Di tahun 2022 ini, ada semakin banyak masyarakat Indonesia yang gemar melakukan kegiatan olahraga. Dengan tujuan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh di tengah pandemi Covid-19, menurunkan berat badan, sampai dengan tujuan untuk membentuk tubuh jadi lebih atletis. Dua jenis olahraga yang banyak dilakukan masyarakat Indonesia untuk membentuk tubuh jadi atletis adalah mengangkat beban di gym dengan peralatan yang sudah disediakan dan olahraga dengan mengangkat beban tubuh sendiri atau biasa dikenal dengan istilah kalistenik.
Dua jenis olahraga tersebut telah berkembang dengan pesat seiring semakin menjamurnya konten olahraga di media sosial yang digaungkan fitness influencer. Tidak jarang, anak gym dan anak kalistenik saling berdebat dan menghujat satu sama lain bahwa metode latihan yang dilakukannya selama ini adalah metode yang terbaik.
Anak kalistenik akan menghujat anak gym dengan berkata, "Ngapain lu bayar gym mahal-mahal? Ngebentuk badan mah kalistenik aja kali? Murah! Bisa dilakukan di taman kota bahkan di rumah!"
Anak gym pun akan membalas hujatan anak kalistenik dengan berkata, "Ah lu gak bisa latihan kaki! Gak bisa latihan isolasi kayak kita! Kalau hujan gimana? Bilang aja gak mampu bayar membership di gym!"
Perdebatan yang saya sebutkan di atas sudah sering terjadi antara anak gym dan anak kalistenik. Mulai dari debat kusir gak jelas sampai debat ilmiah yang bawa-bawa jurnal ilmiah yang ditulis para akademisi. Udah kayak perdebatan Marvel vs DC yang gak akan ada habisnya aja. Jadi, di antara keduanya, makanakah yang lebih baik? Ayo kita bandingkan keduanya.
Pertama, untuk pemula yang gak pernah olahraga sama sekali, latihan di gym jauh lebih mudah dibandingkan latihan kalistenik. Kenapa? Seluruh alat yang tersedia di gym sudah dirancang sedemikian rupa biar bisa dipergunakan oleh pemula yang gak pernah olahraga sama sekali. Tinggal pake alatnya dan altihan sesuai peruntukan alatnya aja. Gampang banget!
Kebalikannya, untuk pemula yang gak pernah olahraga sama sekali, latihan kalistenik itu susah banget! Belum tentu orang yang baru nyobain kalistenik bisa langsung pull up maupun push up dengan teknik yang baik dan benar di hari pertamanya. Di gym, siapapun itu pasti bisa langsung bench press atau lat pull down dengan beban yang paling ringan.
Kedua, dari segi program latihan, latihan di gym jauh lebih mudah untuk diikuti oleh siapapun. Asal sudah tahu cara menggunakan alat dengan teknik yang baik dan benar, latihannya itu-itu aja, tinggal tambah bebannya doang. Misalnya pada hari pertama gym kamu bisa squat dengan beban 5 kilogram, minggu depan kamu harus bisa angkat beban 8 kilogram. Minggu depannya harus bisa angkat beban 10 kilogram. Gitu-gitu aja terus sampai kamu bisa squat dengan beban 100 kilogram.
Kebalikannya, program latihan kalistenik jauh lebih rumit dibandingkan program latihan di gym. Misalnya kamu sudah bisa melakukan push up sebanyak 25 repetisi dan kamu ingin naik level ke level selanjutnya, maka kamu harus bisa melakukan diamond push up yang jauh lebih susah buat dilakukan dibandingkan push up konvensional. Kalau kamu sudah bisa melakukan diamond push up, biar naik level, kamu harus bisa melakukan one arm push up atau push up hanya dengan satu tangan saja. Membayangkannya saja sudah kena mental duluan.
Ketiga, latihan kaki dengan metode kalistenik sangatlah susah dibandingkan latihan kaki di gym. Seperti yang sudah saya sebutkan, di atas, dari level pemula sampai level advance seperti Ade Rai, latihan kaki gitu-gitu aja, tinggal bebannya aja yang ditambah. Beda dengan latihan kalistenik di mana kamu harus terus belajar teknik-tenik baru buat naik tingkat ke level yang lebih tinggi. Kalau kamu sudah bisa melalukan squat dengan beban tubuh kamu sendiri, kamu harus bisa melakukan pistol squat yang tekniknya sangat rumit supaya naik level ke tingkatan selanjutnya.