Mohon tunggu...
Wise Wisdamianti
Wise Wisdamianti Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - suka nulis masak dan belajar

Ibu Rumah Tangga yang suka bercerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perlunya Berolahraga

4 November 2017   10:03 Diperbarui: 4 November 2017   10:37 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur saja, saya bukan orang yang suka berolahraga. Saya sudah mencoba bermacam macam jenis olahraga, tapi tidak ada satu pun yang dapat saya kuasai. Renang gaya batu, Bersepeda gaya ala kadarnya, lari gaya jalan cepat, berolahraga dengan bola pun saya tak mampu, saya malah lari menghindar karena takut.. maklum, pernah mengalami cidera ketika belajar main Basket. Kalau ditanya jenis olahraga yang disukai, saya akan menjawab jalan kaki, apalagi kalau jalan kaki di toko, atau tempat rekreasi.

Selain tidak suka berolahraga, saya juga merasa tidak perlu berolahraga. Mengapa? Alasannya banyak sekali.  Salah satunya adalah saya tidak berbadan gemuk seperti kawan-kawan saya yang termotivasi untuk berolahraga karena ingin menurunkan berat badan. Saya juga  merasa mampu menjalankan kegiatan saya sehari hari sebagai pelajar tanpa perlu berolahraga. Mengapa harus berolahraga? Tanpa itu pun saya masih mampu mengerjakan tugas sekolah hingga larut malam, bepergian ke tempat yang jauh dan melakukan kegiatan lain sebagai seorang pelajar.

Ternyata, keadaan aman damai ini tidak berlangsung lama. Kehidupan saya berubah 180 derajat setelah berkeluarga dan punya anak. Salah satu peristiwa yang mengubah hidup saya adalah berhentinya pembantu rumah tangga. Setelah pembantu berhenti bekerja, saya memang mulai mencari pengganti, tapi tidak ada yang cocok.

"Nggak apa-apa bu, biar saja nggak ada pembantu, kan saya sudah mulai bisa membantu ibu" demikian ujar si Sulung memberikan dukungan. Mulailah kami mengerjakan pekerjaan rumah bergotong royong. Saya, dibantu oleh si Sulung dan adik-adiknya mulai membagi-bagi tugas. Kegiatan kami di rumah cukup banyak antara lain: mencuci, memasak, membereskan rumah, melipat baju, mengurus kebun, membersihkan seluruh rumah, dan lain lain. Selain kegiatan di atas, saya juga harus meluangkan waktu untuk mengurus anak anak yang masih balita dan menemani anak anak yang sudah besar belajar.

Salah satu nilai positif yang saya rasakan ketika itu adalah kami sekeluarga menjadi lebih banyak tolong menolong dan bekerja sama. Kalau ada tugas anak anak yang belum selesai, saya yang selesaikan, atau sebaliknya. Terkadang pekerjaan menumpuk sampai keesokan harinya jika semua sudah terlalu lelah.

Tapi kenapa ya, pekerjaan rumah ini tidak pernah selesai? Walaupun saya tidak pernah menunda nunda pekerjaan, saya masih tidak memiliki waktu luang untuk mengerjakan pekerjaan lain. Saya mencoba mengatasi hal ini, dengan membuat jadwal harian dan mencoba mengerjakan seluruh pekerjaan menjadi lebih mudah dan singkat misalnya; membuat jadwal memasak cukup satu kali dalam sehari untuk tiga kali makan yaitu makan pagi, siang, dan malam. Kami hanya memasak masakan yang mudah dan cepat seperti sayur sop, sayur tumis, gorengan, lauk yang berkuah, dan lain lain.

Mencuci dan menjemur adalah kegiatan rutin yang tidak dapat dipersingkat, sehingga kita lakukan seperti biasa. Sebetulnya kalau mau, bisa saja kami menggunakan mesin pengering baju sehingga tidak menjemur baju satu persatu, tapi kami juga tidak mau memboroskan listrik. Kami menggunakan pengering ketika baju yang dijemur masih basah di waktu sore. 

Menggunakan pengering membuat pekerjaan menjadi lebih mudah, cukup tuang ke dalam mesin, tunggu sampai kering, lalu lipat dan siap digunakan. Betul, kami tidak menyetrika seluruh baju kami. Kami hanya menyetrika baju untuk bepergian saja. Pekerjaan menyetrika sangat menyita waktu. Baju yang dipakai di rumah hanya dilipat dan dimasukkan ke dalam lemari,

Pekerjaan membereskan rumah juga dilakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Semua anak-anak dilatih untuk mampu mengembalikan barang yang sudah dipakai secepat mungkin ke tempat penyimpanan. Pekerjaan membereskan rumah dilakukan di sore hari satu kali dalam sehari. Pekerjaan rumah seperti membersihkan kamar mandi, mengepel, mengurus kebun dan lain lain dilakukan seminggu sampai satu bulan sekali.

Seluruh pekerjaan rumah ini saya lakukan bersama anak yang sudah besar sambil menemani dua anak saya yang masih balita. Pada saat itu, anak yang berusia 5 tahun masih perlu bantuan di kamar mandi, sementara anak yang berusia 3 tahun sedang belajar buang air di kamar mandi. Terkadang pekerjaan rumah berjalan tidak sesuai rencana karena ada anak yang berkelahi, ada anak yang mengalami tantrum, atau anak yang ingin bermain bersama saya.

Walaupun saya sudah berusaha mengatur waktu saya, saya masih kehabisan waktu. Tentu saja saya masih sempat tidur siang, beribadah, serta menemani anak anak menonton film dan belajar. Tapi setelah itu sisa waktu yang ada saya gunakan untuk tidur di malam hari. Rasanya tidur menjadi nikmat yang luar biasa setelah setiap hari bekerja di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun