Mohon tunggu...
Wise Wisdamianti
Wise Wisdamianti Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - suka nulis masak dan belajar

Ibu Rumah Tangga yang suka bercerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perlunya Berolahraga

4 November 2017   10:03 Diperbarui: 4 November 2017   10:37 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lebih aktif setelah berolahraga dan menggunakan Geliga Krim|Dokumentasi pribadi

Berolahraga? Mungkin perlu.. tapi kapan saya dapat melakukannya? Rasanya saya mulai mencoba untuk berolahraga beberapa tahun yang lalu, tapi tidak pernah dilakukan secara teratur. Saya berolahraga bersama anak-anak. Awalnya kami melakukan senam bersama sama, tapi ternyata anak-anak lebih suka olahraga yang bersifat permainan seperti bulu tangkis dan berenang sehingga tidak seluruh anak mau diajak senam bersama.

Begitulah kegiatan saya di rumah, selalu sibuk sampai tidak memiliki waktu luang untuk berolahraga. Ketika mulai menginjak usia 40 tahun, saya mulai cepat merasa lelah. Jika terlalu lama bekerja tanpa beristirahat, saya mendadak lemas dan pusing kepala. Setelah beristirahat, biasanya badan saya pulih kembali, tapi kadang saya baru merasa sehat setelah beristirahat lebih dari satu hari.

"Bu, kenapa matanya merah sekali? " Tanya anak saya yang kedua. Rupanya mata saya yang bagian putih berubah warna menjadi merah separuh bagian. Anak anak saya yang lebih kecil bahkan sampai tidak berani melihat mata saya karena takut. Keadaan ini membuat saya terpaksa pergi memeriksakan diri ke dokter mata.

 Setelah melaksanakan pemeriksaan standar, dokter mata berkata, "Ooo ibu mengalami pendarahan di mata. Ini tidak berbahaya. Saya akan beri resep obat tetes. Pakai selama mata ibu masih merah saja, ya. ". Saya pun pulang ketika sudah mendapatkan obat tetes dan berkata, "Mata ibu tidak apa apa kok...kata Dokter, pakai saja obat tetes ini untuk menghilangkan warna merah di mata". Tapi sebetulnya saya merasa gelisah. Kenapa? karena ada sesuatu yang mengganggu pikiran saya dan tidak bisa hilang dari ingatan saya ketika saya berada di ruang pemeriksaan mata.

"Bu, tensi ibu 150.. apakah ibu punya penyakit darah tinggi? "Tanya perawat yang memeriksa tekanan darah saya?. "O ya? Betulkan suster? Saya kemarin periksa tensi  di rumah masih 118" kata saya. Saya memang masih menyempatkan diri untuk memeriksa tekanan darah saya ketika sedang kelelahan. Untuk kedua kalinya perawat itu memeriksa saya. "Betul bu, masih 150" ujarnya.

Terus terang saya mulai merasa takut. Saya tidak mau sakit darah tinggi.  Pelan pelan saya mulai mencari informasi bagaimana cara mengatasi penyakit ini. Untuk tahap awal, sepertinya tidak sulit, kita hanya perlu disiplin menjaga makanan dan rutin berolahraga. Berolahraga...itu lagi masalah saya.. bisik saya dalam hati. Bagaimana mungkin saya bisa berolahraga, kapan? Saya tidak pernah memiliki waktu khusus untuk diri sendiri. Kalau ada waktu luang biasanya saya pakai untuk istirahat agar bisa memulai aktivitas baru dengan lebih baik. ... tapi saya juga tidak mau mengidap penyakit darah tinggi. Anak anak saya masih perlu didampingi. Yang lebih besar perlu waktu lebih banyak untuk belajar dan berkarya, bukan mengurus ibunya yang sakit, yang lebih kecil masih membutuhkan banyak pendidikan dan pengajaran.

Saya mulai mencoba lagi berolahraga secara rutin di pagi hari sebelum matahari terbit.  Tujuh menit saya habiskan untuk gerakan singkat, sembilan menit untuk peregangan. Setelah beberapa hari melakukan olahraga secara rutin, saya mulai merasakan manfaatnya. Badan saya menjadi lebih kuat dan mampu melakukan aktivitas dari pagi sampai malam hari tanpa merasa lelah. Saya mampu menyelesaikan pekerjaan rumah lebih banyak dari sebelumnya. Kalau saya masih memiliki waktu dan tenaga, mungkin saya masih bisa melakukan hal lain seperti menulis, membaca, melukis, dan lain-lain.

Sebetulnya, berolahraga dengan rutin masih menjadi hal yang sulit untuk saya karena kadang-kadang saya masih merasa pegal di pagi hari. Pernah saya berangan-angan pergi ke tukang pijat saja untuk menghilangkan pegal. Tapi, itu hanya khayalan saja karena saya tidak memiliki waktu ekstra untuk melakukan itu. Berendam air hangat? Tidak mungkin juga, terlalu lama untuk saya. Berolahraga dalam keadaan pegal tentu tidak nyaman bagi saya, tapi karena sudah merasakan manfaat dari olahraga, saya berusaha keras untuk terus melakukannya.

Lebih aktif setelah berolahraga dan menggunakan Geliga Krim|Dokumentasi pribadi
Lebih aktif setelah berolahraga dan menggunakan Geliga Krim|Dokumentasi pribadi
Sekarang, pegal-pegal yang membuat saya malas berolahraga juga dapat diatasi dengan menggunakan Geliga krim. Geliga krim adalah sejenis balsam yang dapat menghilangkan pegal-pegal. Dulu saya tidak suka memakai balsam karena balsam yang saya pakai berbau tajam dan terasa panas menyengat. Setelah beberapa lama terasa panas, balsam yang saya pakai itu berubah menjadi dingin, apalagi bila terkena air. 

Geliga Krim berbeda dengan balsam lain yang berbau, panas mengengat, dan terasa dingin bila terkena air. Geliga Krim terasa hangat jika dipakai pada bagian yang pegal dan membuat pegal berangsur-angsur hilang. Jadi kita tidak perlu pergi ke tukang pijat untuk menghilangkan pegal. 

Oleskan saja Geliga Krim.  Saya mencoba menggunakan Geliga Krim sebelum tidur di malam hari. Ternyata, saya bangun dalam keadaan segar, tidak ada lagi pegal-pegal di badan. Setelah itu saya mulai melakukan aktivitas seperti biasa, dan dapat tetap aktif sampai malam hari. Saya baru sadar, ternyata olahraga itu perlu agar kita menjadi kuat, sehat dan dapat beraktivitas dengan baik. Berolahragalah walaupun hanya tujuh menit dalam satu hari. Sekarang tidak ada alasan bagi saya untuk tidak berolahraga.  Saya tidak perlu takut pegal dan lelah lagi karena sekarang, pegal dapat diatasi dengan Geliga Krim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun