Beberapa saat kemudian, Takuma diberitahu dr. Takahito Taneda, Sp.Jp. bahwa ada pendonor jantung yang bersedia mendonorkan jantungnya untuk Takuma. Mendengar hal tersebut, tentu saja kedua Takuma, Mayu, dan kedua orang tua Takuma senang mendengarnya, karena satu-satunya cara agar Takuma bisa berumur panjang adalah dengan cara transplantasi jantung. Ketika sudah siap-siap operasi, Takuma dan Mayu tahu bahwa pendonor jantung tersebut adalah Kou yang telah terbaring koma karena kecelakaan lalu lintas.
Ternyata, Kou telah terdaftar sebagai calon donor transplantasi jantung setelah ayahnya meninggal dunia karena gagal mendapat donor jantung yang bisa menyelamatkan hidupnya. Di surat wasiatnya, jika Kou sewaktu-waktu meninggal dunia, atau mengalami kecatatan permanen yang tidak akan tertolong lagi, Kou bersedia untuk mendonorkan jantungnya untuk pasien yang membutuhkan. Setelah mengetahui hal tersebut, Takuma akhirnya menolak tranplantasi tersebut meski itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawanya.
Tidak lama setelah itu, jantung Takuma malah kumat. Ayah Mayu berusaha memberikan pertolongan pertama padanya. Mayu pun langsung mendatangi Kou serta ibu dan kakeknya. Ternyata, mereka telah membatalkan tranplantasi jantung untuk Takuma karena mereka berharap keajaiban akan datang pada Kou. Mayu nangis histeris sampai sujud pada mereka berdua agar mereka memberikan jantung Kou untuk transplantasi Kou. Sampai akhir cerita, kedua orang tua Kou masih bersikeras menolak untuk memberikan jantungnya.
Secara ajaib, Takuma malah bisa selamat dari serangan jantung yang dialaminya. Ia pun malah mengajak Yuma kencan ke taman ria. Takuma akhirnya berkata pada Mayu, di usianya yang sangat pendek, ia sangat beruntung bisa bertemu dengan Mayu. Sekembalinya ke rumah sakit, Takuma kena serangan jantung lagi dan akhirnya meninggal dunia. Lebih sedih dari Titanic sih ini.
Di film cinta lainnya, mungkin endingnya bakal beda. Yakni Takuma akhirnya bisa dapat transplantasi jantung dari Kou. Film ini tuh betul-betul anti mainstream, out of the box karena menampilkan sudut pandang baru untuk penonton. Biasanya, film-film cinta tuh kedua tokohnya adalah anak muda sehat yang tidak ada kendala medis sama sekali. Paling mentok beda agama atau beda suku doang. Tapi film ini menampilkan sudut pandang baru yang jarang dilihat oleh penikmat film, yakni kisah cinta dari dua insan yang jatuh cinta, tapi terhalang oleh kondisi medis yang tidak memungkinkan.
Takuma pun mengajarkan kita untuk tidak serakah. Sejak umur 8 tahun, ia tidak pernah hidup dengan hedon karena divonis umurnya tidak akan menyentuh 20 tahun. Ia juga tidak bisa menikmati serunya bermain sepakbola atau basket. Ia juga tidak menikmati makan-makanan junk food karena kondisi medis yang dialaminya. Takuma pun berusaha menjalani hidupnya yang pendek tersebut dengan sebaik-baiknya dengan Mayu. Saya juga yakin, cinta Takuma dan Mayu ini betul-betul ikhlas dan murni, soalnya mereka sudah saling menjaga satu sama lain sejak umur 8 tahun. Ah, saya betul-betul menginginkan apa yang mereka punya, seseorang yang bisa mencintaimu dengan tulus tanpa prasyarat apa-apa. Bahkan sejak anak-anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H