Jika Betawi tak lagi merabuk
dengan akar-akar Sunda-Melayu,
mungkin tapak akan jelas berpijak:
pada daun-daun, ranting serta penghulu
Jangan lagi ada tapa bisumu,
Atau tawa perangaimu,
hingga kini
Sebab itu sudah cukup menafsirkan sejumlah arti
Bukannya semua bermulai dari mata?
Ketika mata mulai berbicara,
pada hal-hal yang tak kau ketahui;
pada setiap wajah-wajah pendekar betawi,
mengingatkanku pada biji kopi yang ku buka,
pagi ini
Dagingnya, bijinya bahkan kulitnya,
bertanya empunya siapa
Karena Betawi Tempoe Doeloe, bertanya:
hendak kemana kau mengiblat
pada moyangmu?
Pada dewamu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H