Seorang analis sistem juga harus memiliki insting yang kuat dalam mengidentifikasi masalah. Karena sistem analis dituntut untuk melakukan penalaran terhadap sebuah masalah dan memberikan solusi secara sistematis. Hal ini menuntut seorang analis sistem selalu berpikir global, namun dapat merumuskannya ke dalam potongan-potongan kecil solusi terhadap masalah tersebut.
Skill yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan komunikasi. Karena salah satu tugas analis sistem adalah mengkomunikasikan antara user atau klien dengan para punggawa teknis seperti programmer, tester dan lainnya. Jika sampai salah mengkomunikasikan kebutuhan user, maka salah pula sistem yang dibangun. Skill ini sering luput dari seorang engineer.Mereka berpikir dengan menguasai skill teknis pemrograman sudah lah cukup. Akhirnya, ketika berkomunikasi dengan user akan kesulitan dalam menerjemahkan keinginan mereka maupun menyampaikan opsi-opsi dari gagasan kita.
Dengan kemampuan komunikasi ini seorang analis sistem dapat mengarahkan user agar tetap on the track. Karena terkadang user terlalu banyak permintaan yang sebenarnya itu sudah di luar lingkup kerja yang disepakati. Mungkin juga karena ini lah, seorang sistem analis seringdikatain “jago ngeles” …hehe… Padahal sebenarnya bukan ngeles, tapi menjaga agar project tetap dalam jalur yang benar. Cieeee….
Oh iya… yang tak kalah penting adalah kemampuan untuk sabar. Hehe… Sabar dalam menghadapi user yang rewel, minta fitur di luar scope, tidak bisa mengkomunikasikan keinginannya, meremehkan jadwal, dan sebagainya. Juga harus sabar ketika seorang sistem analis dikatain “kerjaannya cuma ngomong dan nyuruh-nyuruh”. Karena memang kelihatannya cuma ngobrol sama user lalu nyuruh ini itu ke programmer.Hehehe… Padahal, kalau menurut saya, tanpa bermaksud mengecilkan peran anggota tim yang lain, justru peran analis sistem lah yang paling krusial dalam pengembangan sistem informasi. Salah analisa, salah pula hasil akhirnya. Akhirnya analis sistemlah yang jadi tempat sampah caci maki gara-gara salah analisa.
Selain itu juga harus sabar dalam bekerja sama dengan anggota tim teknis internal, seperti programmer, desainer UI dan sebagainya. Karena karakter orang berbeda-beda, tentu beda pula cara komunikasinya. Itu sebabnya skill manajemen SDM pun setidaknya juga perlu dipahami oleh sistem analis.
Surabaya, 6 Oktober 2015
***
Dipublikasi ulang dari blog saya
Gambar ilustrasi diambil dari: https://kaorukasugafumi.files.wordpress.com
“Ikatlah ilmu dengan tulisan”