[caption id="attachment_386014" align="aligncenter" width="436" caption="Ilustrasi/Fhoto Antara"][/caption]
Tahun 2014 hanya tinggal menghitung hari. Banyak kisah kisah sedih, duka nestapa, riang gembira yang kita alami di sepanjang perjalanan waktu di tahun 2014. Dan semua itu akan menjadi catatan dan kenangan untuk kita jadikan sebagai introspeksi diri pada tahun tahun yang akan datang.
Tanggal 1 Januari 2015, seiring dengan suara detak jarum jam dinding, kita akan memasuki tahun baru. Kita berharap pajar di tahun 2015 akan lebih cerah dari pajar tahun 2014 yang sudah kita jalani. Tentu di tahun 2014 banyak cita cita yang ingin kita gapai belum berada di genggaman tangan. Kita berharap semoga cita cita yang belum berhasil kita genggam itu, akan terealisasi pada tahun 2015 yang akan datang. Karena sebuah cita cita usianya setua kehidupan manusia.
Sebegitu banyak nya cita cita yang berada di pundak kita, janganlah sesekali kita meniru cita cita yang seperti di inginkan oleh Tsa’labah. Yang minta agar Rasulullah mendokannya untuk menjadi kaya. Cita cita Tsa’labah memang dimiliki oleh setiap manusia yang hidup diatas bumi Allah SWT. Siapa yang tidak memiliki cita cita yang ingin menjadi kaya. Tentu semua manusia mempunyai cita cita ingin untuk menjadi kaya. Hanya hewanlah yang mungkin tidak mempunyai cita cita untuk menjadi kaya raya.
Suatu hari Rasulullah setelah usai melakukan sholat Mahgrib, iya bertanya kepada Tsa’labah mengenai seringnya Tsa’labah datang terlambat untuk mengerjakan sholat Mahgrib berjemaah bersama Rasulullah. Rasulullah bertanya apa sebabnya Tsa’labah sering terlambat untuk mengerjakan sholat Mahgrib.
Tsa’labah yang juga memiliki rindu dendam untuk menjadi orang kaya mengatakan kepada rasulullah kenapa dia sering terlambat untuk mengerjakan sholat Mahgrib berjemaah, karena sebelum dia berangkat kemesjid untuk sholat berjemaah, dia terlebih dahulu menunggu isterinya selesai sholat, karena kain sarung yang akan dibawanya ke mesjid untuk sholat berjemaah, terlebih dahulu di pakai isterinya. Hanya itulah kainsarung yang mereka miliki yang bisa di bawa untuk sholat. Di akhir penjelasannya Tsa’labah meminta kepada Rasul agar mendoakannya menjadi orang kaya.
Awalnya permohonan Tsa’labah untuk di doakan menjadi orang kaya tidak di respon oleh Rasul, malah rasulullah mengatakan kepadanya, lebih baik menerima keadaan dengan perasaan ridho (ikhlas) dari pada mengikuti keinginan hati, apa lagi di barengi dengan sipat sipat iri dan dengki. Akan tetapi Tsa’labah tetap mendesak Nabi untuk mendoakannya.
Malah Tsa’labah berjanji di hadapan rasulullah, jika dia menjadi orang kaya, maka dia akan lebih taat lagi. Katanya kepada Rasul, “ Ya rasul sedangkan dalam keadaan miskin dan papa seperti ini aku taat mejalankan perintah dari Allah yang kau sampaikan kepada Manusia, apa lagi jika aku diberi kekayaan, maka aku akan lebih taat lagi ya Rasul “
Akhirnya Rasul memberinya sepasang kambing dan disertai dengan doa oleh Rasul agar kambing yang diberikannya kepada Tsa’labah dapat berkembang dan merobah nasib Tsa’labah kepada hal yang lebih baik.
Doa Rasulpun terkabul. Sepasang kambing itupun berkembang menjadi ratusan ekor, mulailah Tsa’labah meninggalkan satu dua waktu sholat fardu. Kemudian ketika kambing itu berkembang menjadi puluhan ribu ekor, untuk sholat jumat pun Tsa’labah tak sempat lagi. Dia menjadi peternak kambing yang sukses. Waktunya tersita habis untuk mengurus manajemen bisnis kambingnya. Pendek kata jika pada waktu itu ada messmedia, tentu para kuli tinta akan mengulas fropilnya sebagai seorang peternak dan bisnismen hewan kambing yang sukses.
Disepenggal waktu, ketika Tsa’labah sedang menikmati hasil kekayaannya, iya lupa akan janjinya, iya enggan untuk membayar zakat. Karena Tsa’labah menganggap kekayaan yang dimilikinya itu adalah atas jerih payahnya sendiri. Dia bersusah payah mengembang biakkan ternak kambingnya, kemudian dari hasil ternak kambingnya dia menjadi kaya dan itu adalah haknya, kenapa pula dia harus mengeluarkan zakat untuk orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan kerja kerasnya. Enak amat hidup orang yang menerima zakat itu. Perkataan inilah yang terlintas di dalam jalan pikirannya. Akhirnya dia mengambil kesimpulan persetan dengan zakat. Itukan aturan agama! Katanya dalam hati.
Disuatu kesempatan Rasul ketemu dengan Tsak’labah dan bertanya tentang ihwal kenapa Tsa’labah tak pernah lagi terlihat sholat berjemaah di Mesjid. Tsa’labah menjawab pertanyaan Rasul dengan enteng. Ya Rasul aku sibuk mengurus ternak dan bisnis kambingku, sehingga tiada lagi waktuku untuk sholat. Rasul hanya diam mendengar jawaban Tsa’labah. Tsa’labah ibarat apa kata pepatah “Kacang Lupa Akan Kulitnya “
Kesombongan dan kepongahan yang di perlihatkan oleh Tsa’labah dengan harta kekayaannya yang melimpah ruah, akhirnya Tsa’labah menuai bencana yang paling di takutinya, yakni kemiskinan yang lebih parah.
Momentum dari kisah Tsa’labah inilah yang kini di lakoni oleh para pejabat sebagai pemangku kepentingan di negeri ini. Janji janji yang mereka ucapkan tak obahnya seperti janji yang pernah di ucapkan oleh Tsa’labah kepada Rasullullah. Tapi realisasi dari semua janji janji itu tidak pernah ada. Rakyat negeri ini yang sudah sering mendengar janji janji manis pejabat hanya sebuah fatamorgana, yang membuat sadar hanya untuk kecewa.
Semoga di akhir tahun 2014 ini, kita menghibau kepada para pejabat dan wakil rakyat, agar melakukan renungan sejenak terhadap apa yang telah mereka janjikan kepada rakyat untuk dapat mereka penuhi. Introspeksi diri agar pada tahun2015, janji Tsa’labah tidak terulang lagi di dalam diri para pejabat dan wakil rakyat. Dan satu lagi yang perlu diingat, bahwa “ Tidak semua rezeki yang kita miliki adalah milik kita, tapi melainkan di sana ada milik orang lain. Berikanlah rezeki milik orang lain itu kepada orang yang berhak untuk menerimanya.*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H