Terjepit dari kedua sisi dengan luka lama yang kembali terbuka, Guan Yu dan pasukan Shu lainnya memutuskan untuk mundur ke Maicheng (Mai Castle). Di Maicheng, pasukan Wu mengejar dengan keras dan cepat. Melihat pasukannya kalah jumlah, Guan Yu bersama anaknya Guan Ping berusaha melarikan diri dari kejaran pasukan Wu dan pada akhirnya, keduanya tertangkap dan di eksekusi oleh Sun Quan.
Setelah Pertempuran
Mendengar saudara angkatnya terbunuh di pertempuran Fancheng dan Jingzhou berhasil direbut oleh Wu, Liu Bei menjadi gelap mata. Ia terbutakan oleh balas dendam dan kemarahan, ia bahkan ingin segera menyerang balik Wu dan merebut kembali Jingzhou pada saat itu juga, namun rencananya dihentikan oleh Zhuge Liang dan Liu Bei pun menunda rencana tersebut.Â
Beberapa tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 221, Liu Bei menobatkan dirinya sebagai penerus Kekaisaran Han dengan gelar Zhaolie dan menamai kerajaannya dengan nama Shu Han. Tak lama setelah itu, saudara angkat Liu Bei yang lain yaitu Zhang Fei pun menemui ajalnya setelah dirinya dibunuh oleh bawahannya dan kepalanya dikirim kepada Wu.
Setelah kematian dari Zhang Fei, Liu Bei semakin terbutakan oleh balas dendam dan tanpa pikir panjang, ia langsung mengirim pasukan terbaiknya dalam jumlah yang besar untuk menyerang Wu, juga merebut kembali Jingzhou dan terjadilah pertempuran Xiaoting. Pada pertempuran ini, Wu dipimpin oleh Lu Xun sebagai penerus dari Lu Meng yang sudah menemui ajalnya tepat setelah pertempuran Fancheng. Disini, Lu Xun berhasil memukul mundur pasukan skala besar terbaik milik Shu dengan taktik briliannya.Â
Ia memanfaatkan medan pertempuran yang penuh dengan hutan dan perbukitan dengan membuat lelah pada pasukan Shu dan membakar hutan tersebut yang membuat camp milik pasukan Shu juga ikut terbakar dan membuat pasukan Shu yang terjebak didalam pertempuran itu, menjadi kelimpungan dan menjadi mudah untuk dibasmi.
Keadaan tersebut membuat Liu Bei tak mampu membalas, malahan ia terluka parah namun Zhao Yun berhasil menyelamatkannya dan membawanya ke kota Baidi. Sadar akan umurnya yang tidak lama lagi, Liu Bei mewariskan tahtanya kepada sang putra yaitu Liu Shan dan menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 223.Â
Pada akhirnya, di pertempuran Xiaoting, Shu tak hanya kehilangan banyak sekali pasukan dan juga salah satu jenderal terbaik mereka yaitu Huang Zhong, melainkan juga mereka kehilangan kaisar mereka sekaligus pemimpin mereka yaitu Liu Bei.
Pada akhirnya, Pertempuran Fancheng, tempat gugurnya Guan Yu menjadi pertempuran yang mengubah nasib Kerajaan Shu saat itu. Efek domino yang ditimbulkan pertempuran tersebut tidaklah main-main. Mulai dari direbutnya Jingzhou oleh Wu, hancurnya aliansi Shu dan Wu, kematian jenderal-jenderal terbaik Shu seperti Guan Yu, Zhang Fei dan Huang Zhong, hingga kematian dari sang kaisar Shu Han sendiri, yaitu Liu Bei.
Kepemimpinan setelah Liu Bei bisa dibilang sangatlah buruk, putranya Liu Shan tak mampu untuk mengemban tugas sebagai Kaisar penerus, kebanyakan keputusannya berasal dari nasehat Zhuge Liang atau dari murid Zhuge Liang yaitu Jiang Wei. Hal-hal tersebut membuat Kerajaan Shu Han perlahan-lahan mengalami kehancuran dan pada akhirnya menemui ajalnya pada tahun 263.Â
Selain itu, setelah pertempuran Fancheng, kerajaan lain seperti Wei menjadi semakin kuat setelah Cao Pi menobatkan dirinya sebagai kaisar dan menamai kerajaannya sebagai Cao Wei, begitu juga dengan kerajaan Wu yang menobatkan Sun Quan sebagai Raja Wu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H