Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan saya sebelumnya yang telah membahas packaging Generos yang menurut saya sangat elegan, layaknya brand parfum ternama. Pada tulisan kali ini, saya akan membahas satu topik penting seputar kesehatan anak, yakni tentang speech delay, yang menurut saya, kurang gencar disosialisasikan oleh Pemerintah Indonesia pada masyarakat melalui kementerian maupun dinas terkait. Baca sampai habis ya!
Apa Itu Speech delay?
Sesuai namanya, speech delay jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah keterlambatan berbicara. Dilansir dari halodoc.com, speech delay adalah gangguan tumbuh kembang pada anak-anak, dalam kondisi tersebut sang buah hati tidak mampu berbicara sebagaimana mestinya.
Misalnya, pada saat anak berusia enam bulan, umumnya sudah bisa mengeluarkan kalimat-kalimat seperti "da-da" atau "wa-wa". Pada usia satu tahun, anak sudah bisa mengucapkan kata "mama" dan "papa" serta mulai bisa menirukan kalimat yang diucapkan oleh orang-orang di sekitarnya meskipun tidak sempurna.
Nah, pada anak yang mengalami speech delay, mereka tidak bisa mengucapkan kata-kata sederhana seperti "da-da" atau "wa-wa" pada usia enam bulan. Â Anak yang mengalami speech delay terus mengalami kegagapan dalam mengucapkan kalimat-kalimat sederhana jika dibandingkan dengan anak sebayanya.
Penyebab speech delay ada banyak. Mulai dari kurangnya interaksi orang tua terhadap anaknya, sehingga menyebabkan keterlambatan berbicara, sampai disebabkan oleh kelainan medis yang disebut dengan frenulum, yakni lipatan di bawah lidah yang pendek sehingga anak kesulitan untuk menghasilkan kata-kata maupun kalimat.
Memang, perkembangan setiap anak berbeda-beda, dan setiap anak itu memiliki keunikannya tersendiri. Namun ada patokan tertentu yang harus diperhatikan oleh orang tua sehingga bisa mengidentifikasi speech delay sedini mungkin. Misalnya, pada usia tiga bulan, umumnya bayi sudah bisa mengeluarkan suara-suara yang tidak memiliki arti tertentu. Namun suara yang dihasilkan tersebut adalah bentuk usaha bayi untuk berkomunikasi dengan orang di dekatnya.
Pada usia enam bulan, seperti yang sudah saya sebutkan di atas, bayi sudah mulai bisa membuat kalimat sederhana seperti "da-da" atau "wa-wa." Mendekati usia satu tahun, bayi sudah bisa memahami kata-kata sasar seperti "ya" atau "tidak." Di atas usia satu tahun, umumnya bayi sudah bisa mengucapkan kata "mama" dan "papa" serta mulai bisa menirukan kata-kata sederhana yang diucapkan oleh orang-orang di sekitarnya. Dan memasuki usia 2 tahun, bayi biasanya sudah bisa berkomunikasi dengan membentuk satu kalimat sederhana. Itulah patokan yang harus dipahami oleh orang tua. Tentu saja, untuk lebih rinci lagi, orang tua harus sambil berkonsultasi dengan dokter spesialis anak yang mampu mendiagnosis apakah ada gejala speech delay pada anak atau tidak, ya.
Pentingnya Kampanye Speech delay
Saya sendiri baru mengetahui apa itu speech delay, gejalanya, pencegahannya, dan solusi dari permasalahan speech delay ini ketika mendapatkan paket dari Generos Indonesia. Sebelumnya, saya tidak tahu apa itu speech delay. Saya memang tahu ada beberapa anak yang mengalami keterlambatan berbicara, tapi saya tidak mengetahui bahwa hal tersebut dinamakan speech delay, termasuk gejala, pencegahan dan solusi dari permasalahan ini. Padahal, saya sempat bekerja sebagai salah satu staf promosi kesehatan dan pemasaran di salah satu rumah sakit swasta di Kota Bandung.
Mungkin memang prioritas Kementerian Kesehatan dan jajaran di bawahnya seperti Puskesmas dan Posyandu lebih ke pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik saja, seperti cara mengganti popok bayi, cara memandikan bayi, cara menyusui anak dan menidurkan anak. Apalagi, di saat pandemi Covid-19 seperti ini, jajaran Kementerian Kesehatan lebih banyak mengedukasi masyarakat tentang virus corona dan penyakit menular lainnya. Untuk speech delay sendiri sangat minim edukasi. Padahal, saat anak berusia 18 bulan tapi belum bisa mengucapkan "Mama" dan "Papa" itu patut diwasapadai. Bisa saja anak itu mengalami gejala autisme.
Tidak hanya itu, anak yang mengalami speech delay umumnya memiliki gangguan akademik dan pelajaran ketika anak sudah mulai bersekolah dan anak juga biasanya memiliki kesulitan untuk bersosialisasi dengan anak-anak maupun orang dewasa. Makanya saya sebut bahwa kampanye speech delay ini perlu dilakukan secara masif oleh tenaga medis.
Generos Bantu Atasi Masalah Speech delayÂ
Namun, kita tidak usah khawatir karena saat ini sudah ada produk yang diramu khusus untuk mengatasi speech delay pada anak, yakni suplemen herbal Generos. Tentu, Generos ini bukanlah sihir ajaib seperti yang dilakukan Harry Potter di buku dan filmnya. Generos adalah vitamin herbal yang dirancang khusus dari lima bahan pilihan.
Salah satunya adalah daun pegagan yang merupakan zat aktif yang memberi efek positif terhadap daya rangsang saraf otak dan melancarkan peredaran darah pada otak. Tidak hanya itu, Generos pun mengandung nutrisi ikan sidat untuk kecerdasan otak anak, mengkudu, temulawak, dan madu hutan yang berfungsi sebagai antioksidan untuk menjaga kesehatan tubuh, meningkatkan metabolisme, dan menambah nafsu makan anak.
Manfaat Generos sudah dirasakan banyak orang tua di Indonesia. Dari sekian banyak testimoni yang saya baca, dari orang tua yang memberikan Generos pada anak-anaknya, terbukti banyak sekali anak-anak yang mulai aktif berbicara setelah beberapa minggu mengonsumsi Generos. Seperti yang diungkapkan oleh Bunda Eksa, baru dua minggu mengonsumsi Generos anaknya langsung mengalami perubahan, "Waktu itu, anak saya belum habis sebotol, baru sekitar dua mingguan mengonsumsi Generos, tapi sudah bisa mengeluarkan kata-kata. Padahal sebelumnya kalau mau apa-apa cuma nunjuk ke barangnya aja," jelas Eksa.
Jadi, bagi para bunda, tidak usah khawatir ya, karena saat ini ada produk herbal bernama Generos untuk anak yang mengalami speech delay. Harganya pun cukup terjangkau dan mudah diberikan untuk anak. Bunda bisa mendapatkan Generos dari berbagai marketplace seperti Shoppe, Tokopedia, Lazada, dan Bukalapak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H