Mohon tunggu...
Wiska Wiska
Wiska Wiska Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMP Negeri 3 Togean

Pribadi yang memilliki determinasi dan persistensi untuk mengembangkan diri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Coaching Mendukung Peran Guru Penggerak sebagai Pemimpin Pembelajaran

7 Desember 2022   16:13 Diperbarui: 17 Mei 2023   19:01 9135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang memahami istilah coaching memiliki pengertian yang sama dengan mentoring, consulting, atau training. Tetapi, ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda dengan coaching. Coaching memiliki makna menurut Grant (1999) adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi berlangsung secara sistematis.

 Coaching dilakukan bertujuan untuk menggali potensi personal dan profesional seseorang. Sebagai pemimpin pembelajaran, skill coaching sangat diperlukan untuk memberdayakan potensi yang miliki oleh coachee. Coachee dalam hal ini bisa rekan sejawat atau peserta didik.

Coaching dilakukan untuk mengembangkan diri, pengetahuan, keterampilan yang dimiliki oleh guru dan peserta didik. Apabila peserta didik menemui kendala dalam pembelajaran, guru bisa melalukan proses coaching untuk menemukenali potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut.

Di modul 2.3 ini, calon guru penggerak diberikan kesempatan untuk memahami dan mempraktikkan coaching. Ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengasah skill coaching guru sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah. Di modul 2.3 ini pula, saya merasakan semangat mempelajari skill coaching ini karena dalam proses nya perlu mengetahui terlebih dahulu paradigma berpikir coaching serta menerapkan prinsip dan kompetensi inti coaching.

Paradigma berpikir coaching yaitu fokus pada rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, mampu melihat peluang baru dan masa depan. Sedangkan prinsip coaching adalah berbasis kemitraan, menerapkan proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Kompetensi inti coaching yaitu kehadiran penuh, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot, mendengarkan dengan RASA (Receive, Appreciate, Summarize, Ask).

Dalam melakukan coaching, alur TIRTA membantu coach (yang melakukan coaching) untuk menggali potensi dan solusi dari coachee (yang menerima coaching). T untuk Tujuan. Tanyakan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai oleh coachee di awal coaching. I untuk identifikasi. Menggali lebih dalam lagi kondisi, perasaan, atau kendala yang dihadapi coachee. R untuk Rencana Aksi. Menanyakan solusi dan rencana yang akan dieksekusi oleh coachee. TA untuk TAnggung jawab. Menanyakan komitmen yang dilakukan dalam mengeksekusi rencana aksi yang sudah dijabarkan di awal.

Setelah menjalani praktik coaching, saya sebagai pemimpin pembelajaran harus berlatih lebih sering supaya mampu menerapkan prinsip dan kompetensi inti coaching dengan mudah serta menguasai kondisi coachee sehingga bisa mengajukan pertanyaan berbobot.

Apakah dengan coaching akan membantu guru mengatasi permasalahan yang ada di sekolah? Bisa iya, bisa tidak. Hal ini tergantung dari skill yang dimiliki oleh coach. Apabila coach memiliki skill coaching yang baik dan memiliki kompetensi inti dalam menerapkan prinsip coaching, solusi dari permasalahan guru akan ditemukenali oleh guru yang dicoaching tersebut.

Bukan hanya guru saja yang bisa mengatasi permasalahan mereka dengan proses coaching, peserta didik juga bisa menemukenali potensi dan solusi dari proses pembelajaran. Untuk mengenali minat dan gaya belajar peserta didik, guru bisa melakukan coaching kepada mereka sehingga mendukung pembelajaran berdiferensiasi. Sama halnya untuk mengasah Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) mereka, guru perlu memberikan coaching kepada peserta didik yang memiliki KSE lemah. Dapat disimpulkan, coaching bisa membantu terwujudnya pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional.

Saat mempraktikkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, saya masih menemukan peserta didik yang sulit mengenali minat mereka. Setelah saya memahami modul ini, saya mencoba meng-coaching mereka agar mereka tahu apa yang menjadi minat mereka sehingga membantu saya dan juga mereka sendiri merasakan pembelajaran yang bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun