Untuk mewujudkan masa depan net-zero emissions yang lebih cepat dan mendukung upaya pemerintah dunia dalam transisi menuju carbon neutral pada 2060, sistem kelistrikan yang terdesentralisasi merupakan kunci masa depan yang harus diwujudkan.
Sejak dunia mencapai kemajuan dengan pembangkit energi terbarukan ramah lingkungan dan biaya operasional yang lebih murah, harga listrik terbarukan menjadi turun secara eksponensial.
Selama 30 tahun ke depan, listrik yang dihasilkan pembangkit listrik diperkirakan akan menyentuh jumlah 78.700 TWh, meningkat tiga kali lipat dari tahun 2018. Lebih dari cukup untuk mewadahi permintaan listrik dunia yang terus meningkat akibat transformasi digital yang secara drastis mengubah cara bisnis beroperasi dan transisi penggunaan kendaraan dengan mesin pembakaran internal ke kendaraan listrik.
Jaringan kelistrikan pintar (smart grid) sangat penting untuk memastikan ketersediaan pasokan listrik yang efisien, tangguh, dan andal untuk masa depan.Â
Sayangnya, jaringan listrik yang ada tidak didesain untuk mendukung pembangkit listrik terbarukan yang tersebar, yang berfokus pada emisi karbon dan ancaman perubahan iklim. Akibatnya jaringan listrik mengalami beban fluktuatif karena kondisi cuaca yang tidak normal akibat dari perubahan iklim.
Teknologi seperti Advanced Distributed Management Solutions (ADMS) dan integrasi platform IT-OT dari Schneider Electric secara proaktif mengidentifikasi gangguan yang dapat menyebabkan pemadaman listrik, menunjukkan lokasi gangguan jaringan, dan memiliki kemampuan memperbaiki sendiri menggunakan switching otomatis.
Jaringan mikro AC/DC hibrida dan canggih, teknologi baru, dan solusi pembiayaan inovatif semuanya akan berperan dalam memecahkan tantangan terbesar di masa ini, yaitu perubahan iklim, dengan menghadirkan energi yang bersih, andal, dan sustainable.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H