Setelah tes yang kami lakukan, kami mulai menghindari makanan junk food, bakso, mie instan, teh botol dan juga mengurangi minuman manis. Kami juga membiasakan makan berat sebelum jam enam sore, walau terkadang kami masih makan malam, tapi itu jarang terjadi.
Saya jadi rajin olahraga, tiga kali seminggu lari dan jalan cepat selama empat puluh lima menit. Istri juga rutin aerobik dua kali seminggu. Sebenarnya untuk masalah olahraga, sebelum periksa ke dokter pun, istri lebih rajin. Tiap pagi istri juga melakukan lima belas menit yoga for opening shoulder, hasil searching di youtube. Tujuannya sih selain bikin elastis otot dan tulang, juga membuat oksigen dalam tubuh meningkat. Membiasakan tiap bangun tidur pagi sebelum makan dan gosok gigi masing-masing kami minum satu liter air.
Selain olahraga, kami juga tak lupa untuk mengelola stress. Untuk menghindari baper dan galau, kami juga berusaha mematikan rasa sayang kepada anak kecil. Jadi setiap ada anak kecil, kami terbiasa tidak terlalu perhatian dan peduli. Sangat penting untuk menghindari baper dan galau ini, banyak pasangan belum punya anak yang sedih tiap ada teman atau kerabatnya punya anak atau baru melahirkan. Ujung-ujungnya mereka stress. Tetap hidup santai dan tidak tertekan walaupun belum dikarunia anak.
*****
Sekarang usia kandungan istri sudah menjelang tujuh bulan. Sebenarnya ingin segera memposting pengalaman kami. Tapi akhirnya saya menunggu hari ini untuk membagikan cerita ini. Bagaimana kami tetap tenang di dalam masa penantian, berpikir jernih dalam kekalutan dan menyerahkan pergumulan hidup kami ke tangan Tuhan.Â
