Mohon tunggu...
Raden Muhammad Wisnu Permana
Raden Muhammad Wisnu Permana Mohon Tunggu... Lainnya - Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana

Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana. Akun ini dikelola oleh beberapa admin. Silakan follow akun Twitternya di @wisnu93 dan akun Instagramnya di @Rwisnu93

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

4 Hal yang Membuat Saya Bertahan dengan Gim Lama di Tengah Gempuran Gim Baru

7 Maret 2022   15:27 Diperbarui: 8 Maret 2022   16:40 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, perkembangan dunia gim sangatlah pesat. Gim semakin lama, semakin canggih. 

Dari grafis, gak usah diragunakan lagi, semakin lama grafis gim semakin realistis. Dari fitur permainannya pun, semakin lama semakin canggih. Dari segi storyline pun, semakin lama semakin seru layaknya sebuah film.

Setiap tahun, developer gim berlomba-lomba untuk mengeluarkan gim baru. Mulai membuat gim dari nol, membuat sekuel maupun prekuel dari gim yang sudah ada, hingga remaster gim jadul. Grafis, gameplay, dan storyline gim-gim tersebut dibuat semakin canggih untuk menarik minat konsumen.

Bagi saya sendiri, main gim sudah menjadi rutinitas saya sehari-hari selama lebih dari 25 tahun. 

Mulai dari meredakan stress, belajar bahasa Inggris, belajar sejarah, sampai cari uang kecil-kecilan saya lakukan dari gim-gim yang saya mainkan. 

Meskipun gim-gim baru terus keluar setiap tahunnya, saya tetap bertahan untuk memainkan gim-gim jadul di tahun 2022 ini. Berikut ini alasan saya.

#1 Saya gak punya console/laptop yang mumpuni

Saat ini, gim keluaran terbaru sama sekali tidak bersahabat untuk sobat misqueen seperti saya. 

Untuk memainkan gim-gim canggih seperti Grand Theft Auto V, Red Dead Redemption 2 ataupun Cyberpunk 2077, saya harus memiliki console termutakhir seperti PlayStation 5 maupun XboX series X. 

Kalaupun gak punya console, saya harus memiliki PC/laptop gaming yang harganya puluhan juta.

Sudah pasti, saya belum punya budget untuk beli console atau PC/laptop gaming. 

Jangankan dipakai main gim canggih seperti yang saya sebutkan di atas, sekadar dipakai browsing sambil buka Microsoft Office aja laptop saya suka patah-patah.

#2 Gim baru harganya mahal

Sekalipun saya sudah melengkapi diri dengan memiliki console atau PC/laptop gaming, permasalahan yang harus saya hadapi tidak selesai di situ saja. 

Saya harus membeli gim-gim tersebut yang harganya gak ngotak menurut saya. 

Satu gim PlayStation 5 atau satu gim PC harus saya beli dengan kisaran harga 800.000 Rupiah. 

Nominal yang sangat banyak bagi saya. Saya harus nunggu harga promo atau diskon yang suka diadakan para developer gim dulu.

Sebetulnya, hal ini bisa diakali dengan mengunduh gim bajakan, tentu saja. Saat ini banyak situs yang menyediakan hal tersebut. Tapi hal tersebut sangatlah tidak bijak untuk dilakukan. 

Gimana gak bijak, developer gim susah-susah bikin gim sampai begadang selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, terus dibajak gitu aja, pasti sakit hati dong? Gimana developer gim semangat bikin gim kalau terus-terusan dibajak?

#3 Gim sekarang banyak perintilannya

Gim-gim zaman sekarang terlalu banyak perintilannya, coba deh kamu perhatikan. 15 tahun yang lalu, begitu kamu beli gim console/PC, kamu dapat satu paket lengkap tanpa cacat sama sekali. 

Sekarang kamu harus rajin memperhatikan perintilan yang ada pada gim tersebut seperti DLC (downloadable content) ataupun patch tambahan.

Masalahnya, DLC tersebut gak gratis. Kamu harus bayar lagi padahal udah beli gim tersebut dengan harga yang mahal. Gim-gim zaman sekarang banyak banget bugnya. 

Jadinya kita jadi harus rajin-rajin mengunduh patch tambahan untuk memperbaiki berbagai jenis bug yang terjadi. 

Seringkali waktu saya terbuang percuma soalnya saya disuruh download patch terbaru sebelum bisa memainkan gim tersebut.

#4 Terlalu banyak milking

Selain faktor-faktor di atas, para developer gim terus-terusan ngemilking franchise yang dimilikinya demi mengeruk keuntungan sampai melampaui batas. 

Nyaris setiap tahun Ubisoft merilis sekuel dari Assassin's Creed sampai storylinenya dianggap melenceng dan gak masuk akal. 

Nyaris setiap tahun EA Games membuat sekuel dari Call of Duty sampai spin-offnya segala tanpa perubahan yang berarti.

Sekuel dan spin-off dari gim-gim yang saya sebutkan di atas malah bikin gim-gim tersebut gak memorable sama sekali. 

Storylinenya jadi maksa, sama seperti franchise film atau serial televisi yang terus-terusan dimilking studio besar demi mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dengan dibikinin sekuel dan spin-offnya.

Nah, itulah empat hal yang bikin saya bertahan dengan gim lama di tengah gempuran gim terbaru. 

Kalau bisa milih, tentu saja saya pengin memainkan gim-gim keluaran terbaru seperti Grand Theft Auto V, Red Dead Redemption 2 ataupun Cyberpunk 2077, tapi sekarang saya harus bertahan dengna memainkan gim-gim jadul terlebih dahulu seperti Need for Speed: Most Manted, Skyrim, Sleeping Dogs hingga Mass Effect sampai punya dana buat memainkan gim-gim baru tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun