Satu minggu lagi, Hari Raya Idul Fitri akan tiba. Hari kemenangan yang dinantikan oleh seluruh Umat Muslim di seluruh dunia setelah satu bulan berpuasa. Namun, di tahu 2021 ini tidak banyak yang menantikan hari raya tersebut. Banyak yang tidak siap dengan pertanyaan-pertanyaan absurd dari keluarga besar yang justru malah melakukan body shaming seperti, "Kok gendutan?", "Kok kurusan?"
Ada juga tindakan baby shaming. Apa itu? Baby shaming adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kegiatan body shaming yang ditujukan pada bayi. Pertanyaannya pun sama absurdnya seperti "Anaknya kok kurus sih? Gak pernah dikasih makan?", "Anaknya kok gemuk sih? Nanti gedenya gemuk loh!, "Anaknya kok belum bisa berbicara sih? Udah tiga tahun lho!"
Meski awalnya bercanda, yang nantinya akan dilanjutkan ceramah panjang lebar sok tahu seputar tips pola asuh dan tumbuh kembang bayi, baby shaming ini dapat melukai hati sang bunda. Padahal yang ceramah panjang lebar tersebut bukan dokter, bukan perawat, bukan psikolog, bukan psikiater yang punya sertifikasi dan kualifikasi untuk itu. Kalaupun mereka profesional seperti yang saya sebutkan, tidak etis rasanya untuk berkata seperti itu kalau tidak diminta.
Di tulisan saya sebelumnya di bawah ini, saya sudah menjelaskan apa itu speech delay. Sesuai namanya, speech delay jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah keterlambatan berbicara. Dilansir dari halodoc.com, speech delay adalah gangguan tumbuh kembang pada anak-anak, dalam kondisi tersebut sang buah hati tidak mampu berbicara sebagaimana mestinya.
Baca juga : Pentingnya Edukasi Speech Delay dan Cara Mengatasinya
Penyebab speech delay ada banyak. Mulai dari kurangnya interaksi orang tua terhadap anaknya, sehingga menyebabkan keterlambatan berbicara, sampai disebabkan oleh kelainan medis yang disebut dengan frenulum, yakni lipatan di bawah lidah yang pendek sehingga anak kesulitan untuk menghasilkan kata-kata maupun kalimat.
Padahal ya, speech delay seperti yang saya sebutkan di atas, bukan keinginan si bayi atau kedua orang tuanya. Tapi kok malah dinyinyirin sih? Bahkan tidak jarang, bayi dan orang tua yang jelas-jelas good looking aja kena nyinyiran atau bullying semacam ini lho. Sudah gila mereka-mereka ini yang melakukan tindakan tersebut. Sungguh tidak tahu diri.
Mungkin, memang edukasi terkait baby shaming di Indonesia ini masih sangat minim. Mungkin, mereka yang kerap kali melakukan baby shaming ini sebetulnya tidak tahu kalau tindakannya tersebut adalah baby shaming yang dapat melukai perasaan kedua orang tuanya. Saya saja baru tahu definisi dan dampak body shaming dan baby shaming setelah melek internet sekitar 10 tahun yang lalu. Sebelumnya ya tidak ada literatur maupun edukasi tentang hal ini di sekolah.
Jika Bunda mengalami baby shaming karena anaknya mengalami speech delay, Bunda tidak usah mendengarkan ocehan mereka ya. Tidak usah direspon berlebihan, senyumin aja. Dan yang terpenting, jangan salahkan diri sendiri dengan apa yang sudah terjadi. Jika Bunda tidak tahan dengan kondisi tersebut, Bunda konsultasi dengan psikolog profesional untuk mendapatkan bantuan dari psikolog profesional agar Bunda bisa mengatasi masalah tersebut. Jangan sedih ya Bunda, tetap semangat dalam merawat generasi penerus bangsa!
Dilansir dari halodoc.com, jika buah hati Bunda mengalami speech delay, Bunda bisa memberikan stimulus pada buah hati Bunda dengan cara melakukan diskusi sederhana dengan kalimat-kalimat sederhana, bernyanyi bersama, hingga membacakan dongeng-dongeng yang diharapkan dapat merangsang anak agar bisa berbicara.
Selain itu, Bunda juga bisa memberikan stimulus lain dengan memberikan anak Bunda makanan yang memiliki nilai gizi tinggi, seperti ikan sidat yang sejak dulu dipercaya dapat meningkatkan kecerdasan otak anak. Bunda juga bisa memberikan mengkudu, temulawak, dan madu hutan yang berfungsi sebagai antioksidan untuk menjaga kesehatan tubuh, meningkatkan metabolisme, dan menambah nafsu makan anak.
Tapi kan repot ya menyiapkan bahan-bahan di atas? Nah sekarang mah Bunda tidak usah repot-repot lagi karena sudah banyak produk yang diramu khusus dengan kandungan-kandungan zat-zat gizi yang saya sebutkan di atas untuk mengatasi speech delay pada anak. Salah satunya adalah suplemen herbal seperti Generos. Suplemen herbal ini memang bukan sihir seperti yang dilakukan Harry Potter di buku dan novelnya ya! Ini sifatnya hanya membantu saja.
Manfaat Generos sudah banyak dirasakan oleh orang tua dari anak yang mengalami speech delay, dan terbukti, dengan mengkonsumsi Generos serta diberikan stimulus terus menerus oleh orang tua, seperti diajak diskusi, diajak bernyanyi, hingga dibacakan dongeng, dapat merangsang anak untuk berbicara dengan lancar setelah beberapa minggu dilakukan berbagai macam usaha tersebut.
Bunda bisa mendapatkan Generos dan produk lainnya ini dari berbagai marketplace seperti Shoppe, Tokopedia, Lazada, dan Bukalapak, dan harganya pun cukup terjangkau Bun. Semoga dengan mengonsumsi Generos, anak Bunda yang speech delay bisa sembuh. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H