Sekitar 20 tahun yang lalu, sebagai generasi 90an saya tentu saja banyak menonton sinetron di televisi. Jangan salah, sinetron yang tayang saat itu jauh lebih berkualitas dibandingkan sinetron zaman sekarang. Saat itu, favorit saya tentu saja adalah sinetron Keluarga Cemara, Jin dan Jun, Tuyul dan Mbak Yul, Si Doel, sampai Tersanjung. Kalau sekarang hanya Preman Pensiun saja sinetron saya bela-belain tonton soalnya masih sangat berkualiats dibanding sinetron lainnya.
Selanjutnya ya sinetron yang saya saksikan secara sekilas saja, seperti Cinta Fitri dan Tukang Bubur Naik Haji maupun FTV SCTV dan Sinetron Hidayah Indosiar yang tiap hari ganti-ganti judul ceritanya itu-itu saja sih. Konfliknya hanya berupa konflik keluarga yang rebutan warisan, anak yang durhaka kepada orang tuanya, sampai anak dan cucu yang rebutan posisi direktur pada perusahaan keluarga selepas kepala keluarga meninggal dunia. Saat saya kecil saya cuma geleng-geleng kepala saja melihat kelakukan para tokoh dalam sinetron.
Sayangnya, di tahun 2021, saya melihat beberapa adegan yang saya lihat pada sinetron ini sangat relate sekali dengan saya meskipun saya tidak mengalaminya secara langsung, hanya menyaksikannya saja dari kejauhan. Apa saja adegan dalam sinetron tersebut yang saya saksikan? Inilah adegan-adegan tersebut.
#Rebutan Warisan
Dulu saya mikir rebutan warisan mah cuma di sinetron doang. Sekarang saya menyaksikan sejumlah teman dan sanak saudara saya rebutan warisan! Ya memang sih gak lebay kayak di sinetron yang sampai pakai pengacara dan dibawa ke pengadilan segala karena hartanya tidak sebanyak Jeff Bezos atau Keluarga Cendana.
Salah satu rebutan warisan yang saya lihat terjadi ketika paman dan bibi saya wafat, dan anak-anaknya rebutan rumah peninggalan orang tua mereka. Ya rebutannya juga gak pake baku hantam atau ke pengadilan segala tapi saya melihat rumah peninggalan paman dan bibi saya ini beberapa bulan tidak terurus karena sengketa tersebut. Ya ujung-ujungnya rumah tersebut disekat doang biar semuanya kebagian dengan adil.
Lalu ada teman saya, yang setelah orang tuanya wafat, rumahnya dijual dan pembagian uangnya malah menimbulkan konflik karena kakak beradiknya malah saling mengklaim untuk mendapatkan jatah yang lebih banyak dari saudara lainnya dengan alasan memiliki anak yang lebih banyak atau merasa lebih berjasa dalam merawat orang tua mereka. Untungnya saya anak tunggal jadi gak akan rebutan warisan sama sekali, tapi ayah saya juga meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan sama sekali sih, jadi ya sama saja.
#Anak Durhaka
Sama seperti rebutan warisan, saya pikir anak durhaka cuma ada di sinetron doang. Sekarang saya menyaksikan ada juga teman dan sanak saudara yang berbuat jahat kepada orang tua yang telah melahirkan mereka.
Ya memang sih, yang saya ceritakan ini gak sampai kayak Malin Kundang yang tidak mengakui keberadaan ibu kandungnya atau sampai tega membunuh orang tuanya. Tapi dalam kasus ini, ada saudara saya yang tidak merawat ibu kandungnya sebagaimana mestinya, seperti tidak meluangkan waktu agar bisa mengantar ibunya ke rumah sakit untuk berobat. Atau tidak menghabiskan banyak waktu dengan ibu kandung mereka di rumah, padahal rumahnya berdekatan. Bahkan ada yang satu rumah tapi tetap jarang bertemu soalnya si anak kerja sampai malam dan kamar sang ibu di lantai satu, dan kamar sang anak di lantai dua. Ada juga yang dengan tega menitipkan anaknya kepada orang tua mereka begitu saja karena mereka sibuk bekerja.