Mohon tunggu...
wishnu sukmantoro
wishnu sukmantoro Mohon Tunggu... Administrasi - Saya suka menulis dan fotografi. Suka menulis tentang politik, militer, humaniora, lingkungan dan kesehatan

Saya ekolog satwa liar, menyelesaikan S1 Biologi Universitas padjadjaran, Master degree ekologi di Institut Teknologi Bandung, fellowship program di Pittsburg University dan Doktoral Fakultas Kehutanan di Institut Pertanian Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Eliminasi COVID-19, Kuncinya Kedisiplinan Masyarakat

23 Maret 2020   16:08 Diperbarui: 24 Maret 2020   00:14 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Angka kematian dibandingkan dengan angka penularan, apabila diambil rata-rata yang moderat yaitu 3-4 % angka kematian. Bisa dibayangkan dengan angka kematian 10,000 - 22,000 orang (dari total penderita yang tertular), meskipun kita tidak ingin melangkahi kuasa Tuhan.

Apa dampaknya?

1. Waktu SI atau SD pasti akan panjang, karena periode penularan dan isolasi diri didata dari penderita terakhir, katakanlah pandemi terjadi (outbreak), dimana tidak ada penurunan di pertengahan April atau terus menanjak angka penderita. Kita siap - siap menjadi menghadapi perpanjangan SI atau SD terus menerus tanpa ada kepastian berakhirnya.

2. Dalam kondisi demikian, terjadi perubahan perilaku di masyarakat, perubahan pola sosial dan ekonomi di masyarakat, bagi yang mengandalkan ekonomi harian seperti transportasi, buruh harian lepas dan seterusnya adalah pasti akan kesulitan ekonomi dan dapat menimbulkan gejolak masyarakat. Lamanya waktu SI atau SD dapat menimbulkan masalah produktivitas semua usaha di Indonesia yang pasti akan menurunkan angka pertumbuhan ekonomi dan iklim pasar, selain berdampak kepada masyarakatnya sendiri.

3. Daya tampung rumah sakit tidak akan memadai dan pasti kebutuhan tenaga medis atau para medis atau volunter, tidak akan memadai, kebutuhan obat-obatan tidak akan memadai, meskipun pemerintah Indonesia telah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Resiko yang juga ditanggung adalah biaya yang mahal bagi pemerintah dan masyarakat karena harus menyediakan sejumlah besar alat pelindung diri, obat-obatan, makanan dan akomodasi yang relatif akan besar.

4. Kematian akan relatif tinggi apabila daya tampung rumah sakit dan obat-obatan kurang, bahkan melebihi 5% atau kematian massal seperti pandemi kolera ataupun flu spanyol di tahun 1900an.

5. Masyarakat Indonesia bisa menimbulkan gelombang kedua atau ketiga pandemi dunia apabila telah menciptakan multiple outbreak di dalam negeri.

Apa penyebabnya?

Apabila pemerintah dan masyarakatnya kurang peduli tentang penyebaran virus ini atau pemerintah telah serius tentang penanganan virus ini, tetapi masyarakat tidak memiliki kepedulian. Penulis masih melihat masyarakat terutama di lokasi zona merah penyebaran, masih bersikap tidak terjadi penularan virus ini secara serius. Masyarakat masih kumpul ditempat tempat keramaian, di halte bis, stasiun kereta, MRT yang masih penuh penumpang.

Beberapa elemen masyarakat justru protes terhadap keputusan pemerintah bahkan dengan sengaja dikirimkan ke media-media sosial sehingga berlawanan dengan kebijakan pemerintah untuk SI atau SD.

SI atau SD akhirnya hanya diikuti sebagian masyarakat, tetapi sebagian elemen masyarakat lain tidak mengikuti anjuran pemerintah dan menjadi penyebab penularan yang lebih luas kepada masyarakat tipe demikian dan tidak menutup kemungkinan menyebarkan kepada masyarakat yang menerapkan SI atau SD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun