berdemokrasi. Kemudian harapan mereka siapa pun yang akan ditetapkan sebagai Presiden Indonesia, agar lebih memperhatikan nasib mereka sebagai bangsa Indonesia yang masih mengharap adanya secercah perubahan dari kehidupan yang suram kepada kehidupan yang lebih cerah.
Mungkin oleh karena ini pulalah rakyat Indonesia yang tingkat ekonominya menengah ke bawah, baik yang tinggal di desa dan di kota merasa tidak begitu tertarik dengan silang sengketa terhadap perolehan suara Pilpres 2014 yang sidangnya masih berlangsung di MK.
Wajar saja jika rakyat negeri ini yang tingkat prekonomiannya menengah ke bawah tidak turut larut dalam persoalan pertikaian para elite politik dalam menentukan siapa calon Presiden Indonesia ke depan. Bagi mereka boro-boro untuk memikirkan silang sengketa Pilpres. Untuk menentukan dapur mereka saja agar bisa mengepulkan asap setiap hari, sudah membuat waktu/pemikiran dan tenaga mereka terkuras. Belum lagi harus memikirkan pendidikan dan kesehatan anak-anak/keluarga mereka yang mana biayanya setiap tahun semakin meningkat.
Pertarungan Elite Politik
KPU telah menetapkan pasangan calon presiden Jokowi – JK adalah presiden dan Wakil Presiden Negara Indonesia terpilih hasil Pilpres 2014. Ketetapan KPU tentu sejalan dengan hasil perolehan suara yang diberikan oleh rakyat Indonesia kepada Jokowi – JK. Artinya pasangan Jokowi –JK adalah sebagai pemenang Pilpres 2014 hasil pemilihan langsung rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia telah meletakkan pilihannya kepada pasangan Jokowi – JK untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden Negara Indonesia lima tahun mendatang.
Namun pun begitu, walau pasangan Jokowi – JK sebagai pemenang Pilpres 2014, seharusnya tidak membuat pasangan Prabowo – Hatta Rajasa menjadi kecil hati. Walaupun kedua pasangan ini kalah dalam pertarungan Pilpres 2014, perolehan suara yang didapatkan oleh kedua pasangan ini membuktikan bahwa kedua pasangan ini masih diterima oleh rakyat Indonesia.
Perolehan suara yang didapatkan oleh Prabowo – Hatta Rajasa dan Jokowi – JK hanya selisih sekitar 8.221.398 suara. Sesuai dengan data yang dilansir oleh KPU dengan perincian Prabowo Hatta Rajasa memperoleh 60.262.844 suara (46,85%) sedangkan pasangan Jokowi – JK memperoleh 70.633.594 suara (53,15%) dari jumlah pemilih yang sah dalam negeri dan luar negeri sekitar lebih kurang 132. 896 .438 suara.
Tindakan Prabowo – Hatta Rajasa dan tim Merah Putihnya untuk membawa persoalan hasil perolehan suara Pilpres 2014 ini ke MK, memang suatu hal yang tepat. Daripada bertindak anarkis, yang akan melahirkan kekacauan sehingga membuat Indonesia tidak lagi aman dan kondusif.
Akan tetapi alangkah bijaknya jika Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dan timnya meniru sikap Al Gore ketika menjadi Calon Presiden Amerika Serikat yang didukung oleh Partai Demokrat dengan saingannya Gorge Bush yang didukung oleh Partai Republik pada Pemilu Presiden Amerika Serikat tahun 2000.
Dalam perolehan angka, Al Gore sebenarnya memperoleh suara terbanyak, namun dalam tingkat sebaran perolehan suara, Al Gore kalah dibanding Bush. Begitu penyelenggara Pemilu membuka perolehan suara, Al Gore langsung mengucapkan selamat kepada Bush, karena Al Gore mantan Wakil Presiden di era Presiden Bill Clinton itu menyadari akan kekalahannya terhadap Gorge Bush.
Sikap yang diperlihatkan oleh Al Gore, memperlihatkan kerendahan hati dari seorang calon pemimpin yang memahami makna dari sebuah kompetisi dalam demokrasi. Al Gore beserta timnya menyikapi kekalahannya dengan menghormati hasil yang ada. Selisih 8.221.398 suara bukanlah hal yang signifikan dalam kekalahan dari suatu kompetisi. Namun perolehan suara yang diperoleh walaupun kalah masih membuktikan bahwa Prabowo – Hatta Rajasa diterima rakyat Indonesia sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden.
Lantas kenapa Prabowo – Hatta Rajasa dan timnya tidak bisa legowo untuk menerima kekalahan itu. Hal ini tak lain disebabkan adanya kepentingan elite politik tubuh para Partai koalisi yang dibangun oleh Prabowo dan Hatta Rajasa. Pertarungan elit politik ini ujang-ujungnya tak lain bermuara kepada pembagian jatah kursi di parlemen. Walaupun ada partai yang membantah hal itu. Tapi bantahan yang disampaikan persis seperti malu-malunya kucing, tapi di belakang tetap meong-meong.
Harapan dan Kenyataan
Terlepas dari adanya kepentingan elite politik dalam sengketa suara Pilpres 2014, bangsa Indonesia berharap bahwa hasil Perolehan Suara Pilpres 2014, jangan sampai memicu terjadi perpecahan di tengah-tengah bangsa ini.
Jika prediksi banyak pihak yang mengatakan MK tidak akan memenangkan gugatan yang dilakukan oleh pasangan calon Presiden Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dan timnya, bangsa Indonesia berharap agar Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dan timnya dapat menerima kenyataan ini.
Persoalan kalah menang dalam sebuah kompetisi adalah persoalan yang biasa. Akan tetapi persoalan persatuan bangsa dan negara dalam rumpun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah persoalan yang luar biasa, yang harus dinomorsatukan. Pilihan boleh berbeda, warna baju boleh berupa, tapi kita harus tetap dalam lingkaran Merah Putih dan NKRI. Jangan Robek Merah Putihku. Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H